"BERHENTI ATAU KAMI AKAN MENEMBAK!"
"Hei hei hei, kami netral, tuan-tuan." Mike menjawab. "Kalian mungkin ingin bertemu temanku dibelakang sana."
"Teman?" Tentara berbaju hitam, lengkap dengan pisau kombat dan pistol jenis Desert Eagle digenggamnya di tangan kanan. 3 orang lainnya mengarahkan senapan kearah kami, tatapan intimidasi. "Sial! Mutan. Bawa mereka ke truk."
Baku tembak terdengar keras. Percikan api, selongsong berjatuhan, ledakan masif. Mereka akhirnya memutuskan pergi, konvoi antara mobil Hummer hitam dan truk muatan dimulai. 1 orang diantara mereka menembaki mutan melalui senapan mesin dari atap truk. Suara selongsong yang berjatuhan terdengar , bagai irama musik, bagai hujan batu, menggetarkan atap truk.
Medan hutan sulit ditaklukkan. Mengingatkanku saat aku masih kecil, naik roller coaster di taman wisata Adventureland, New York, masa-masa indah. Akhirnya, tanah tidak rata berganti aspal. Mobil dan Truk meluncur kencang ditengah jalan, cepat.
"Siapa sebenarnya kalian? Apa yang kalian lakukan disini, Prajurit?
"Lantang sekali kau bicara! Kau tidak tahu ini pangkat apa?" Trench, yang emosi menunjukkan lencana pasukan khusunya, merah terang ditengah baju hijaunya.
"Jadi, kalian pasukan Charlie ? Houston?" Tentara berbaju hitam, bertanya, ragu-ragu.
"Nilai sempurna untukmu, Grande!." Giliran Franko menjawab, nada sinis, aksen italia yang kental.
"Bevelvoerder, hulle is gevalle Charlie-spanne." Tentara tadi berbicara lewat HT, bahasa asing.
"Is jy seker?" Jawab seseorang dari HT itu, nada ragu.
"Ja, seker."
"Wel, soldaat."
"Pasukan Alpha, Beta, dan Delta menunggu di markas kami, Radar mendeteksi pesawat Charlie jatuh di hutan dekat sini, kami langsung menurusi lokasi." Aku mendengar penjelasannya dengan seksama, Mike menatapnya dengan tajam, sedikit kesal. "Maaf atas sambutan yang buruk, kami tidak sempat berlatih."
Perjalanan yang panjang, menusuri jalanan yang berubah-ubah. Aspal dan kerikil, kadang tanah. Kuakui ini pemandangan yang indah. Cahaya matahari sore memperindah perjalanan, walaupun lama tapi aku menikmatinya.
Kami sampai di markas pukul 5 sore. Papan bertuliskan Restricted Area dengan warna merah tebal tertancap didepan pagar kawat besi. Setelah pagar kawat itu terdapat tembok besar, setiap sudutnya dilengkapi menara sniper, ketat sekali.
"Welcome to Fort Doom, gentlemen."
Markas yang besar, fasilitas lengkap, dibuat khusus sebagai pertahanan terhadap wilayah karantina disekitarnya. Tenda-tenda darurat disusun ditengah lapangan markas. Ratusan pegungsi tinggal disana. Tenda-tenda klinik juga berjejer rapih disana, merawat puluhan pasien. Helikopter pasukan Alpha, Beta, dan Delta terparkir di landasan markas.
"Komandan!" Hormat Mike diikuti Trench dan Franco terhadap komandan pasukan US Marine.
"Sersan, senang melihatmu utuh." Jawab Komandan dengan senang. "Sergeant Will dan Young, dimana mereka?"
"Tewas komandan, kecelakaan menyebabkan kokpit terpisah dari badan pesawat."
"Suatu kehormatan bagi mereka." Wajahnya penuh penghormatan. "Baiklah sersan, letnan Skip akan mengantar kalian ke barak, aku harap kalian dan Professor Green juga Dokter Walter berkumpul di ruang rapat besok pagi. Skip akan menunjukkan ruangan kalian, aku tidak bisa berlama-lama disini." Komandan undur diri.
Mike, Franko, dan Trench memberi hormat, dibalas oleh Komandan. Kami pun bergegas menuju barak.
Kamar cukup besar, meja disebelah kanan pintu. Jendela cukup besar disamping kasurku, halaman markas yang luas, pagar keamanan juga terlihat membentang panjang. Aku berpikir, kita harus bertindak cepat. Virus bisa berkembang lebih cepat dari yang kita duga. Kita harus bersiap.
...
"Virus telah berkembang hampir ke semua wilayah AS. New York, Philadelphia, Washington, Boston, dan lebih banyak lagi. Pusta pengungsian dibuat di markas militer di Houston dan New York. San Antonio juga menyiapkan pasukan bersenjata, pengamanan ketat dikawasan aman." Siaran broadcast CNN di pagi hari membuatku ketakutan, seperti petir di siang bolong.
"Warga setempat diharapkan tetap tinggal dirumah, menjauhi jendela, dan tetap tenang sampai bantuan evakuasi tiba. Sekian himbauan dari... langs...."
"Tak bisa aku pikirkan keadaan disana." Mike dan Franko menonton broadcast langsung dari tabletku, tersambung ke proyektor ruang rapat. Ruangan terasa lengang. Pertemuan dimulai 10 menit lagi.
"Virus itu mengerikan." Franko yang pertama berkomentar. "Aku harap penduduk bisa selamat. Mereka semua ber-Hak."
Hentakan sepatu berirama mulai terdengar. Sepertinya pertemuan akan dimulai.
"Sersan Michael, Sersan Franko." Suara tidak asing terdengar menyapa mereka. Mereka langsung berdiri tegak memberi hormat. Reflekku ber-reaksi, berdiri menyapa Komandan Batalyon Persenjataan. Tanda pangkat dan jabatan beserta papan nama terlihat disana. Komandan Langley.
"Dokter Creek, senang bertemu denganmu." Komandan dengan ramah menyapa.
"Perkenalkan, namaku Ismani Ode, komandan persenjataan 1 Brazzaville. Aku dengar sambutan kami kurang ramah. maafkan." Pria tinggi dengan suara berat itu menyapa, aksen Afrika.
Aku memulai penjelasan dengan santai
"Virus menyebar melalui gigitan, menurut penelitian terbaru. Cairan dan udara yang terkontaminasi Virus X, baik dari darah ataupun hembusan nafas berkemungkinan menularkan virus X.
"Virus berkembang didalam inangnya dalam 3 tahapan. Tahap 1 atau Transition membutuhkan waktu 12 jam. 1 jam pertama tubuh akan mengalami kelelahan berlebih. 3 jam berikutnya disusul dengan dehidrasi, ruam pada kulit, dan mata yang mengalami kerabunan awal. 5 jam selanjutnya, penderita akan mengalami gejala muntah darah, rabun total, kelumpuhan, kulit pecah-pecah, ruam menyebar, sensasi terbakan, mata berdarah, dan sebagainya. 3 jam terakhir merupakan titik terakhir, sebelum akhirnya tubuh dikuasai total oleh Virus, parasit mematikan, mengambil alih seluruh tubuh. Sayangnya apabila pasien melewati tahap Transition, Antivirus tidak bisa membantu lagi.
"Tahap selanjutnya yaitu Order. 1-7 hari setelahnya, pasien akan mengalami kelumpuhan jaringan otak. Pasien masih bisa bergerak, berinteraksi lewat kata-kata walau terbata-bata, tetapi terbatas karena virus lama-kelamaan mengambil alih tubuh hingga akhirnya otak lumpuh total.
"Tahapan terakhir infeksi yaitu Undead, yaitu tubuh terambil alih oleh Virus. Langkah terbaik yaitu menghancurkan tubuh mayat hidup itu, mencegah penyebaran lebih lanjut."
Pemimpin, pejabat, dan pihak terkait termelongo mendengar penjelasanku. Fakta yang mengerikan.
"Doktor Creek?" Ode bertanya dengan suara serak. "Kita butuh rencana, SEGERA!"
KAMU SEDANG MEMBACA
CURE
Science Fiction"Last hope, this is our last hope" (Baca deskripsi???) Dunia dilanda wabah mengerikan. Virus cerebrum comedenti, atau dikenal dengan Virus X yang berasal dari German ini telah menginfeksi lebih dari 1/8 dari dunia dan bertambah. Harapan sepertinya t...