Part 1-Tiga Hari Pertama

144 27 2
                                    

Zea sangat terkejut mendengar pembicaraan Aaron dan Sam dari balik dinding.

"Kau tidak melihat kenyataan tentang dunia ini Sam? Zaman sekarang sudah berubah, tidak seperti dulu lagi"

"Kau gila? Sesuatu hal yang tak layak untuk diikuti tetaplah tak layak"

***Beberapa bulan yang lalu***

“Temanmu terlihat menarik, apakah dia tertarik untuk ikut berperan sebagai tokoh utama dalam film ini?”

“Mengapa kakak ingin merekrutnya?”
“Oh ayolah, kau pasti sudah tahu alasannya kan? Kita sedang kekurangan satu orang pemeran utama dalam film ini”

“Pasti ada alasan lain mengapa kakak memilihnya, masih banyak aktor-aktor lain yang bisa kakak rekrut, mengapa harus dia? Dia bahkan bukan seorang aktor”

“Hei hei, kau tidak setuju?”

“Bukannya tidak setuju, dia teman baik ku bagaimana mungkin aku tidak menyetujuinya. Selain itu, kakak adalah sutradaranya, itu adalah hakmu. Ah sudahlah mengapa kita harus memperdebatkan ini”

“Kau tahu? Dia sangat menarik perhatianku, selain itu dia juga mempunyai postur badan yang bagus dan itu sangat dibutuhkan. Aku sangat malas untuk mencari orang lain untuk berperan dalam film ini, kalau ada yang mudah untuk apa di persulit. Bagaimana?”

“Baiklah aku akan menanyakan hal ini padanya”
***
“Oi, ada yang ingin kutanya”

“Bahasamu terlalu formal, langsung saja tanya”

“Kau memang keras kepala”

“Kau jadi bertanya atau tidak? Kalau tidak jadi, biarkan aku makan dulu, kau membuat nafsu makanku jadi terhenti”

“Benar-benar tidak sabaran”

*Sluuuurrrppppp

“Hei, kau mendengarku?”

“Tentu saja, aku hanya ingin memasukkan satu sendok makanan kedalam perutku”

“Kau itu seperti seekor sapi, tidak pernah berhenti makan”

“Kau selalu saja mengkritikku, lebih baik urus sana film barumu sang aktor. Lihat tuh, sutradaramu dari tadi memandangmu, jangan-jangan.....”

“Ssstttt..., lebih baik kau makan sana dan dengarkan aku dulu”

“Hmmm” (ekspresi curiga) 😏

“Oi kau gila ya, aku normal” ( sambil memukul kepala temannya)

“Yasudah kalau memang normal, apa peduliku”

“Hadeh, daritadi aku mau bertanya tapi nggak jadi-jadi, ini semua gara-gara kau”

“Bukannya kau yang daritadi ngomong terus?”

“Sejak kapan aku....”

“Ah sudahlah, kau membuat cerita ini jadi panjang saja. Apa yang ingin kau tanyakan? “

“Begini, sutradaraku menawarkanmu untuk bermain dalam film ini”

*hukkohokuhuk

“Kau kenapa?” (menahan tawa)

“Tidak ada, aku hanya tersedak bakso saja”

“Hahaha, dilihat dari ekspresi wajahmu sepertinya kau menerimanya”

“Apa? Mana mungkin, aku bahkan belum tahu ceritanya seperti apa”

“Ohooo, jadi kau menolaknya? Baiklah aku akan mengatakannya pada sutaradara itu” (berdiri)

“Hoi, apa yang kau lakukan? Aku hanya bercanda”

“Dan aku cuma mau berdiri saja”

*memasang wajah kesal 😑

“Hahaha, sudahlah, ayo kita kesana, sepertinya dia sangat ingin berbicara padamu. Baru kali ini aku melihat dia mau merekrut seseorang yang bukan aktor untuk berperan dalam filmnya, jadi cobalah untuk tidak mengecewakannya, oke?”

“Kau terlalu banyak bicara, ayo”

LIKE FRIEND LIKE LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang