Chapter 1 : Get out

82 11 3
                                    

"Aku harus segera keluar dari sini, tapi kemana?"

Suara ledakan kedua terdengar. Dengan segera aku mempercepat gerakanku.

"Pisau, jam tangan, handphone, charger, powerbank, laptop, peta." "Apa lagi yang kurang?" Adrenalin masih terasa mengalir ditubuhku. Aku langsung mengambil masker labku, memakainya.

Aku langsung berlari menuju garasi, mobilku terparkir menghadap pintu garasi.

"Arrrgghh!" Mutan menggedor-gedor pintu garasiku

Aku menyalakan mobil dan langsung menabrak bintu garasiku

Braaakkk! Suara mobil menabrak pintu dengan agresif.

"Astaga, virusnya telah menyebar."

Aku mengambil handphone dan langsung menelpon Ben.

"Ayo Ben, angkat." Gumamku dengan kesal

Aku mengendarai mobilku tak karuan. Rumahku terletak di lereng dekat pusat kota. Jalanan terjal menambah kengerian saat berkendara. Padahal sudah 3 tahun aku disini.

"Sial, ponsel Ben mati."

Aku merasa panik sekarang. Keringat mulai membasahi tubuhku. Jantungku berdegup kencang.

"Tenang walter, tenang." Sembari aku menarik nafas dalam-dalam dan membuangnya.

Aku berkendara masih seperti maniak dikejar polisi. Terlihat orang-orang terinfeksi Virus X, mengerikan. Tubuh-tubuh tergeletak di tengah jalan. Bagian tubuh banyak yang hancur tak karuan, mungkin akibat helikopter tadi.

"...banyak orang terinfeksi...." suara radio yang samar samar.

Aku langsung membesarkan volume radioku.

"...apabila anda mendengar pesan ini, silahkan menuju pangkalan militer New York, kami pihak militer menghimbau anda untuk segera menuju Pangkalan Militer New York. Apabila tidak memungkinkan, kunci pintu rumah anda, pastikan jendela tertutup rapat dan lindungi dengan perabotan rumah. Kami akan melakukan evakuasi 24 jam."

Jantungku perlahan rileks. Ternyata masih ada tempat aman disini. Pangkalan militer memang tempat aman sekarang. Apalagi kota sangat kacau.

"Astaga! Mike." Aku langsung mengambil Handphone dan segera menelponnya.

"Mike! Bagaimana keadaanmu?" Tanyaku deg-degan

"Walter! Sepertinya ada sedikit masalah, mutan menggedor rumahku." Jawab Mike setengah cemas

"Aku akan menjemputmu, tunggu sebentar, ok?"

"Baiklah, sebaiknya cepat, aku tak mau menjadi mutan gila!"

Adikku dalam bahaya, mutan bahkan menyebar hingga rumahnya di pesisir pantai. Kota semakin kacau.

Aku kembali mengemudi setengah maniak. Setidaknya tak mengapa, melihat bensin yang masih....

"Sial! bensinku habis." Umpatku terhadap mobilku.

Beberapa saat berkendara, terlihat SPBU dikanan jalan. Aku langsung memutar mobilku dan parkir disebelah tangki BBM.

"Setidaknya ini gratis." Sambil melihat sekitar.

Mutan mulai berdatangan, seketika aku terburu-buru mengisi bahan bakar mobilku.

Aku membuka bagasi mobilku, dan mengambil palu disana

Kuhantam kepala mutan itu, darah seketika mencucur dari kepala mutan. Mutan itu tumbang, herannya, ia bangun lagi.

"Aaaaahhh!" Kuayun paluku sekali lagi.

Braaaakk! Seketika kepalanya pecah. Otak mutan itu berceceran di dekat mobilku

Aku langsung berlari ke mobilku dan tancap gas. Seketika mobilku meluncur. Terlihat kepulan asap ban dan suara decitan karet dengan aspal.

"Sebaiknya Mike tidak kenapa-napa." Gumamku sambil mengelap keringat didahiku dengan penuh kelegaan

...


CURETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang