Bopong

141 29 17
                                    

jangan kaget dengan 3k kata ya:v

***

Karena ulah Agam yang membangunkan Freyni di tengah malam. Alhasil perempuan itu terjaga hingga subuh datang. Rasa kantuknya belum hilang, walaupun sudah mandi. Saat tidak bisa tertidur, Freyni melanjutkan menggambar pada buku di bagian belakang MOS-nya. Memindahkan gambar itu kedalam sketchbook –nya, memberiakn sedikit tulisan lettering dan menempekan washing tape serta beberapa stiker. Mungkin Freyni sedikit berterimakasih kepada Agam yang membuatnya tidak kesiang seperti kemarin.

Sekarang Freyni sudah siap dengan balutan baju olahraga SMP-nya yang sedikit cingkrang karena sudah ia kenakan selama 3 tahun. Jika tidak diperintahkan oleh Seniornya mungkin Freyni akan mengenakan baju olahraga yang lain.

Karena hari ini Freyni bangun lebih awal jadi ia sempat mengeringkan rambutnya. Perempuan itu mengikat menjadi satu rambutnya menjadi kuncir kuda. Freyni keluar dari kamarnya dan menuju meja makan untuk sarapan.

Mendudukkan badannya di sebuah kursi yang telah ada di meja makan itu. Disana juga sudah tampak keluarga kecilnya yang tengah menyantap sarapan. Riana, Mamanya Freyni tengah mengolehkan selai coklat diatas roti tawar dan juga meletakan potongan pisang di atasnya.

Agam menarik kursi makan tepat di sebelah Freyni. Perempuan itu melihat tatapan Agam yang sama seperti tadi malam, tajam.

"Kenapa sih, bang? Masih pagi mukanya serem banget," Goda mamanya saat meletakan roti tadi di atas piring Freyni.

"Nanti sore aja ya bahasnya," Ucap Freyni dengan menepuk pela bahu Agam berkali – kali.

"Awas kalo lo nggak beneran klarifikasi!" Bisik Agam namun cukup menusuk.

"Ma! Abang barusan bilang lo sama Frey," Adu Freyni kepada Riana yang tengah menyeruput tea hangatnya. Memang, jika dirumah Freyni dan Agam tidak boleh menggunakan kata lo – gue. Bahasa itu cukup terdengar sedikit kasar dan Riana selalu marah jika kedua anaknya menggunakan bahasa itu.

"Abang!" Peringat Mamanya.

"Ngadu mulu. Nggak ada Ma. Tadi Agam cuma bilang sama Freyni pulang sekolah nanti mau di emput nggak?" Tawaran dari Agam dengan senyum yang penuh arti. "Jam 5? Iya?" lanjut Agam kembali. Sontak Freyni menjadi takut melihat Agam seperti ini.

"Tumben mau jemput. Biasanya, nganter Freyni udah nggak niat. Sekarang malah mau anter jemput kayak OJOL. Udahlah kalo ada mau ngomong aja," Ujar Freyni kepada Agam.

"Bagus dong, kalo abang mau jemput Frey," Ujar Mamanya. "Biar nambah akur."

"Nggak mau, Ma. Abang itu lagi ada maunya. Masa mama nggak liat," Ucap Freyni dengan masukkan roti terakhirnya kedalam mulutnya.

"Ya udah kalo nggak mau. Nggak maksain juga," Ucap Agam cemberut.

"Ma, susu cokelatnya mana?" Tanya Freyni kepada mamanya.

"Manja banget, ambil sendiri sana ke dapur." Sindir Agam sambil menggigit roti kedalam mulutnya.

"Sirik." Ucap Freyni dengan menjulurkan lidahnya kepada Agam. Lantas perempuan itu mendorong sedikit kursinya dan berdiri dari tempat duduknya menuju kedapur.

***

"Nyakin nih nggak mau naik ?" Goda Agam dengan meletakkan tanganya diatas kabin mobilnya.

"Nggak mau," Ujar Freyni.

"Eh Frey, seharusnya abang yang ngambek bukan Frey!" Marah Agam.

ReynanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang