Part 2-Tiga Hari Pertama

96 26 1
                                    

"Ini dia kak"

"Bagaimana apa kau mau menerimannya?"

"Saya masih belum menerimanya jika belum mengetahui peranku dalam film ini sebagai apa"

"Oi, kau tidak memberitahunya?"

*Aaron diam

"Huh, sudah kuduga. Baiklah, aku akan memberitahumu"😌

"Apa? Maaf kak, aku tidak bisa berperan sebagai karakter itu. Kakak bisa mencari aktor lain untuk peran ini, namun jika kakak menginginkanku untuk bermain dalam film ini diluar karakter itu aku akan setuju"

"Sepertinya ini akan sedikit rumit. Mengapa kau tidak setuju saja sih, selain itu kau juga memerankan ini bersama temanmu jadi itu tidak akan menjadi masalah kan?"

"Mau dengan temanku, keluargaku, atau siapapun itu, aku tetap tidak akan setuju. Dan kau, mengapa tidak kau katakan saja ini daritadi? Dengan begitu aku langsung akan menolaknya. Memangnya film seperti ini akan laris di industri perfilman?"

"Oi Sam, jaga bicaramu! Dia adalah seorang sutradara yang sudah berpengalaman dalam perfilman"

"Tentu saja aku menjaga bicaraku, aku hanya memberitahukan pendapatku tentang hal ini"

"Hei sudah sudah, mengapa jadi kalian berdua yang bertengkar? Begini saja, aku akan mencari solusi untuk menemukan peranmu yang sesuai, kalian berdua pulanglah dulu, dan datanglah besok pada jam biasa karena besok kita sudah mulai syutingnya"

"Baiklah kak, kami pulang dulu"

"Tunggu Aar. Sebelum kami pulang, aku minta maaf soal tadi kakak sutradara"😅

"Tidak apa-apa, itu hal yang wajar. Sekarang pulang dan beristirahatlah, karena besok adalah hari besar untuk menuju kesuksesan dalam dunia perfilman..."

(keduanya sudah pulang kerumah karena bosan mendengar ocehan sutradara)

"Kemana mereka berdua? Hadeh, dasar anak-anak. Tapi, dia benar-benar membuatku penasaran, ditambah lagi dia berteman baik dengan seorang aktor ternama, dan aku bahkan belum tahu siapa namanya"

***
"Halo?"

"Aaron, ada yang ingin kakak tanya tentang temanmu itu, informasi ini akan bisa kakak gunakan untuk menentukan perannya nanti"

"Memangnya kakak sebegitu tertariknya pada dia ya? Sampai-sampai kakak berusaha keras agar dia menjadi salah satu pemeran utama dalam film ini. Apa yang spesial darinya?"

"Kau adalah teman baiknya, dan kau bahkan tidak tau apa yang spesial tentangnya?"

"Uuuhh yaa, kurasa sesuatu yang spesial darinya hanya nafsu makannya saja"

"Dasar anak tidak berguna, dia itu spesial karena....."

"Yah, kalau begitu sih terserah sama kakak, karena kakak jauh lebih tahu dari saya mengenai hal itu"

"Jadi, sebenarnya apa alasan dia menolak karakter itu?"

"Dia orang yang taat pada agama kak, jadi itu wajar saja. Seberapa besar pun usaha yang kakak coba untuk membuatnya berperan dalam kareakter itu, dia akan menolaknya"

"Sangat menarik!"

"Aku tau apa yang kakak pikirkan, dia tidak akan bisa masuk kedalam perangkap kakak"

"Ini mungkin sulit, tapi suatu saat nanti dia akan mau menurutiku"

"Kakak sudah seperti seorang psikopat saja"

"Oh ya, hahaha"

'Dasar orang aneh' pikir Aaron

"Jika tidak ada lagi yang mau kakak bicarakan, aku akan tutup teleponnya, sudah larut malam kak, besokkan hari besar"

"Yasudah, selamat malam aktor"

*tuttuttut

'yah, kau memang orang yang spesial, sangat jarang menemukan orang sepertimu. Aku sangat bersyukur kau menjadi teman baikku'
***
*tririringtririring

“Halo?”

“Maaf Aar, kakak lupa menanyakan nama temanmu”

“Apa? Kakak meneleponku lagi hanya karena ingin menanyakan namanya? Aku bahkan sudah bermimpi terbang bersama dengan bidadari surga, dan kau mengacaukannya. Bukankah besok kau bisa menanyakan namanya?”

“Lebih cepat lebih baik”

'Lebih cepet lebik baik apanya, dasar sutradara gadungan' pikir Aaron😒

“Hadeh kak, scene ini bahkan sudah habis tapi kau malah menambahinya menjadi jauh lebih banyak”

“Hehehe, kakak cuma penasaran saja”
“Dengarkan baik-baik, aku tak mau diganggu lagi. Namanya siapa yaa, ah namanya A B R I S A M!!!” (sambil berteriak) 😬

‘Oiiiiii, jangan teriak2 ditengah malam, kau membangunkan anakku' teriak tetangga

‘Oooiiii'

‘Oiiiiii'

“Sepertinya kau dimarahi tentanggamu karena berteriak hahaha”

*tutututut

*kaksutradara “Yah, dimatikan. Dasar anak kurang ajar!”*

'Dia tidak bangun disaat aku berteriak sekeras itu? Para tetangga saja langsung bangun, dasar sapi jantan' pikir Aaron

LIKE FRIEND LIKE LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang