part 7

6 1 0
                                    

"rey !" tegur sella setelah cukup lama merenung.
"iya" jawabku menunggu tanggapannya.

"lo mau bantuin gue yakinin nyokap gue ?"

"apa ?!!"

apa yang ada difikiran sella ? keputusan jenis apa ini ? kenapa aku yang dibawa-bawa ?

"tolong lah rey, mungkin nyokap bisa lebih percaya kalau lo yang ngomong !"

diam.

"baiklah, gak masalah !" jawabku menatap wajah sella yang mendadak riang.

*****

"ekhm ! tante !" tegurku pada mama sella didapur. dia tampak sibuk mencampurkan adonan kue dengan tangannya.
maklum besok, mama sella harus memasok kue-kue itu ketoko miliknya.

"eh, rey. ketemu sama sella nya?"

"ketemu tan, tante lagi apa ? sini biar rey bantu !" ucapku sambil melirik mangkuk besar diatas meja.

"gak usah, biar tante aja !" ucap mama sella sambil tersenyum.

"tante pasti capek, rey pijetin ya !" riang ku pukul-pukul kecil punggung mama sella.

"kamu ini. gak biasanya bertingkah begini ?"

"sekali-kali tan !" aku tak berhenti memijatin punggung tante. beginilah caraku memperlakukan mama bila ingin sesuatu. dan aku yakin mama sella pasti menyadarinya.

ngomong-ngomong kabarnya, tante gak kasi izin sella ikutan PMR lagi ya ?" aku bertanya cukup hati-hati.

"wah, pasti sella cerita banyak sama kamu !" kata mama sella padaku sambil menyeka keringat didahinya.

aku hanya tersenyum menunggu penjelasan.

" temen kamu itu-sella-emang agak keras kepala orangnya.
ikut kegiatan apa itu namanya ?"

"PMR ?"

"ha, itulah pokoknya, tante kurang ngerti jugak. sampek 4 hari ! dikampung orang ! gak tau siapa yang mantau dia, makannya gimana, yang jagain siapa, pokoknya tante sangat gak setuju lah".
mama sella meninggikan nada suaranya. ia sampai rela menghentikan sesaat pekerjaannya mengaduk adonan liat kue itu.

sepertinya ini bukan perkara mudah.

"kan ada pembina sama pelatihnya tan !" belaku.

"ya ampun rayhana !, pembina sama pelatihnya masing-masing cuma punya 2 mata, 2 tangan, sama 1 kepala. mana cukup menjaga puluhan anak yang masih remaja itu. tante kurang percaya dah ! pokoknya, tu anak kalau masih ngotot juga mau ikut. tante bakal pindahkan dia kesekolah lain"

deg !!!
gilak, dipindahkan ? oh no ! ini tidak boleh terjadi.

"tan, kalau ada orang yang jadi wali sella untuk ikut ? gimana ?"

"wali ?" mama sella tampak heran.
aku menganguk-anggukkan kepala meyakinkan mama sella.

"ah, gak bisa !"

down, kakiku mulai lemas.
bagaimana ini ? aku harus gimana lagi. situasi ini lebih buruk dari sekedar rebutan permen sama bocah ingusan.
ini lebih seperti rebutan harta warisan antar keluarga.

pokoknya, aku gak rela sella dipindahkan !

"kenapa tan ?" tanyaku yang mulai gamang.

"kamu tau sendiri. tante sebuk. ayah sella diluar kota, dan andre-kakak laki-laki sella- lagi kuliah dimalaysia"

diam. perkataanku tercekat.

ucapan tante ada benarnya. tapi untuk saat ini tante gak boleh benar. sella gak boleh pindah !
gak boleh ! pokoknya gak boleh !!!

"biar rey aja !!!" pekik seseorang mengejutkan kami. aku melihat kedepan tampak sella masih dengan piama ungu muda dan mata sembabnya, datang menghampiri kami.

"sella ?" mama sella tampak heran. begitu juga aku. mengapa bocah ini tiba-tiba saja menyebut namaku.

"kalau mama menyetujuhi kegiatan sella kalau ada wali, reyhana bisa jadi wali sella disana !" tutur sella bersemangat.

aku melihat sella tajam. biar bagaimanapun ini diluar rencana. aku hanya membantu sella bicara pada mamanya. kenapa sekarang jadi aku yang dibawa-bawa ?
dan tentang jadi wali, oh yang benar aja. itu berarti aku harus ikutan kegitan itu.

aku menyikut sella yang kini berdiri disebelahku.
dan mama sella tampak berfikir.

"baiklah, mama izinin !" kata mama sella pada kami.

"ha ? beneran ma ? yess !!!!" sella meloncat kegitangan. ia lantas memelukku yang masih berdiri mematung disampingnya.
sudah ku fuga, mama sella pasti setuju-setuju aja. bagaimana tidak, aku dan sella berteman cukup lama. dan sejauh ini, tante mengira aku adalah anak yang dewasa. setidaknya lebih dewasa dari sella.

*****

aku berjalan menyusuri gang. aku bahkan tak tau kalau malam-malam begini gang ini masih tampak ramai. ops, lupa ! malam minggu.

PMR ? aku bahkan tak tau banyak tentang organisasi itu. bagiku profesi dimeja konseling, menjadi asisten terbaik guru BK kesayanganku, dan mengatasi permasalahan remaja sudah cukup bagiku.

yah, tapi setidaknya aku lega sella gak dipindahkan. dan satu hal lagi. hanya menjadi wali, gak lebih. setelah kegiatan berakhir, aku juga akan berhenti.

aku sekarang sampai didepan gerbang. langkahku sedikit terhenti. mengingat kejadian sebelumnya. entah apa yang ku fikirkan bukannya masuk kedalam aku malah melangkah maju dan sekarang berdiri tepat ditempat raihan sebelumnya berdiri. lalu melihat keatas, barang kali seperti ini lah posisi dia tadi itu.

aku bisa melihat balkon kecil didepan jendela kamarku. dan gorden putih polos yang menjadi penghalang pandangan luar.

apa yang dilakukan anak itu.
dan mengapa aku jadi bertanya-tanya.

jangan lupa vote dan commendnya yaaa !!! mekasi udah baca... maaf klw bnyak typo-typo yoo !:)
Setiap tindakan memiliki konsekuensi, termasuk jatuh cinta... masalahnya cinta bukan pilihan, ia datang tanpa tindakan... menyebalkan.

my white bearTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang