Prologue

143 11 7
                                    

Hari ini hari kamis. Seperti biasa aku sudah bersiap untuk berangkat kerja. Jam tangan di tangan kiriku sudah kupasang.

Dasi biruku cocok sekali dengan kemaja putihku. Jaket labku telah kucuci bersih kemarin. Aku tampak menawan. Tinggal rambut coklat pendekku yang belum kusisir.

"Eh, ada apa?" Suara handphone ku yang ada dikamarku. Oh, ternyata Ben.

"Ya ben, kenapa?"  Tanyaku sambil menatap jendela kamar.

"Walter! Lari sekarang juga, aku bilang pergi dari kota ini sekarang juga!" Suara walter yang terdengar cemas. Saluran telepon langsung terputus

Aku terdiam sejenak. "Booooommm!!" Ledakan raksasa terdengar dari tengah kota. Seketika reflekku mengarahkanku ke jendela kamar.

"Astaga!? Apa a-apaan?" Aku metapa jendela kamar dengan kaget. Seketika bulu kudukku berdiri.

Jantungku berdegup kencang. Kurasakan adrenalin mengalir ditubuhku.

Seketika aku teringat perkataan Ben. "Apakah benar, semoga aku salah." Gumamku dalam hati. Sesuatu yang besar akan terjadi.

Aku langsung melepas kemejaku. Menggantinya dengan sweater hitam. Ikat pinggang dengan kantong pisauku ku pakai. Aku langsung  mengambil pisau kombatku di laci kamarku.

Selagi aku memasukkan perlengkapan yang kubutuhkan kedalam tas hitamku, terdengar suara helikopter diatas rumahku. Reflek mengarahkanku keatap rumah, terus menuju jendela. Helikopter tentara! Apa?

Tembakan menghujani Lab tempatku bekerja. "Ahh, sial." Ternyata apa yang kuduga benar. "Aku harus pergi sekarang!"

CURETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang