ROFFTOP SMA PANCA BAKTI #2

118 17 64
                                    

Freyni masih berusaha melepaskan cengkraman tangan Reynan dari pergelangan Freyni. Seketika perempuan itu meringis kesakitan. Namun, Reynan
hanya memberikan tatapan peringatan untuk tetap disini.

"Lepas nggak?!" hentak Freyni yang bersusah payah untuk melepaskan cengkraman Reynan.

"Kalo gue lepasin apa lo akan kabur kayak temen lo tadi?" tanyanya dengan sorot mata yang dingin namun tajam.

"Arggh..." erang Freyni karena cengkraman yang sangat perih. Mata Freyni sudah mulai berkaca-kaca. Lantas Reynan merenggangkan cengkraman pada lengan Freyni.

"Sakit tau nggak!" lanjutnya dan langsung menghinjak kaki Reynan serta berjalan menuju tangga.

Reynan mengerang sakit. Namun tidak kalah cepat dengan Freyni yang ingin pergi meninggalkannya. Kali ini Reynan menahan bahu Freyni dengan cepat. Sontak perempuan itu berdiri kaku di tempat. Dan enggan membalikkan tubuhnya. Sama dengan Reynan yang masih berdiri di belakang tubuh Freyni. Pandangannya kosong dan kedepan. Hingga manik matanya selintas melirik memar merah berbentuk cengkraman di pergelangan tangan perempuan itu.

"Lo mau kemana?" ucap Reynan.

"Pulang!" jawab Freyni lalu menghempaskan tangan Reynan dari bahunya.

Baru Freyni melangkah Reynan kembali mencekal lengan Freyni.

"Lo harus jelasin dulu. Baru lo bisa pergi." ucap Reynan datar.

"Bisa nggak kalo NGGAK NGECENGKRAM TANGAN GUE?! Lo nggak liat pergelangan tangan gue merah!" Hentak Freyni menyentak cekalan di tangannya dengan kasar.

"Eh.. Lo mau kemana?"

"Lo nggak denger barusan gue bilang apa?!" ucapannya membuat Reynan mengerutkan keningnya.

"Lo nggak boleh pergi! Lo jelasin dulu kejadian tadi baru lo bisa pulang." Reynan yang refleks mencengkal tangan Freyni kembali.

Freyni menatap kesal pada tangan Reynan.
Badannya masih membelakangi Reynan.
" Lo P-I-N-G-S-A-N." ujurnya dengan nada penekanan di belakangnya.

Reynan masih mengerutkan keningnya dengan dua kata yang barusan Freyni katakan.

"Sekarang tolong lepasin tangan lo."

"Gue nggak mau." bantah Reynan mengahadang Freyni.

"Mau lo tuh apasih!" Tantang Freyni yang mulai jengah.

Reynan terkekeh aneh. "Bukannya dari tadi gue udah bilang sama lo."

Freyni menghembuskan napas panjang"Lo pingsan di rofftop terus Bayu nyembur muka lo pakek air biar lo sadar! Puas lo? Sekarang MINGGIR!" Freyni mendorong tubuh Reynan. Membuat tubuh Reynan mundur sedikit dari posisinya.

"Lo harus minta maaf dulu." ujar Reynan dengan kedua tangan terlipat didepan dada dan tatapan lurus kearah Freyni.

"Gue," kata Freyni sambil menujuk dirinya sendiri. "Mintak maaf sama lo! Ogah banget! Masih mending gue tolongin lo di sini. Tahu tadi gue nggak perlu repot-repot nolongin lo."

" Ya udah, kalau gitu sampek pagi lo bakal diem disini." Tegas Reynan. Freyni mendengus tidak suka.

" Pemaksa! Nggak jelas! Nggak punya hati!" Maki Freyni, lalu berbalik untuk turun meninggalkan Reynan. Namun baru beberapa langkah, tubuhnya dibalikkan lalu didorong hingga punggungnya menghantam dinding pembatas.

"Aww! Lo kasar banget sih jadi cowok!" Geram Freyni.

Reynan berdiri didepan Freyni, satu tangannya bertumpu pada dinding dan satunya lagi menekan bahu Freyni agar perempuan tersebut tidak lari. Jadilah Freyni berada dalam kukungan tubuh Reynan yang besar. Freyni harus mendongakkan kepalanya untuk menatap matanya Reynan yang berkilat tajam.

ReynanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang