「11」Pemikiran Sepihak

100 1 0
                                    

"Apakah kamu baik baik saja?" Tanya nya dengan nafas yang masih tergesah gesah. Dia melihat ke arah lawan bicaranya. Wajah yang tidak asing bahkan pernah sangat dekat dengannya. Laki laki itu belum menjawab apapun. Namun dia sudah terburu buru saat menengok ke sekitar sebentar.

"Aku buru buru, dulu..." Kalimatnya terhenti begitu saja saat laki laki itu membuka mulutnya. 

"Memangnya ada apa? Meskipun aku terluka ini bukan urusan mu lagi!" Laki laki itu menjawabnya dengan nada yang sangat cuek. "Kalau mau pergi, lebih baik kau menghilang saja! Lita. Dasar murahan." laki laki itu menyambung kalimatnya. 

Kalimat tadi membelalakan matanya. Itu sangat membuatnya kesal. Perkataan barusan membuatnya merasa seperti terhina. "Apa hak mu berbicara seperti itu?" ia berbalik membentak.

"Urusan kita biarlah kita yang menyelesaikan nya. Tapi lebih baik kau menghilang saja!" lalu laki laki tadi langsung berbalik dan pergi meninggalkan dirinya yang masih sangat kesal. Ia pun tidak mengejar kepergian laki laki itu, namun dalam hatinya masih panas.

Aku Lita Caroline tidak akan membiarkan mu menghina ku begitu saja. Tunggu saja pembalasanku tuan Arley Dylano.

 ~📒~ 

"Bisakah hidupku lebih menyenangkan?" Arley menggerutu. Tidak ada yang mendengar itu, semua sibuk mendengar penjelasan guru di depan. Pelajaran sejarah adalah pelajaran paling membosankan dan sekarang dia harus mendengar seluruh penjelasan yang tidak berarti baginya. Kalau bukan setelah lulus dia akan menlanjutkan kuliah jurusan akuntansi, mungkin dia tidak di kelas ini. Dia terus memasang muka kesal, tapi justru membuat salah paham.

"Arley, bisakah kamu lebih serius belajar? Jika kamu tidak suka pelajaran saya, lebih baik kamu keluar! Tidak perlu ikut lagi." Guru itu membentaknya. Dia masih mematung dengan wajah kesal. Semua karena pertemuanya dengan Lita barusan. 

"Arley! Kamu dengar saya?" guru itu menaikan nada suaranya. Dengan berat hati Arley berdiri dan meminta maaf.

"Maaf pak."

Tapi ia sempat mendapat penolakan. Masih dengan nada tinggi guru itu membentak "Apa? seperti itu cara mu minta maaf? Yang jelas!"

"Saya minta maaf Pak Girald. Saya mengaku bersalah." Ucap Arley dengan wajah tertunduk.

Seluruh murid tak ada yang bergeming. Seisi kelas hening, jika ada sebuah pensil yang jatuh pasti akan terdengar. Semua murid tau siapapun yang menyela pasti juga akan kena getahnya.

"Duduk." guru itu menegaskan.

Arley pun duduk dengan wajah masih tertunduk. Ia menatapi mejanya yang penuh coretan itu. Dia berusaha menahan emosi nya yang akan membeludak. Dia menghela nafas panjang dan membuang nafas nya dengan kasar. Dalam hati nya yang terdalam dia bergumam.

Aku Arley Dylano, bersumpah akan menyingkirkan dirimu dari hidupku. Lita Caroline.

   ~📒~ 

"Kak Arley?" panggilku saat melihatnya bengong di kursi panjang depan kantor guru. Meskipun ini tempat yang paling ku hindari tapi Arley menarik ku lebih kuat. Pandangan nya yang kosong ke arah gorden tipis pada jendela kantor yang tertiup. Aku mengibaskan tanganku, tapi tak kunjung mendapat respon. Aku memunculkan wajahku tepat di depan hadapannya. "Eh?" dia melihatku kebingungan.

"Aliana? Kenapa kamu disini?"

"Harusnya aku yang bertanya kak."

Kami saling bertatap. Bertukar pandang satu sama lain.  Tidak ada yang bersuara lagi di antara kami. Siswa siswi lainnya berlalu lalang melewati punggungku. Tidak ada yang peduli keberadaan kami, semua punya kesibukan nya sendiri. Dia membuang nafas dengan kasar menatap sayu ke arah yang acak.

Cinta Larutan KimiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang