f r e eze.

105 20 9
                                    

Siang itu di kantin mereka, terpaksa, untuk bertemu sebagai rekan kerja. "Maaf kemarin saya ngga profesional,"

"Iya, maaf juga aku nalah ngawur." Chaeyeon menyeruput sedikit demi sedikit teh yang dipesannya, setiap satu detik terlewati tenggorokannya pasti terasa kering. "Tapi bisa ngga sih kak, aku ngga betah kakak begini, aku tau salah akuㅡ"

"Bukan salah kamu juga, salah saya juga."

"Ah yaudah deh, ngga usah bahas gituan, sekarang bahas nanti mau gimana buat MCnya, mau bikin permainan atau gimana?"

"Boleh, saya ikut ikut aja, malas saya disuruh begini."

"Yaudah kalau begitu aku MC sendiri aja deh ya."

"Yaudah saya tinggal bilang saya mau ngundurin diri."

"Yaudah sih kenapa ngeselin banget jadi manusia." Nafas Chaeyeon sedikit terengah karena menahan emosinya. "Aku mau balik ke kelas, tapi itu ada remah kue di pipinya kakak. Ahㅡ Aku pulang aja, dah."

Minhyun mengelap pipinya yang terkena remahan, "di luar hujan."

"Ngga peduli."

***

Chaeyeon berjalan sedikit tergesa gesa ke arah halte sambil memakai payung warna merah marunnya. Sepanjang jalan ia hanya mengutuk dirinya sendiri dan bertanya kenapa ia bisa galak seperti itu terhadap Minhyun.

BRAK!

Chaeyeon tak sengaja terjatuh ke dalam parit kecil yang sudah tak terlihat karena tergenang air.

"Sial!" Tak ada seseorang disana, segera ia bangkit dan mengangkat sedikit dressnya. Lututnya lecet dan berdarah.

"Aaww. . ." Engkel kakinya terasa sakit ketika berjalan. Kali ini ia merasa bahwa dirinya benar benar seorang yang tidak beruntung di bumi. "Aku benci diriku."

***

"Haduuuh kamu lagian kenapa deh?!" Doyeon menuntun Chaeyeon yang kakinya masih sakit dan berjalan pincang.

Tapi Chaeyeon hanya menggelengkan kepala.

Chaeyeon mendongakkan kepalanya dan melihat Minhyun dari kejauhanㅡ Minhyun pun jelas melihatnya. Tetapi, ia hanya melewati Chaeyeon dan Doyeon tanpa sepatah kata atau pun melirik.

"Kau kenapa?" Mingyu yang tiba tiba muncul di hadapannya bertanya. "Mau gue bantu? Rangkul pundak gue sini."

"Rangkul pundak apaan! Tinggi udah kayak menara Eiffel! Mending jalan sendiri." Chaeyeon mencoba menjitak kepala Mingyu tetapi ia hanya bisa memukul lengannya.

"Suka ngeledek," tambah Doyeon.

"Yah, gini dah gue," Mingyu membungkukan badannya dan menarik tangan Chaeyeon lalu merangkulkannya di pundak.

"Nah gitu dong daritadi kan enak," Doyeon nepuk nepuk pundak Mingyu yang sudah meringankan bebannya.

"Berisik, ayo ke kelas!" .

Tetapi seseorang tetap menolehkan pandangannya ke belakang walaupun ia tetap berjalan ke depan.

***

"Chae." Minhyun, siang itu menghampiri Chaeyeon ke kelasnya.

"Saya udah memikirkan permainan apa dan bagaimana tagline nanti. Bukannya lebih cepat menemukan lebih baik? Tandanya saya ngga perlu terlalu lama punya pertemuan sama kamu."

"Iya terimakasih kak,"

"Jangan lupa juga berarti nanti sore temui saya di lantai 3 ruangan rapat."

"Kak kaki aku lagi sakit, bisa dipindah ke lantaiㅡ"

"Terus orang yang banyak cuma nyamperin 1 orang?"

Chaeyeon hanya tersenyum, ia benar benar kehabisan kesabaran tetapi tetap tidak bisa marah yang sebenarnya kepada Minhyun. "Baik kak."

Sesaat setelah Minhyun membalikan badannya, Chaeyeon meninju tangannya ke udara tempat Minhyun tadi berada. "Kenapa sih bisa suka sama orang begitu."

***

"Ya gila kali kalau gue gendong lu sampai lantai atas?" Mingyu sedikit kehabisan pikir karena Chaeyeon memaksa untuk membantunya naik ke lantai 3 karena lift dipasang di lantai 3 sampai 6 bangunan tersebut.

"Ah yaudah kalau ngga mau, naik sendiri aja." Chaeyeon dengan sekuat tenaga menahan sakit di kakinya menaiki anak tangga, sementara Mingyu hanya diam melihat betapa keras kepalanya Chaeyeon.

"Nanti sakit lu ngga masuk besok," Mingyu segera menghampiri Chaeyeon.

"Mingyu, kamu ke atas duluan, biarin Chaeyeon." Entah kapan datangnya, Minhyun sudah berada di belakang mereka.

"Iya, saya duluan kak." Mingyu pun segera bergegas lari ke atas.

"Kamu beneran mau naik?"

"Tadi kayaknya kakak yang suruh,"

"Kamu nurut aja." Chaeyeon salah lagi, "duduk aja disini."

Minhyun duduk di anak tangga ketiga dan Chaeyeon menyusul duduk diㅡtidak terlaluㅡsampingnya. Jika orang lain melihat mereka berdua, maka bisa saja mereka menilai bahwa Chaeyeon dan Minhyun sedang marahan.

"Lalu kita disini sementara yang lain rapat di lantai atas?"

"Berterimakasih sama saya, kalau saya ke atas sendiri kamu bisa diomelin,"

Chaeyeon mengangguk, jantungnya kembali berdegup sedikit kencang. "Terimakasih kalau begitu."

Hening menghampiri mereka berdua, ditambah suasana yang sepi karena sudah tidak ada lagi yang beraktivitas.

"Lagian di atas mereka rapat perdivisi, saya cuma ngetes aja tadi nyuruh kamu ke atas."

Chaeyeon hanya bisa bersabar menahan emosinya kepada Minhyun, kalau bisa, sekarang ia sudah menjambak rambut Minhyun.

"Rapat dimana saja bisa, kalau di kantin nanti yang lain salah paham. Yaudah kita disini aja tunggu mereka turun."

Tetapi di sisi lain Chaeyeon tidak bisa mengelak dari kebenaran yang dikatakan Minhyun. Jadi terpaksa, sore itu ia habiskan duduk di tangga dengan obrolan mengenai tugasnya.

Begini saja, Chaeyeon sudah senang.

***

What Are We?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang