Minhyun menghempaskan tubuhnya ke kasur, menutup matanya sebentar lalu kembali menatap langit langit rumahnya.
Sebetulnya pikiranya berputar putar, antara senang dan bingung karena dihadapkan kembali dengan Chaeyeon. Minhyun juga sempat menyukai Chaeyeon, tetapi rasa sukanya luntur sekejap karena mantannya yang masih ia sayang tiba tiba muncul di hadapannya tepat sebelum Chaeyeon mengungkapkan perasaan.
Sejujurnya Minhyun menyesal lebih memilih mendekati kembali mantannya itu, karena hal yang ia harapkan tak sesuai.
Sial
umpatnya dalam hati ketika mengingat hal tersebut.
Dan sekarang ia terlanjur menjauhi Chaeyeon, semuanya terasa canggung karena kebodohannya sendiri. Tetapi, ia berpikir lagi jika ia pun memilih bersama Chaeyeon, dia masih belum terlalu yakin dengan rasanya.
Dia suka dengan Chaeyeon, iya. Tetapi, itu hanya perasaan nyaman. Ia sayang, tetapi hanya sampai disitu saja. Dan perasaan yang sudah agak jauh itu sedikit melonggar lagi karena mereka berdua pun menjauhkan diri satu sama lain.
Bukan, bukan mereka, tapi lebih tepatnya Minhyun yang melarikan diri. Chaeyeon selalu berusaha mendekatinya kembali dengan tiba tiba melewati kelasnya yang ditempatinya, Minhyun tau itu hanya sebuah kesengajaan. Bahkan beberapa kali Chaeyeon menyapanya dan mencoba mengatakan sesuatu, tetapi baru saja mengambil nafas, Chaeyeon hanya bisa pergi dan tidak jadi berucap. Karena siapa? Karenanya.
Karenanya yang benar benar sudah buta hati waktu itu. Dan lucu rasanya setelah menyadari kebodohan, ia yang kembali mengejar Chaeyeon. Ia merasa tidak pantas membuat Chaeyeon menjadi pelarian, jadi ia tetap menjaga jarak seperti ini.
Lalu kalau besok aku mendekatinya, apakah aku akan diterima? Masih ada kah kesempatan?
***
2017
"Sst, udah tau belum?" Tanya Daniel kepada Minhyun yang sedang berkutat dengan laporan yang belum ia selesaikan. "Bona balik!"
Jarinya berhenti menari di atas keyboard laptopnya. "Ngga usah ngayal, dia masih di luar negeri."
"Loh kok lu yang ngeyel, dia lagi ngurusin surat surat dan sertifikatnya buat digiring balik ke sana lagi."
"Berisik lu, bikin ngga fokus,"
"Gua tadi ngobrol sama dia," Minhyun benar benar tidak bisa fokus sekarang.
"Sama cowok ngga kesini?"
Daniel memukul punggung Minhyun. "Sendiri, kenapa? Mau digebet lagi?"
Ia hanya tersenyum. "Liat aja nanti."
"Eh Chaeyeon tuh," Daniel menunjuk Chaeyeon yang menunggu di pintu.
Minhyun segera bangun dari tempat duduk dan menghampiri Chaeyeon yang berada disana. Tetapi di setiap langkahnya yang ia pikirkan hanya Bona, Bona, dan Bona. Bahkan jika ada langkah ke 1000 maka itu tetaplah Bona.
"Kak, aku mau ngomong sesuatu, tapi ngga disini."
"Aku lagi ada tugas, penting?"
Chaeyeon hanya menghela nafas. "Kalau begitu besok aja deh."
"Yaudah sekarang aja. ngga lama, kan?"
Chaeyeon menggeleng. "Aku... bingung mulai dari mana,"
Minhyun hanya menunggu inti pembicaraan Chaeyeon, karena sekarang ini ia sedang merangkai kata kata apa yang akan dikatakan jika bertemu Bona hari ini, atau besok.
Chaeyeon sebetulnya sudah mulai berbicara panjang, tetapi kuping Minhyun seakan tuli.
". . . Jadi intinya aku suka sama kakak."
Minhyun baru sadar setelah kata itu terucap dari mulut Chaeyeon.
"Terima kasih Chae." Cuma itu yang dapat dikatakan Minhyun dan entah kenapa ia jadi merasa sangat aneh setelah itu. "Cuma itu, kan? Aㅡ Saya mau lanjutin tugas lagi."
"Iya cuma itu, terima kasih udah dengerin. Semoga cepet selesai tugasnya."
Masa bodoh dengan Chaeyeon, sekarang yang Minhyun pikirkan hanya Bona.
ㅡㅡㅡ
"Bona!" nafasnya tersenggal karena berlari mengejar wanita yang dipanggilnya itu.
Tatapi gadis itu tidak mau bertemu wajah dengan lelaki itu. "Udah aku bilang, mending kamu pulang aja."
Penolakan itu membuat hatinya lebih bersemangat lagi. Sesungguhnya jika tidak ramai, ia ingin sekali memeluk mantannya itu.
"Aku senang kamu balik ke sini," ia melangkah mendekat. "Akuㅡ"
"Apa?!" Bona membalikan badannya dan membuat Minhyun berhenti melangkah.
Ia telusuri setiap inci wajah Bona dengan matanya, dia tetap sama, perasaan Minhyun terhadapnya pun sama, tetapi tidak sama dengan perasaan Bona.
"Kamu ngga kangen sama aku?"
"better shut up your mouth, because i don't ever fucking care with you again. After all this time, kamu ngga sadar aku nerima kamu karena apa?"
"I don't care what you want from me but i deeply in love with you."
"Terserah, kamu masih aja ya, bodoh?"
Minhyun terkaget.
"Kamu sadar kalau aku ngga sayang kamu? Kamu sadar? Ngga? Yaudah sekarang aku kasih tau, aku cuma mau harta kamu. Setelah itu ngga ada lagi."
"Kalau begitu, aku bisa buat kamu sayang sama aku."
"Sorry, aku udah nemuin orang yang lebih dari kamu, dan yang jelas aku sayang beneran sama dia."
Minhyun bagaikan tersambar petir mendengarnya. Ia hanya mematung di tempatnya. Melihat wanita yang disayanginya itu kembali berjalan menuju sebuah mobil yang terpakir beberapa meter dihadapannya.
Dari dalam mobil itu muncul seorang pria yang langsung memeluknya setelah membuka pintu mobil. Sementara Bona dari jauh melihatnya dengan wajah kemenangan.
Hancur.
Itu yang dirasakannya sekarang, bahkan untuk setiap nafas yang diambilnya mengakibatkan rusuknya sangat sakit.
***
Bahkan sampai sekarang masih terasa sedikit sesak, tetapi itu hanya masa lalu. Sekarang waktunya memperbaiki.