6. Bertemu Kembali

2.8K 313 47
                                    

Lova mengambil ponsel dari saku celananya ketika merasakan getaran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lova mengambil ponsel dari saku celananya ketika merasakan getaran.

089638227777 : Nanti bisa kita ketemu di kafe deket kampus?

Lova mengernyit membaca isi pesan itu.

Mungkinkah Milo?

Lova : Sp ni?

089638227777 : Dateng aja besok jam 4 sore, lo bakal tahu siapa gue.

"Dih ... sok misterius banget. Gue ga dateng baru tau rasa lo," gumamnya bermonolog.

Tita yang duduk di depan Lova mengernyit mendengar gumaman sohibnya. Ia menoleh lalu berbisik pelan, "Sehat, Bu?"

Lova hanya menaikkan kedua alis lalu kembali mendengarkan penjelasan dari dosennya.

"Lo tadi ngomongin apaan?" bisik Tita lagi. Gadis itu terlalu ingin tahu jika tidak bertanya lagi.

Lova mengulurkan ponselnya lewat bawah mejanya agar tidak ketahuan dosen. 

Lova mencondongkan badan lalu berbisik, "Baca deh. Menurut lo siapa, Tit?"

Tak lama Tita mengembalikan ponsel Lova lewat bawah meja lalu menoleh. "Milo, yakin seratus persen gue," jawabnya cepat.

Sama persis seperti dugaan Lova.

...

Lova membereskan buku-buku serta laptopnya lalu memasukkannya ke dalam tas.

"Ayo, Lov."

Lova menoleh. "Duluan aja, Ken. Gue ada janji."

Ken mengernyit. "Janji sama siapa?"

Tita menarik lengan Ken. "Udah kita duluan aja, Lova mau reuni sama teman SMAnya."

Tita mendekati Lova lalu berbisik di telinga gadis itu. "Jangan reuni perasaan ya."

Setelah itu Tita tertawa pelan lalu kembali menarik Ken ke luar kelas.

Lova tertawa pelan.

Setelah Ken dan Tita ke luar kelas, Lova menutup tasnya sembari menimbang-nimbang apakah ia harus pergi atau tidak.

Jantungnya kembali berdebar.

"Oke. Gue dateng," gumamnya yakin lalu mengambil tas dan berjalan ke luar kelas dengan jantung yang masih berdebar kencang.

Lova berjalan kaki menuju kafe dekat kampusnya karena ia tidak membawa kendaraan.

Aroma kopi tercium dari luar. Lova menarik napas dalam-dalam, berusaha meyakinkan diri untuk tidak kabur. Setelah siap, ia membuka pintu kafe yang menimbulkan bunyi gemerencing lonceng.

Seseorang menoleh ke arah pintu.

Lova berjalan pelan sambil mengatur napas.

"Mau pesen apa?" tanya Milo ketika Lova sudah berdiri di hadapannya.

"Green tea latte," sahut Lova sambil meletakkan tasnya di kursi.

Milo mengangguk lalu berjalan untuk memesan minum. Tak lama ia kembali membawa segelas greentea latte dan segelas caramel macchiato untuknya.

"Kemarin kita belum sempet ngobrol banyak, makanya gue minta lo buat dateng ke sini."

Ya iya lah, kan di buru-buru sama pacar lo, batin Lova.

"Emang lo mau ngomongin apaan?" tanya Lova sambil menyedot minumannya.

"Nggak ada yang spesifik sih. Cuma pengin ngobrol aja," ucapnya sambil tersenyum.

Lova hanya mengangguk sebagai jawaban.

Mata Milo mengarah ke leher Lova lalu tersenyum simpul. "Kalungnya masih lo pakai ternyata."

Lova menahan napas. Tangannya perlahan meraba kalung di lehernya lalu tersenyum canggung.

"Gimana kabar Mama sama Papa?" tanya Milo.

Lova berdeham. "Baik ... Mama lo gimana?"

Milo tersenyum. "Jauh lebih baik dari pada terakhir kali lo lihat."

Lova tersenyum tipis. Ingin rasanya ia bertemu lagi dengan mama Milo.

"Lo tinggal di mana sekarang?"

"Sentul."

Milo mengangguk paham.

"Lov, gue mau minta maaf."

"Soal?"

"Soal taruhan ya—"

"Santai, Mil. Udah gue maafin kok," potongnya cepat.

Milo menunduk. "Gue ngerasa nggak enak. Awalnya emang taruhan, tapi lama-lama gue sadar, gue suka sama lo."

Lova tertawa pelan lalu kembali meminum greentea lattenya tanpa memedulikan ucapan terakhir Milo dan tidak berniat membahasnya lebih lanjut.

Lagi pula tanpa Milo harus melanjutkan ucapannya, Lova sudah tahu maksudnya.

'Gue suka sama lo— dulu'

Keadaan menjadi canggung setelah Lova tak lagi membalas perkataan Milo.

Lova menoleh keluar jendela.

"Hujan..." gumamnya.

"Lo mau pulang sekarang?" tanya Milo yang sedari tadi mengamati raut wajah Lova yang terlihat cemas dan tidak nyaman.

Lova mengangguk.

"Lo bawa mobil?"

Lova menggeleng.

"Gue anter," ucapnya sambil memakai jaketnya.

Lova mengerjapkan mata beberapa kali. "Hah?"

"Malah hah, udah gue anter. Buruan," ujar Milo yang sudah berdiri.

Biar bagaimana pun, Lova tak mau jika nantinya hal ini malah menjadi salah paham dan pacar Milo marah gara-gara Milo mengantar mantannya pulang.

Ah apa bisa disebut mantan?

___

17 Maret 2018

Setelah Usai (Milova 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang