Mulmed pemakaman Barra🌷🌷
Perasaan dan keadaan Chaca sudah mulai membaik saat ini. Ia sudah merasa lega saat melepas semua keluh kesahnya di pemakaman tempat Barra beristirahat tadi.
Ia merasa ada yang aneh dengan dirinya, biasanya ia sangat benci berada di dekat Vano. Karena baginya, Vano itu sama dengan lelaki lainnya. Namun entah kenapa, tadi saat di pemakaman ia merasa nyaman akan keberadaan Vano. Ia merasa ada kehangatan di balik sosok menyebalkan Vano itu.
Flashback
Setelah selesai berganti pakaian, Chaca bergegas menemui Vano untuk pergi menuju pemakaman. Rasanya ia sangat bahagia bisa mengunjungi Barra. Sudah lama sekali rasanya ia tidak pergi kesana. Mungkin hampir 7 bulan lamanya. Bukannya ia tidak mau mengunjungi sahabatnya itu. Tapi ia hanya ingin untuk bernapas lega dan terbebas dari tekanan akan kehilangan Barra. Sebab, jika ia mengunjungi Barra ia akan selalu ingat akan kejadian naas yang menimpa Barra hingga harus pergi meninggalkannya selamanya.
Di perjalanan sebelum pemakaman, Chaca mampir dahulu ke toko bunga untuk membeli beberapa bunga karena Chaca sangat menyukai bunga dan dulu Barra pernah berkata ia akan menyukai segala sesuatu yang Chaca sukai. Jadi Chaca memutuskan untuk membeli bunga, sekalian simbol atas tanda maafnya sebab sudah lama tak mengunjungi Barra.
Saat melangkahkan kakinya di pemakaman, Chaca tersenyum sangat lebar. Namun, dibalik senyuman itu, tersimpan luka yang amat dalam.
Saat sudah berada di depan makam Barra, Chaca pun langsung duduk bersimpuh, "Bar, udah lama ya gue gak ngunjungin lo? Gue udah gak bisa dianggap sebagai sahabat ya bar? Gue udah jarang main dan ngabisin waktu sama lo. Tapi gue gak pernah lupain lo kok. Gue cuma gak mau buka luka lama yang bahkan belum sembuh sampai saat ini."
"Maaf bar, gue ngingkarin janji gue untuk kali ini. Gue gak kuat nahan tangis gue bar. Tapi gue tetap tersenyum kok, seperti yang lo minta. Apapun keadaannya, gue tetap tersenyum. Walau kadang senyum itu diiringi dengan air mata. Sekali lagi sorry bar, jangan marah sama gue ya. Gue tau lo benci banget liat gue nangis. Apalagi nangisin cowok. Tapi bar, kali ini lo yang buat gue nangis. Lo gak bisa disebut brengsek walaupun udah buat gue nangis kan bar? Dulu, lo selalu bilang kalau ada cowok yang buat gue nangis berarti dia brengsek dan gak pantas buat gue. Tapi kali ini, cowok yang buat gue nangis bukan seorang brengsek bar melainkan seorang sahabat. Dan orangnya itu lo."
"Gue kangen lo, kangen banget. Dulu aja kalau gue kangen cuma tinggal teriakin nama lo dari jendela kamar gue, terus lo bakalan dateng nemuin gue. Tapi sekarang, setiap gue neriakin nama lo, itu semua sia-sia karna lo gak akan pernah dateng dan kembali ke gue lagi. Andai waktu bisa diputar, gue gabakalan mau pergi tanding puisi jadi lo juga gabakalan pergi ninggalin gue. Tapi semuanya udah terjadi, dan disini gue yang salah atas kepergian lo. Gue yang udah buat lo gak ada bar, gue pelakunya."
Chaca terisak begitu kuat, siapapun yang mendengar isakannya pasti akan ikut menitikkan air mata. Vano yang melihatnya hanya berdiri kaku disampingnya.
Chaca yang teringat akan keberadaan Vano pun mulai tersenyum getir ke arah nisan Barra. "Oh iya bar, kali ini gue gak sendirian kesini. Ada yang nemenin gue. Namanya Devano, bisa dipanggil Vano. Dia nyebelin Bar, sama kayak lo dulu. Tapi lo selalu bisa buat gue ketawa walaupun tetap nyebelin. Dulu gue benci banget sama dia. Sikap dan tingkah nyebelinnya itu selalu buat gue ingat akan diri lo, makanya gue selalu ngindarin dia. Tapi dia keras kepala dan selalu ganggu gue padahal gue udah sering banget kasarin dia. "
Chaca bicara panjang lebar saat ini dengan nada yang lemah dan lembut. Vano merasakan diri Chaca yang berbeda. Biasanya setiap Chaca bicara,pasti selalu menggunakan nada yang ketus serta pedas.
Vano yang merasa Chaca melihat kearahnya dan memberi kode agar menyampaikan salam perkenalan pun mulai angkat suara, "Hai bro, gue Vano temennya Chaca atau mungkin saat ini belum bisa dikatakan temen melainkan musuh ehehe. Rugi banget ya gue kenal lo saat lo udah gak ada. Karna gue rasa kita bisa jadi temen baik dan sangat cocok. Oh iya, gue mau ngomong sesuatu sama lo. Izinin gue buat gantiin lo di sisi Chaca ya. Gue gak bakal ngerebut dia dari lo, dia teteplah jadi sahabat lo sampai kapanpun. Tapi izinin gue buat gantiin posisi lo untuk ngelindungi dia. Gue juga mau jadi temen, sahabat, atau mungkin lebih bagi dia ehehe. Itupun kalau dia mau." Ujar Vano panjang lebar sambil terkekeh.
Hari sudah mulai gelap karena matahari sudah mulai terbenam dan senja mulai tiba. Vano mendekat ke arah Chaca " Cha, kasian banget ya jadi bunganya."
Chaca menyerngit dan menaikkan alisnya sebelah "Kenapa?"
"Iyaa, karna dia dipegang sama lo. Kasian karna bunganya jadi gak cantik lagi." Ujar Vano serius
Chaca makin bingung dibuatnya, entah apa hubungan bunga dan dirinya, "Emangnya kenapa? Emang kalau bunganya gue pegang, ntar bunganya bakalan layu gitu? Lo kira gue pembawa virus bagi tanaman kali ya." Ujar Chaca ketus
"Bukan gitu, kalau bunganya lo pegang. Bunganya jadi gak cantik lagi, karna ada yang lebih cantik dari dia. Yaitu lo."
Blushhh
Vano terkekeh, " Eh cha, lo pakai blush on ketebalan ya?"
"Lo kira gue cabe-cabean keluar rumah pakai make up. Gue cuma pakai baby powder kali. Gak pakai blush on sama sekali." Chaca memalingkan wajahnya
"Ya tapi pipi lo merah banget loh Cha. Lo kenapa? Lagi sakit ya?" Ujar Vano serius.
"Lo bodoh polos atau bodoh sih. Itu namanya blushing. Cewek bakalan blushing kalau digombalin dan dibaperin sama cowok. Itu aja gak tau lo kadal." Chaca tak menyadari bahwa ia menyuarakan apa yang ia katakan di dalam hatinya. Bodoh.
Vano yang mendengarnya lantas terkikik, "Jadi Chaca baper ya sama Vano. Cieeee Chacaa." Sambil menoel-noel dagu Chaca
"Apaan sih lo, ayo buruan balik. Udah hampir malem ini, ntar mama gue marah soalnya tadi gak ijin dulu."
Flashback off
Chaca yang tengah duduk di sudut kasur mengutuk dalam hati. Bagaimana bisa dia berkata seperti itu. Apa yang akan Vano pikirkan tentang dirinya. Ah, bodoh sekali. Ia sangat menyesal, dan tak tau bagaimana menghadapi Vano bila bertemu.
*****
Sorry kalau banyak typo, comment aja biar bisa di perbaiki:)
Sampai jumpa di part selanjutnya guys ❣❣ Ikuti terus ceritanya yaaaaJangan lupa Vote dan Comment, kalau bisa dijadiin Reading List ehehe
KAMU SEDANG MEMBACA
Annoying Cute Boy
Teen FictionDia sangat menyebalkan, selalu saja membuat darahku mendidih. Tapi itu yang membuat aku jadi menyukainya Ya Aku menyukainya Ah tidak Kini Aku mencintainya -Salsabilla Maulika- [Jangan lupa Vote + Comment guys] *Since : 15th January 2018