17. Happy Sunday

1.5K 173 28
                                    

"Malam banget, dari mana aja?" tanya Amira saat Lova masuk ke dalam rumah.

"Tadi kan ke kafe, terus jalan-jalan sekalian makan bentar."

"Sama siapa?"

"Milo."

"Katanya udah putus?" tanya Amira.

Lova tersenyum malu. "Kalo dia bilang masih sayang sama aku itu tandanya apa, Ma?"

Amira menatap Lova lalu tersenyum menggoda. "Dia pengen balikan sama kamu kali tuh..."

"Aamiin..."

"Eh malah amin," celetuk Amira sambil tertawa.

"Ya udah ah, aku mau bersih-bersih dulu ya, Ma," sahut Lova sambil berlari ke kamarnya dengan girang.

Amira mengangguk lalu kembali menonton televisi. Ia hanya bisa geleng-geleng kepala melihat putrinya seperti itu.

...

"Astaga..." gumam Lova setelah menutup pintu kamarnya.

Tangannya kembali meraba bibirnya.

"First kiss gue ... sama mantan banget?"

Lova tersenyum malu. Ia menahan diri untuk tidak berteriak.

Lova menutup wajahnya dengan kedua tangan lalu menjatuhkan tubuhnya di kasur sembari tersenyum lebar, seakan-akan bebannya selama ini terangkat semuanya.

...

"Pagi, Lova..." sapa Amira.

Lova menguap. "Hah? Emang masih pagi, Ma?" tanyanya.

Amira melihat jam di tangannya. "Baru jam delapan. Tumben hari minggu bangun jam segini. Ada janji?"

Lova menggeleng sambil berjalan ke kulkas untuk mengambil susu. Dia sendiri juga tidak tahu kenapa tiba-tiba bangun pagi di hari minggu dan tidak memilih untuk kembali memejamkan mata.

"Terus?"

"Nggak tahu tadi kebangun aja, terus lapar..." gumamnya sambil melirik meja makan.

Amira tertawa pelan. "Nggak usah kode. Tuh tadi pagi udah dibeliin bubur sama Papa. Untung kamu bangunnya nggak kesiangan."

"Asyik!" seru Lova lalu berjalan ke meja makan dengan segelas susu di tangannya.

Lova membuka bungkusan bubur lalu menuangkannya di mangkuk.

Tok ... tok ... tok...

Lova berdiri, hendak membukakan pintu.

"Mama aja. Kamu makan dulu."

Lova mengangguk. Ia kembali duduk lalu menyuapkan bubur ke mulutnya.

"Ehem..."

Lova menoleh. Gadis itu refleks menutupi wajahnya dengan telapak tangan. "Lo ngapain ke sini pagi-pagi!" protesnya dengan mulut yang masih penuh dengan bubur.

"Untung Lova bangun pagi, biasanya bangun jam sebelas," celetuk Mama.

"Iya, Tante. Kan dulu pernah Milo ajakin ke pantai nggak mandi," Milo terkekeh.

"Ih, Milo! Ngapain diingat-ingat, malu tahu! Lo ngapain sih ke sini pagi-pagi?"

"Jalan yuk! Boleh nggak, Tante?"

Amira melirik Lova. "Ya kalo Lovanya mau sih nggak apa-apa, lagian Mama juga mau belanja bulanan nanti, Lov. Dari pada kamu sendirian mending jalan-jalan aja sana sama Milo," ucapnya setengah memaksa.

"Ya udah, Lova mandi dulu," ucap Lova sambil meletakkan mangkuknya di wastafel.

Milo terkekeh melihat Lova yang berjalan melewatinya.

"Apa ketawa-ketawa?"

"Lucu olafnya."

"Milo!"

"Ya habis lo hobi banget pake baju tidur olaf mulu dari SMA."

"Soalnya lucu. Udah ah mau mandi malah diajakin ngomong," protesnya.

"Ye, sensi amat," balas Milo.

Amira hanya tertawa mendengar perdebatan Lova dengan Milo.

...

Lova membuka lemari pakaiannya lalu menatapnya satu per satu.

"Pakai apa ya..." gumamnya bingung.

Setelah beberapa menit memandangi pakaian-pakaianku, akhirnya pilihannya jatuh pada sweater dan jeans kesayangannya. Tidak ada bedanya dengan pakaian sehari-harinya ketika ke kampus.

"Bodo amat jalan-jalan doang kan ya," gumamnya sambil masuk ke kamar mandi.

Selesai bersiap, Lova mengambil sepatu lalu berjalan ke luar dari kamarnya.

"Ke mana sih kok pada ngilang?" Lova mengedarkan pandangan mencari keberadaan Milo dan Ibunya. Bahkan Ayahnya yang biasa di kamar atau di ruangan kerja juga tidak ada. 

"Mama?!"

"Iya!"

Lova berjalan menuju kebun belakang rumah tempat suara Ibunya berasal.

Milo sedang ikut berkebun bersama Egra, sedangkan Amira mengamati mereka sambil meminum tehnya.

"Lo lama banget sih, Lov..." gumam Milo sambil berdiri.

"Eh emang lama ya?" tanyanya.

Milo dan Amira mengangguk bersamaan, bahkan Egra yang tidak tahu apa-apa juga ikut mengangguk.

"Ya udah, yuk?" ajak Lova.

Milo mengangguk lalu mencuci tangannya.

"Berangkat dulu ya, Om, Tante."

"Iya, hati-hati ya..." jawab Egra lalu melanjutkan kegiatannya.

"Berangkat ya, Ma, Pa."

Amira dan Egra mengangguk.

"Mau ke mana sih, Mil?"

"Jalan-jalan aja. Minggu-minggu gini emang nggak bosan di rumah aja?"

"Bosen sih, tapi kan tadi gue baru bangun. Paling bosannya nanti, sekitar lima jam lagi."

Milo tertawa pelan.

"Gimana kalau kita jalan-jalan sampe sore?"

"Hah? Serius? Mau ngapain aja?"

"Ke Bandung, yuk?" ajak Milo.

Lova terbelalak. "Lo gila ya?"

"Waras kok. Deket doang lagian."

"Deket pala lo, kita mau pulang jam berapa kalau sekarang ke Bandung, ih!" ucapnya kesal.

"Halah nggak usah alay. Lo tinggal duduk aja, yang nyetir juga gue."

Lova memutar bola matanya kesal karena dibilang alay. "Ya udah deh, terserah lo aja."

Milo menyalakan musik lalu mulai melajukan mobilnya ke arah Bandung, kota yang mempertemukan mereka berdua.

___

9 Maret 2019

Setelah Usai (Milova 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang