23

3.5K 262 31
                                    

Vian berkeliling sendirian di supermarket dengan troly belanjaan nya. Benar, vian sedang berbelanja untuk mengisi kulkas dirumah yang hampir menjadi sarang laba-laba. Mengambil daging, beberapa sayuran, buah-buahan dan bumbu-bumbu. Ia tak lupa membeli beberapa minuman juga. Seperti soda dan susu.

"Tak ada yang aku lupakan kan?"

Vian mengecek belanjaannya kembali sebelum menuju ke kasir. Rasanya sudah cukup. Vian kembali mendorong troly nya menuju meja kasir

Sembari menunggu kasir menghitung belanjaannya. Vian membuka handphone dan menemukan satu pesan masuk disana

0852xxxxxx : hi , i'll be there

Vian baru saja ingin membalas namun ia urungkan karena ini waktu nya untuk membayar. Setelah selesai vian segera menuju mobil nya.

"Kita langsung pulang ke rumah den?"

Vian tidak langsung menjawab pertanyaan pak amir

"Bagaimana den vian?"

"Kita ke SMK ***** dulu pak"

"Oh dimana itu den"

"Sinih biar vian nyalain gps"

.
.
.
.
.
.
Vian tidak membawa apapun untuk bertemu dengan adik nya. Ini mendadak, kapan lagi ia akan mendapatkan momen seperti ini.

Vian menunggu dihalaman sekolah didekat mobil nya setelah ia ijin kepada staf guru untuk bertemu dengan adik nya. Kondisi disekolah sepi karena murid nya sedang dalam materi pelajaran dikelas. Hanya ada beberapa siswa yang tengah bermain basket.

"Kakaak??"

Vian tersenyum lebar namun agak canggung saat melihat adiknya itu seperti terkejut karena melihat vian. Ia hanya bisa melambaikan tangan nya dan berkata "hai"

"Yaa!!!! , aku pikir kakak sudah melupakan aku uhh!"

Fauzan, adik vian itu memukul bahu vian saking bahagia nya lalu memeluk sang kakak yang sudah lebih dari setahun tak bertemu itu

"Mana mungkin kakak melupakanmu"

Fauzan menengok mobil hitam dibelakang vian dengan ada pak amir yang berdiri disamping mobil itu

"Ini mobil kakak yah? Itu supir kakak?wahh kakak sudah sukses sekarang"

Vian hanya tersenyum mendengar celotehan adiknya ini

"Ayo bicara didalam"

Vian mengajak fauzan untuk mengobrol didalam mobil agar lebih nyaman

"Kursi nya empuk kak, mobil mahal"

"Ini bukan mobil kakak"

Fauzan terdiam dan memiringkan kepalanya

"Terus?"

"Kakak sudah menikah"

"Oohh.. kakak nikah sama wanita tajir yah.  Cie adik nya gak diundang. Kakak gak kangen apah sama ibu dan ayah dirumah?"

Hanya sebuah senyuman kecil yang mampu vian ciptakan. Ingin menjawab 'IYA' namun vian cukup tahu diri soal apa yang sudah ia perbuat sampai membuat malu keluarganya

"Kak, minggu depan ojan mau ujian"

"Iya?"

"Hmm, doain ojan ya kak. Biar ojan lulus dengan nilai terbaik"

Vian mengusak rambut ojan alias faujan dengan gemas. Walau ojan kini sudah besar, tetap saja dimata vian. Ojan adalah adik kecilnya yang menggemaskan. Lucu jika diingat. Dulu vian gak mau punya adik karena takut tidak akan mendapatkan lagi kasih sayang orang tua nya. Tetapi saat adiknya lahir dan tumbuh bersama, main bersama. Vian mengerti apa arti dari persaudaraan. Kelak, jika tak ada yang ingin menjadi sandaran hidupmu. Maka saudara akan memberikan bahunya dan tak akan berbicara banyak walau kau memberinya beban.

WANTEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang