Impisi Siphiwe P O V
Chinhoyi, Zimbabwe
"Impisi! Esasa! makan malam sudah siap." Suara melengking mama memecah kesunyian malam.
Aku bergegas turun tangga. Aroma masakan mama tercium saat aku melangkah turun. Ia koki rumah yang handal.
"Aku membuat makanan kesukaanmu, Impisi." Mama berkata senang. "Kau suka?" Tanyanya.
"Ma, ini Sadza TERBAIK!"
Suara hentakan kaki perlahan-lahan terdengar. Adik perempuanku turun dengan girang, sambil menenteng boneka kucing kesayangannya. Mama memasak makanan kesukaanku, Sadza. Jagung yang dihaluskan ditambah sup. Kami hidup dalam lingkungan tradisional.
"Bagaimana pekerjaanmu, Impisi? Ini hari pertamamu kan?" Mama bertanya sambil mengunyah makan malam.
"Cukup menyenangkan. Pertanian paman Ubaba sangat luas. Ia memberikan satu karung jagung untuk kita, Ma."
"Ia orang yan baik, Impisi. Bahkan saat kematian Papa, ia memberikan kita rumah ini." Mama ikut bercerita. Menyeka satu tetes air mata dipipinya. Ia masih belum bisa melupakan Papa.
Ruang makan lengang. Kami menghabiskan sisa makanan tanpa berbicara.
"Jangan lupa cuci piring, Impisi." Suara Ibu menggema dari atas tangga.
Hari yang melelahkan. Mama terlihat kecapekan, mengurus kebutuhan sehari-hari. Krisis makanan melanda, akibat penutupan jalur distribusi oleh Nemesis, berita buruk. Aku menengok kearah jendela disamping kananku-dekat wastafel. Cahaya dari ladang jagung paman Ubaba. KEBAKARAN!
Aku bergegas berlari menuju trukku. Kulihat kearah ladang jagung, api berkobar semakin besar, menerangi hutan sekitar. Aku langsung tancap gas, truk melesat dengan cepat. Tanah dan kerikil terlemper akibat gesekan ban yang cepat. Rumah paman Ubaba mulai terlihat dari kejauhan. Rumahnya tertutup api, dan teriakan? Suara anak kecil, itu anaknya! Ode!
Aku bergegas turun dar truk, mengambil kapakku. Rumah paman dipenuhi kepulan asap. Aku langsung mendobrak masuk. Teriakan itu berasal dari lantai atas. Bangunan mulai runtuh, terbakar hangus. Aku membelah blok kayu yang menutui tangga dan bergegas naik. Ode berteriak minta tolong, dan paman Ubaba? Dia menggeliat tidak terkendali, kejang-kejang. Apa yang terjadi ?! Aku bergegas menolong paman. ASTAGA! MATANYA.... MATANYA BERDARAH! Aku harus pergi dari sini.
"Ode, PERGI DARI SINI!" Aku menggenggam tangannya, menariknya keluar dari rumah.
Kobaran api bertambah besar. Seisi rumah tertelan api. Aku menggendong Ode keluar rumah, menerobos api. Suara sirine terdengar dari kejauhan. Aku berhasil keluar dari rumah.
"Ode, apa yang terjadi?" Aku bertanya penasaran
"Papa, papa sedang makan malam, lalu... lalu papa pingsan, dan kejang-kejang.
"Ba.. Bagaimana?"
Sesosok bayangan tertangkap dari ujung mataku. Terlihat sesosok pria keluar dari rumah, dengan langkah pincang. Sosok itu, mengeluarkan darah dari matanya.
"ASTAGA... PA..PAMAN UBABA!"
"BERHENTI!" Salah satu polisi berseru. "ATAU KAMI MENEMBAK!"
Suasana lengang. Tiba-tiba Paman Ubaba berlari menuju salah satu polisi, menerkamnya!
Tembakan senjata mengarah langsung ke ubun-ubun Paman Ubaba, seketika ia tewas.
"PAPAAAAA!" Ode berteriak, menangis.
Polisi tadi tergigit dibagian lehernya, mengucur banyak darah.
"Too...Tolooong ak...ku." Suaranya patah-patah.
Tim medis bergegas menuju lokasi. Mayat Paman Ubaba dimasukkan ke dalam ambulans.
"Tuan, bisakah anda ikut saya?" Salah satu polisi bertanya.
Aku berjalan mengikutinya. Salah seseorang menatapku tajam. Ia memegang buku note dan pulpen, sepertiya ia detektif.
"Tuan Impisi Siphiwe, boleh aku bertanya sesuatu?" Detektif tadi bertanya, dengan tampang dingin. Darimana ia tahu namaku?
"Apa yang kaulakukan disini, Tuan?"
"A.. Aku sedang mencuci piting, lalu melihat ada sesuatu yang bercahaya dari ladang Paman Ubaba. Aku bergegas ke lokasi, dan ternyata Rumahnya kebakaran. Aku bergegas masuk kedalam, karena ada suara Ode menangis. Dan ternyata... ter... ternya..."
"Ternyata apa?" Detektif tadi menyela.
"Paman Ubaba, aku tidak tahu apa yang terjadi. Matanya berdarah, ia menggeliat, kejang-kejang. Mengerikan."
Detektif tadi membalikkan badan, berbisik pada rekan polisinya. Detektif tadi menggeleng, setelah menatapku singkat.
"Ikut kami, Tuan Impisi Siphiwe."
KAMU SEDANG MEMBACA
CURE
Science Fiction"Last hope, this is our last hope" (Baca deskripsi???) Dunia dilanda wabah mengerikan. Virus cerebrum comedenti, atau dikenal dengan Virus X yang berasal dari German ini telah menginfeksi lebih dari 1/8 dari dunia dan bertambah. Harapan sepertinya t...