Bulan purnama semakin naik, Freyni telah sampai di rumahnya sepuluh menit yang lalu. Sekarang Freyni tengah menyiapkan perlengkapan MOS besok. Cukup banyak dari bunga, sepatu, baju olahraga, nametag kalung, kipas, makanan dengan clue yang cukup aneh. Semuanya Freyni jadikan satu di meja belajarnya.
Freyni masuk kedalam walk-in closed, mengganti pakaiannya dengan piyama pink dengan motif garis – garis. Tak lupa sandal bulu – bulu berbentuk kelinci, yang juga Freyni kenakan untuk dikamar saja.
"Ck, cepet selesai MOS-nya udah nggak mau, badan sakit lo." Ujar Freyni dengan menyisiri rambutnya di depan cermin.
"Ahh, semangat besok hari terakhir." Ucapnya lagi dengan kedua tangan mengepal untuk memberikan semangat untuk Freyni besok.
Setelah rambut hitamnya benar – benar rapi, Freyni mengambil sikat gigi dan memberikan pasta sikat gigi secukupnya. Menggosokkan dengan perlahan hingga benar – benar bersih, setelahnya ia mengambil mug berbentuk sapi dan berkumur – kumur. Selesai dan keluar dari kamar mandi.
Beranjak ke atas kasur dengan sprai pink, mengambil boneka buaya yang diberi nama sejak kecil dengan sebuatan Bong Bong dan memeluknya.
"Hmm, enak." Ucap Freyni dengan posisi rebahannya.
"Bong Bong," panggilnya dengan suara anak kecil. "Uuuuu... sayang. Bong bong kangen." Ucap Freyni dengan menimang menimang Bong Bong.
"Eh, Gila." Ucap Agam dengan menyandar pada pintu kamar.
"Ih sirik." Balas Freyni kesal.
"Tiap hari, lo tuh gila kalo lagi sama Bong Bong." Ucap Agam dengan melipat tangannya di dada.
"Abang juga, ngapain tiap hari masuk kamar Freyni ?" Tanya Freyni.
"Itu wajib. Mau liat keadaan adek, abang yang kurang sehat." Balas Agam terkekeh dan duduk di sisi tempat tidur.
"Nggak usah ketawa." Ucap Freyni cuek.
"Kenapa?"
"Karena nggak lucu, tahu nggak!" Balas Freyni mencubit perut Agam.
"Ahh," rintih Agam kesakitan dengan cubitan Freyni. Begitupula dengan Freyni langsung melepaskan cubitannya.
"Nggak sakit, wlek." Agam mengeluarkan lidahnya.
"Ih abang emang nyebelin." Ucap Freyni dengan menepuk bahu Agam dengan kuat.
"Iya abang emang nyebelin." Ulang Agam yang mengacak rambut Freyni.
"Abang! Ini udah disisir tahu nggak!" ucap Freyni menjauhkan tangan Agam.
"Ngambek teros. Makin gemes deh." Hibur Agam.
"Diem!" Ujar Freyni kesal.
Agam mengikuti perintah Freyni, cowok itu hanya duduk dan menatap boneka kesayangan Freyni. Boneka itu adalah pemberian Agam ketika ia masih SD, Agam menghadiahkan boneka itu ketika Freyni baru masuk taman kanak – kanak. Sungguh, Freyni sangat menyukai boneka itu, setiap hari Freyni boneka itu. Hingga Freyni memutuskan nama panggilan untuk bonekanya adalah Bong Bong.
Agam memperhatikan Freyni yang tengah sibuk di meja riasnya. Menyisiri tiap sulur rambut hitamnya. Hingga Freyni kembali lagi ke atas tempat tidurnya.
"Abang mau ngapain?" Tanya Freyni dengan cemberut.
"Nggak ada." Jawab Agam menuju bean bag di sudut kamar Freyni.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reynan
Teen FictionCinta bukan tipuan, tapi nyata. Abraham Reynan Arsyahka Darmawangsa. Ketua OSIS, SMA Panca Bakti. Cowok keren yang memiliki paras wajah tampan, dan menjadi famous di sekolahnya. Salah satu anggota band music untuk menyalurkan hobinya terhadap music...