PART 11

821 47 44
                                    

Ini bukan tentang menyambut terang yang menjajah gelap, bukan juga tentang menghapus coretan dengan sebuah penghapus.

Ini hanya tentang kekosongan.
Kekosongan yang membuat lubang dalam pada hati, lubang dalam yang membuat semuanya terasa hampa.

Bisa saja awan hitam menyembunyikan cerahnya langit siang, tapi itu hanya membuat semuanya semakin buruk.

Bukan Hujan yang indah, bukan juga cerah yang riang.
Bukan bulan yang anggun, dan bukan matahari yang gagah.
Bukan langit tinggi yang agung, atau tanah tandus yang hina.

Ini hanya tentang kekosongan. Kekosongan yang membuat semuanya percuma.
Diisi dengan apapun, dan dengan cara apapun, tetap tak akan pernah tertutup.

Ini bukan soal cinta, atau soal hati yang terluka, bukan juga soal masalah hidup yang mendera. Ini hanya masalah keadaan yang terasa salah. Terasa salah untuk dijalani, dan terasa salah juga jika hanya berhenti.

Aku berdiri dibawah langit yang agung, berpijak pada tanah tandus yang hina. Mataku menatap keatas, melihat betapa bebasnya burung yang terbang.

Apa mereka sebebas itu? Apa mereka merasa bahagia dengan hidupnya? Entahlah, tapi aku ingin merasakan semua yang mereka rasakan. Hidup bebas diantara udara kosong diatas sana, menari dan bernyanyi dengan riang.

Jika manusia egois, apa rasa tak puas ini juga egois? Ku rasa itu bukan masalah egois, hanya masalah mengisi apa yang tak pernah bisa diisi.

Apa yang lebih buruk dari sebuah lembah curam yang dalam dengan bebatuan tajam yang menjadi wakil malaikat maut? Kesendirian lebih kejam dari apapun.

Ibarat berjalan ditengah hujan, atau berenang didanau indah dengan air yang jernih dan bersih.
Meminum air yang segar tapi tak menghilangkan dahaga.

ibarat berharap hujan ditengah musim kemarau pada gurun pasir yang panas.
Meneguk ludah tapi cukup memuaskan.

Tapi?
Kenapa rasa hampa ini lebih seperti dahaga tak berkesudahan?
Ibarat hanya meneguk air liur digurun pasir tapi hanya memuaskan beberapa detik, Lalu akan kembali menjadi haus.

Dunia terasa kejam, bahkan terlalu kejam untuk dijalani atau hanya untuk dimengerti.

Mati?
Apa kematian adalah ahir dari segala kekosongan yang tak berkesudahan? Apa dengan meninggalkan sebuah raga akan membuat semuanya merasa lebih baik.

Tuhan masih tak berniat untuk menarik jiwa dari raga, masih tak berniat mengabulkan doa tak berguna.

Sebulan sudah Jiyong dan Taeyeon tak tinggal dimansion, dan sebulan itu pula Jiyong jarang menemui Chaeri, pria itu lebih suka menghabiskan waktunya bersama Taeyeon, dia akan menemui Chaeri hanya untuk memastikan apa Chaeri baik-baik saja. Jiyong hanya sedang menata hatinya, mencoba memilih satu diantara dua wanita yang kini ada di hidupnya.

Jiyong duduk sambil menatap langit luas yang membentang dengan warna biru dan putihnya awan, pria itu memejamkan matanya kala angin berhembus sambil membelai kulit putihnya, rambut Jiyong bergerak pelan tertiup angin.

"Kau masih saja tak ingin terbuka denganku Ji?" pertanyaan dari seorang pria yang kini berdiri sambil memeluk dadanya sendiri, pria itu bersandar pada tiang ditaman belakang rumahnya, matanya menatap Jiyong dengan malas.

MANSION [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang