Sebab-Akibat

14 4 2
                                    

Sasha tidak akan memulai sebelum lawan bicaranya membuka suara. Dan Adji hafal tentang kepribadian Sasha yang satu itu.

"Lo ... sekolah di sini jadinya?" tanya Adji yang mencoba mencairkan suasana sembari menatap Sasha.

Sasha menundukan kepala seolah enggan, "Iya" jawabnya sembari memainkan kerikil di bawah kakinya.

Lalu Adji kembali bertanya. "Enak?"

Sasha mengerutkan kening, "Apanya?"  kemudian menaruh pandangannya pada Adji.

Hal itu membuat Adji melihat lurus ke depan.

"Sekolahnya" jawab Adji.
"Enak-enak aja" sahut Sasha cuek.

Sasha tidak begitu ambil pusing dengan sikap Adji yang tiba-tiba terlihat senang lalu membawanya ke taman budaya di dekat masjid sekolah secepat ini.

Yang Sasha pikirkan adalah bagaimana Sasha harus bertindak cepat agar Adji dapat menjauh darinya setelah percakapan canggung ini.

"Enak pas gak ada gue atau sekarang?" ujarnya penuh selidik yang mampu membuat Sasha setengah membeku.

Bersamaan dengan itu, sebuah kejadian mampu melempar Sasha jauh ke ujung sana. Namun karena enggan mengingat kembali kisah yang menurutnya terlalu drama, Sasha memilih untuk menjawab sekenanya.

"Enakan gak ada elo" jawabnya.

Di sebelahnya, efek beku yang menyerang tubuh Adji seketika datang, seolah baru saja disalurkan dari tubuh Sasha.

"Kenapa?"

"Iya, kalau lo tidak ada, mungkin gue gak akan merasakan sakit hati karena ternyata gue punya hubungan sama kakak tiri terus ditinggal pergi." Sasha menjawab dengan memberanikan diri menatap Adji.

"Soal yang pergi itu... Gue minta maaf--"

"Gak perlu minta maaf, kok. Gue udah tau semuanya dari ayah. Kalau sebenarnya lo itu memang disuruh untuk jauhi gue dengan cara pergi agar lo dijodohkan dengan orang lain, kan?"

Sasha bertanya tepat sasaran yang membuat Adji terdiam.

"Jadi ya... gue harap lo tidak berusaha untuk memperbaiki semuanya. Yang ada lo malah menyiksa gue untuk menerima kenyataan yang sampai sekarang belum siap gue lupakan."

Di sampingnya, Adji hanya mampu menunduk. Mencoba mengerti bahwa sebenernya dia bukan satu-satunya orang yang paling terluka akibat masalah itu. Karena dia sadar, dia sudah mengetahui masalah tersebut semenjak hubungannya dengan Sasha berjalan.

Dan perkataan Sasha selanjutnya ternyata mampu menjerumuskannya ke dalam jurang yang dipenuhi rasa bersalah.

"Satu hal lagi. Meskipun lo tetap gue anggap sebagai kakak, jangan berharap kalau kita bisa akur. Karena gue belum bisa akur dengan orang yang sudah mencederai hati gue sendiri. Gue permisi"

Seketika rasa bersalah Adji pada Sasha seolah terus bertambah di dalam hati.

BimbangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang