13. Candu

2.1K 259 59
                                    

Setengah jalan, Lova menyipitkan mata ketika melihat seseorang di perempatan tak begitu jauh dari rumah Tita

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setengah jalan, Lova menyipitkan mata ketika melihat seseorang di perempatan tak begitu jauh dari rumah Tita.

"Milo ngapain coba malem-malem gini di situ?"

Lova memajukan mobil dan sedikit menepi agar bisa melihat dan memastikan dari dekat apakah orang itu benar-benar Milo atau hanya mirip.

"Astaga!"

"Gue ke luar atau nggak ya?" gumamnya bermonolog.

Lova diam di dalam mobil cukup lama, bergulat dengan hatinya sendiri.

Milo tampaknya semakin tak sadarkan diri, dia berbicara tak jelas.

"Bego banget sih minum sendirian!" gumam Lova kesal, akhirnya ia memutuskan untuk ke luar dari mobil dan menghampiri Milo dari pada ia malah kepikiran sepanjang jalan pulang.

"Milo!"

Milo mendongak.

"Lova?"

Lova mengernyit ketika mencium bau alkohol yang kuat menguar dari mulut laki-laki itu.

"Lo ngapain sih duduk di pinggir jalan gini, bego banget!" gumamku.

HOEK!

Lova membantu Milo memijat tengkuk lehernya agar dia mengeluarkan semua isi perutnya.

Setelah muntah, Milo meracau tak jelas lalu ambruk di tubuh Lova. Gadis itu menahan tubuh Milo yang jauh lebih berat darinya dengan susah payah.

"Aduh pakai pingsan segala lagi nih orang. Gue nggak tahu rumahnya lagi. Masa gue bawa ke rumah?" gumam Lova kebingungan.

Akhirnya dengan bersusah payah, Lova mengangkat Milo ke dalam mobilnya.

"Udah mantan juga masih nyusahin!" ucapnya setelah duduk di kursi kemudi. Ia berdecak kesal melihat Milo lalu kembali menjalankan mobilnya.

Lova menatap Milo yang tak sadarkan diri.

Berantakan.

"Ngh..."

Lova menoleh sekilas lalu kembali fokus ke jalan raya.

"Mil?"

Milo menatap Lova dengan mata merah. "Lo tahu nggak gue sayang banget sama lo, hm?"

Lova mengernyit lalu kembali menoleh. "Ngomong apa sih?"

"Gue sayang banget ... kenapa lo malah pacaran sama cowok jelek itu, huh?"

Lova menggeleng-gelengkan kepala. "Ken itu bukan pacar gue."

"Lo tahu nggak, dulu gue udah suka beneran sama lo dan lo malah ninggalin gue gitu aja. Gue suka sama lo bukan karena taruhan itu, tapi lo nggak pernah ngerti, lo nggak mau dengerin gue bahkan lo ngilang gitu aja. Lo tuh tahu nggak gue sayang sama lo!" ucapnya dengan nada meninggi.

Napas Lova tercekat mendengar racauan yang ke luar dari mulut laki-laki di sampingnya.

Biasanya yang dikatakan orang mabuk itu adalah perkataan jujur.

"Sekarang?" tanya Lova ragu.

Tak ada jawaban.

Lova mendengar dengkuran halus, ia menoleh lagi.

"Giliran gini aja lo nggak sadar lagi. Ngeselin banget," gerutunya.

...

Lova mengamati wajah Milo yang masih tak sadarkan diri.

Aku menepuk pipinya pelan. "Mil..."

"Ngh..."

"Mil, bangun..."

Milo memegang kepalanya lalu membuka matanya perlahan.

"Ayo masuk."

Milo menarik tubuhku kedalam dekapannya lalu kembali memejamkan matanya.

Lova terperanjat.

Aroma tubuhnya masih sama seperti dulu. Tak ada yang berubah.

Peluknya,

Candu.

"Mil, apaan sih!" Lova menarik tubuhnya menjauh.

"Ayo masuk!" serunya sambil ke luar dari mobil.

Dengan setengah sadar, Milo mengikuti Lova.

"Mama!"

"Apa?"

Lova menuntun Milo untuk duduk di ruang tamu. "Lo tunggu bentar."

"Papa di mana, Ma?"

"Di kamar. Udah tidur kayaknya."

Lova mengangguk paham.

"Ma, ada Milo di depan."

Amira terbelalak. "Hah!? Di mana?"

"Tapi, Ma..."

"Tapi apaan ngomong yang jelas jangan di potong-potong. Mama kepo tahu nggak?"

Lova memutar bola mata. "Milo mabuk, Ma," bisiknya.

"HAH!? Serius lo?"

"Ih, jangan teriak-teriak, Ma. Udah malam."

"Ya terus kenapa kamu bawa ke sini? Kamu mabuk juga?" tanya Amira sambil menangkup kedua pipi Lova.

"Enggak lah! Aku tadi habis pergi sama Tita. Terus aku ketemu dia mabuk di pinggir jalan sendirian pas mau pulang. Aku mau anter ke rumahnya tapi nggak tahu rumahnya di mana. Masa iya aku sewain hotel, ntar Mama marah lagi kalo aku sama Milo di hotel. Ya udah aku bawa ke sini, 'kan bisa tidur di kamar tamu juga."

"Ya udah."

"Ya udah aku bawa ke kamar dulu."

"Eits. Mama ikut, nggak boleh berduaan di kamar!"

"Iya, Ma..."

Lova dan Amira membawa Milo ke kamar tamu.

"Ambil air, Lov. Nanti dia dehidrasi," ucap Amira sambil mengambil selimut yang tersedia di lemari kamar tamu.

Lova mengangguk lalu berjalan ke dapur untuk mengambil air putih.

"Mil, minum dulu," ucap Lova lalu membantunya meminum air.

"Mama kalo udah mau tidur nggak apa-apa. Aku jagain Milo aja, nanti aku duduk di sofa. Pintu aku buka kok, tenang aja."

"Nggak apa-apa?" tanya Amira.

Lova mengangguk dengan tatapan yakin.

"Ya udah, nanti kalo ada apa-apa panggil Mama aja."

Setelah Amira pergi, Lova duduk di samping Milo lalu mengusap kepala Milo yang sudah kembali tertiduur.

"Kenapa sih lo mabuk-mabukan gini?. Dulu kayaknya nggak gini deh..." gumamnya. Karena ia tahu, Milo bukan tipe orang seperti itu, memang dia suka ganti-ganti pacar dan sering menggoda teman-temannya, namun dia tidak sampai mabuk-mabukan.

Lova beranjak lalu duduk di sofa sambil memainkan ponsel, dan sesekali melihat Milo.

Lova melirik jam di dinding.

Pukul sebelas lebih.

Kata-kata yang diucapkan Milo tadi kembali terngiang lagi di kepalanya.

Lova masih memikirkan, apa yang diucapkan Milo itu benar?

Aku menguap. Ia merasa tubuhnya sangat lelah hari ini.

Dan tanpa sadar, ia terlelap.

___

next part 50 comment yaa! hehe

19 Agustus 2018

Setelah Usai (Milova 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang