<12>

12 0 0
                                    

Hujan di hari minggu ini  ditambah angin angin sepoi-sepoi menyisakan embun di jendela kaca yang membatasi kamarku dengan taman.

Hawa dingin segera menyeruak keseluruh ruangan membuatku yang sedang berdiri didepan jendela pun mengeratkan selimut yang sejak tadi membungkus tubuh mungilku ini. Dingin, itulah yang kurasakan saat ini.

Kudengar seseorang mengetuk pintu kamarku. Membuatku sedikit terkejut.

"Adeline bangun. Nih mama buatin coklat hangat buat kamu." Ucap seorang wanita yang hampir berumur 43 tahun namun wajahnya nampak masih cantik alami dan awet muda itu pun membuatku tersenyum.

"Iya mah Adeline udah bangun kok" Ucapku sambil membuka pintu kamarku.

"Makasih mah."

"Ok"

"Tumben banget mamah kayak gini" Ucapku sambil tersenyum bahagia.

"Hehe. Cepetan habisin tuh coklat hangatnya, habis itu mandi gih. Bau curut tau!" Ucap Mamah membuatku seketika ngeflat.

"Ish. Nyebelin banget" Jawabku BT.

"Lah udah syukur mamah mau bangunin kamu." Jawab mamah membuatku mengerinyitkan keningku.

"Emang kenapa sih?"

"Tuh ada cogan dibawah nungguin kamu" Jawab mamah santai.

"Oh cogan.."

Aku looding bentar.

"Emang kenapa?" Tanyaku oon.

"Ish lola banger sih. Itu ada cogan dateng. Cepet deh mandi sana. Elah~" Ucap mamah lagi membuatku syok berat.

"Heh? Cogan? Jangan-jangan~"

"Yang nganter aku tadi malam?" Ucapku mengingat-ingat.

"Iya. Cogan yang tadi malam nganterin kamu pulang. OMG!" Ucap mamah lagi.

"Astaga dragon ball!! Kenapa mamah gak bilang dari tadi sih."

"Gak papa" Jawab mamah santai.

"Eh kok mamah tau sih istilah cogan giliran cecan gak tau" Tanyaku penasaran.

Mamah hanya terkekeh pelan.

"Heleh. Kalo masalah kek gitu aja tau." Ucapku BT.

"Ah. Udah deh cepet mandi sana. Kasihan yang dibawah nunggu lama." Ucap mamah dengan nada menggoda.

Aku hanya bergidik geli.

"Iya-iya"

***

Setelah menyelesaikan ritual mandiku. Aku pun beralih ke lemari pakaian. Lalu aku memakai tsirt lengan pendek berwarna biru langit serta celana jeans robek-robek berwarna biru gelap, ntah apa itu namanya. Lalu aku beralih ke meja rias. Segera kusisir rambutku dan ku gulung agak keatas membentuk mangkuk setelah itu ku ikat gulungan rambutku menggunakan karet kecil tak lupa menyisakan anak rambut disebelah kanan dan kiriku. Kupakai bedak tipis dan memakai lipgloss berwarna oranye. Kali ini aku memakai pakaian yang lebih simple yang terlihat casual. Saat semua beres aku segera turun menuju ruang tamu dengan perasaan gugup, bahkan jantungku serasa mau copot. Karena mau ketemu gebetan. Eaks.

Kulihat ia sedang memainkan ponselnya sembari meminum lemon tea yang mamah buatkan.

Aku menghela napas pelan.

"Ha, hai. Selamat pagi" Sapaku gugup.

Ia. Lelaki itu membalikan badannya. Memperlihatkan wajah tampan bak dewa yang ia miliki. Membuat jantungku deg-degan. Namun ia menatapku dengan tatapan yang sulit diartikan. Ia menatapku dari atas sampai bawah kakiku tanpa berkedip namun dengan ekspresi datar.

My Sixth Sense GirlfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang