「15」Masa Lalu

50 1 3
                                    

"Aku Lita Caroline, dengan ini aku menyatakan aku menyesal mengenal seorang laki laki." Terdengar pekikan Lita di tengah lapangan basket sekolah. Tempat itu dikerumuni murid murid yang penasaran dengan tingkahnya yang juga di temani dua orang temannya itu. "Arley Dylano! Laki laki brengsek yang tidak punya harga diri. Dia hanya bisa menghina wanita sesukanya." Sambung Lita.

Semua murid saling bertukar pandang dengan teman mereka. Wajah mereka menunjukkan mereka sedang bingung. Arley Dylano, mantan dari Lita Caroline sejahat itukah? Mungkin itu yang mereka pikirkan sekarang. 

"Dengan mudahnya dia mengatakan bahwa diriku ini murahan. Tidak kalian pikir dia tidak punya perasaan? Menginjak nginjak harga diri wanita." Lita semakin menegaskan.

Suasana semakin riuh, semua mulai membicarakan Arley. Sedangkan Lita dengan senyum bangganya masih berdiri di tengah lapangan. Farrel yang menyadari perbuatan Lita langsung menyelip diantara kerumunan dan mendapati Lita disana."Kalian tunggu disini."Ujar Farrel sebelum meninggalkan kami. Aku dan Vinka hanya bisa berdiri di pinggir lapangan sesuai aba aba Farrel barusan.

"Semoga Farrel tidak apa apa." Ucap Vinka. Aku bisa melihat kecemasannya. Aku merasa tidak bisa apa apa sekarang. Aku hanya bisa diam, dan menonton?

"Lita! Bisakah kau menutup mulutmu yang berbisa itu?" Pekik Farrel mengalihkan pandangan semua kerumunan itu.

"Ini juga temannya, sama saja dengan Tuan Arley Dylano. Betapa kasarnya dia dengan wanita?" Lita menambahkan. Farrel yang kesal pun mengepalkan tangannya. Rasanya ingin menampar mulut yang menghina sahabatnya itu. Namun itu jelas akan mengkeruhkan suasana.

"Dasar pecundang, apa buktinya kalau Arley seperti itu? Tidak ada kan?" Balas Farrel dengan nada kesal.

"Yang pecundang itu aku atau dia? Dia saja tidak berani kesini. Yang seharusnya kesini bukan kamu, tapi Arley. Pasti karena takut, dia hanya mengutus temannya. Kasihan, menjadi budak saja." Ledek Lita.

Amarah Farrel hampir meledak. Namun ia masih mencoba untuk berpikir dengan kepala dingin. Sesaat kemudian, dari kejauhan terlihat Arley berjalan menuju kerumunan itu, dengan kedua tangan yang disembunyikan di balik saku celananya. 

"Hei Lita Caroline!" Teriak Arley dengan sekuat tenaga, semua kerumunan itu berbalik memandangi Arley. Aku yang melihat Arley pun berlari mendekat kearahnya. 

"Aliana!" Panggil Vinka, namun aku tidak menghiraukannya. Aku lebih memilih pergi ke tempat Arley. Aku berdiri kira kira 2 meter darinya memandangi wajahnya yang berani melawan Lita.

"Yang menyesal seharusnya bukan kamu, tapi diriku." Arley mulai memanasi seisi lapangan. Semua yang ada disana semakin bertanya tanya. Namun aku tau kalau ini akan menjadi sebuah perdebatan hebat. Tapi apa yang bisa aku lakukan?

"Aku berusaha menjadi orang yang sempurna untukmu, tapi kamu memilih berpaling dariku. Kau menagcuhkan seluruh pengorbananku. Dan setelah menghancurkan hatiku, kau mencoba menghancurkan harga diriku. Coba pikirkan sikap pecundang mu itu." Ujar Arley.

Lita mulai terpancing, "Sebagaimana kamu berubah, kamu tetaplah orang yang buruk. Semua perempuan disini, ada yang mau dengan Arley? Jika mau kalian adalah orang yang bodoh!" Pekik Lita.

Farrel masih berusaha menahan emosinya yang mendalam itu. "Henti-"Teriakan Farrel terpotong oleh suaraku. Sambil melangkah lebih dekat ke arah Arley aku mengatakan "Arley itu kesempurnaan bagiku. Hanya hatimu yang busuk yang tidak bisa melihat kebaikannya." Kini seluruh pasang mata mengarah padaku. Farrel yang melihat kedatanganku membelalakan matanya. Terutama Lita yang merasa tidak senang dengan perkataan ku barusan. 

"Siapa kamu? Berani nya kamu berkata seperti itu?" Teriak Lita padaku. Kini sorot matanya begitu tajam padaku. Mungkin karena dia tak mengenalku, hanya selama ini aku mengenalnya karena dia pernah menjadi pilihan Arley.

Cinta Larutan KimiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang