15. Kegelisahan Vian

4.5K 310 11
                                        

Aku bersyukur karena hubunganku dan dafa semakin ada kemajuan. Walau kemarin sempat perang dingin karena aku tahu jiwa dafa yang straight pasti sedang berontak karena aku cium. Dafa itu denial, sebentar lagi dafa pasti akan menunjukan rasa sukanya padaku. Entahlah, aku tidak pernah seoptimis ini.. aku yakin dafa juga pasti akan mencintaiku. Mungkin karena aku terlalu mencintai dafa jadi sekarang aku seperti terlalu berharap dafa juga akan membalas cintaku

"Vian, nih laporannya. Kamu cek dulu baru nanti kasih ke pak haris"

Aku terkejut karena dimas tiba-tiba datang dan melemparkan laporannya kemeja kerjaku

"Kamu kenapa vian? Ngelamun?"

"E..nggak.. iya nanti aku bakal cek"

"Kamu sakit?"

Haahh.. aku menghela napas panjang. Sepertinya aku butuh segelas kopi. Jam berapa ini

"Sekarang jam 11:30"

Aku menengok jam tanganku tapi dimas lebih cepat membaca gerak gerikku

"Kayaknya aku butuh kopi deh"

"Yaudah, kita kekantin lebih dulu aja. Ntar karyawan lain juga pasti pada nyari makan"

Aku mengangguk tanda setuju dan segera beranjak. Kulihat mas prabu dengan sekretarisnya dila berjalan keluar, di kantor memang kita biasa saja. Tapi dia yang berjalan begitu saja tanpa menyapaku ada perasaan seperti diabaikan. Terlebih mas prabu kesibukannya bertambah dan sering keluar, pulang malam dan kita hanya berkomunikasi lewat telpon. Itupun kalau penting, pulang larut malam aku selalu menunggunya tapi mas prabu selalu langsung tidur karena butuh istirahat. Hhhh dia terlalu bekerja keras

"Suamimu.."

Bisik dimas, aku menyiku pinggangnya hingga dia mengaduh. Sialan, aku sedikit tak suka digoda seperti itu. Ya walau sudah menjadi rahasia umum diperusahaan ini kalau mas prahu dan aku sudah terikat. Ada sebagian karyawan yang tak suka dengan itu tapi mereka tak bisa membenciku karena itu pasti akan mengusik bos mereka. Ada pula yang bersikap biasa saja, seperti dimas ini misalnya.. dia temanku sejak aku bekerja disini. Dia tak bermasalah dengan orientasiku

"Si bos mau kemana?"

"Mana ku tahu... tanya saja sana"

Aku berjalan lebih dulu

"Ya..kan kamu istrinya"

Aku berjalan tambah cepat. Sial, aku malu kalau ada yang menyebut kata 'istri' kenapa dimas bicara keras-keras sih

"Hey tunggu!"

"Aku mau ketoilet dulu, pesan kopinya ya"

Karena duduk terlalu lama pinggangku jadi sedikit pegal. Apa ini karena faktor usia? Ahh sebentar lagi unurku 26 tahun. Apa mas prabu ingat? Dipikir-pikir, karena aku terlalu fokus dengan dafa aku jadi sedikit mengesampingkan mas prabu. Setelah selesai dengan urusanku, aku mencuci dulu tanganku. Aku ada di toilet khusus lelaki tentunya.. disamping ada toilet khusus perempuan dan sepertinya disana sedang rame. Bisa terdengar karena dindingnya hanya memisahkan antara toilet laki-laki dan perempuan. Tidak tertutup semua

"Coba aja gue jadi dila, pasti gue bakal jadi cewe paling beruntung"

Karena mereka menyebut nama sekretaris mas prabu. Aku mengaktifkan pendengaranku sebaik-baiknya

"Pasti si bos udah bosen sama si sipit itu"

Aku?

"Aku malah menyayangkan pak bos jadi gay, padahal nona model itu kan cantik"

"Istrinya model?"

"Iya, kamu gak tahu? Pokoknya aku dibikin iri sama keluarga mereka yang cocok banget. Anak nya juga ganteng"

WANTEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang