17.08 - Markas Polisi Harare, Harare, Zimbabwe.
"Jadi anda bilang, monster tadi mengeluarkan darah dari mata dan menggeliat kejang-kejang? Anda tidak salah liat, tuan?" Detektif itu mengulang lagi pernyataanku, untuk kedua kalinya.
"Benar sekali tuan...."
"Gania. Tuan Impisi." Pria dengan mantel kulit itu menyela.
Suasana ruangan senyap seketika. Tiba-tiba pintu ruangan diketuk. Wanita dengan seragam polisi itu masuk, menyerahkan berkas-berkas. Sebagian bercap "RAHASIA" di bagian depan berkas.
"Tuan Impisi. Saya harap anda bisa bekerja sama, dengan tidak membocorkan ini kesiapapun. Anda mengerti bukan?" Kata detektif itu sambil memasukkan berkas-berkas itu ke dalam tasnya. "Terima kasih atas kerjasamanya, Tuan Impisi. Anggap tidak terjadi apa-apa." Lanjutnya.
Pria itu meninggalkan ruangan mengikut opsir wanita didepannya.
"Sebentar, Detektif." Aku langsung berseru. "Tuan Ubaba sudah kuanggap sebagai keluarga. Dan anak tunggalnya tidak mengerti apa-apa saat kejadian itu."
"Lalu...." Detektif itu membalikkan badan dengan wajah dinginnya yang khas.
"Aku berhak mengetahui apa yang terjadi, Tuan." Jawabku.
"Maaf ini rahasia. Tidak ada yang perlu dijelaskan. Omong-omong, kau bisa bilang kalau ayahnya sedang bekerja. Aku pikir itu bukan masalah." Detektif tadi menjawab. Tidak peduli. Ia langsung mebalikkan badan dan melangkah.
"Tunggu. Anaknya bilang sesuatu. Sesuatu yang mungkin berkaitan." Aku teringat sesuatu yang dikatakan ode.
"Daging?...." Detektif itu menoleh heran, dan berhenti sejenak, berpikir.
"Jadi peternakan itu." Gania berbisik.
Situasi lebih rumit dari yang aku pikirkan.

KAMU SEDANG MEMBACA
CURE
Ficção Científica"Last hope, this is our last hope" (Baca deskripsi???) Dunia dilanda wabah mengerikan. Virus cerebrum comedenti, atau dikenal dengan Virus X yang berasal dari German ini telah menginfeksi lebih dari 1/8 dari dunia dan bertambah. Harapan sepertinya t...