Bab 23 [Revisi]

136K 7.1K 82
                                    

Wanita itu menunggu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Wanita itu menunggu. Dengan tak sabar dan sesekali melirik jam tangan. Ia tidak terlalu melihat jelas angka yang ditunjukkan. Salahkan kacamata hitam yang selalu mengganggu pandang Selina.

Namun, dari bentuk sudut yang terbentuk karena kedua panah, sepertinya ia akan telat bekerja hari ini. Dan begitu pemikiran tersebut terlintas, sebuah mobil berwarna merah tepat berhenti di depan Selina. Membuat ia tersenyum dan masuk ke dalamnya tanpa diperintah.

******

"Jelaskan sekarang."

"Huh. Terburu-buru seperti biasa."

Tanpa menoleh, Indri tetap mengemudi dan kembali bertanya, "Jangan membuatku kesal. Langsung saja katakan hubungan dirimu dengan pria itu."

Selina menatap lurus. Melihat jalan yang terus bergerak sambil menghela napas. Beberapa detik setelah merasa siap, ia baru mulai berbicara.

"Aku hanya mengulur takdirnya. Pria itu... Radit. Entah mengapa aku hanya melihat warna kematian dari dirinya."

Cittt!!

Kedua wanita tersebut sama-sama tersentak karena mobil yang direm mendadak. Beberapa pengguna jalan pun ikut heboh menekan klakson, karena tindakan gila Indri. Hingga ada pula yang memukul kaca dan berkata "Sinting" sebagai bentuk cemooh.

"Cepat pinggirkan! Kamu mau diamuk massa karena kejadian ini?!"

Selina berkata heboh. Berusaha memperingatkan saat melihat aura kaget yang menyelimuti Indri. Beruntung sahabatnya itu sedang cepat tanggap, membuat mobil yang mereka kendarai akhirnya kembali berjalan untuk menepi.

"Aku kaget," Indri berkata cepat pada Selina saat telah memarkir.

"Aku juga kaget, bodoh!" jawab Selina tak kalah galak, sambil melepas kacamata dan melotot pada pengemudi di sampingnya.

"Lalu bagaimana?! Bagaimana bisa kamu menunda kematian itu?!"

"Entahlah. Aku hanya berusaha memberi peringatan. Menjaga pria itu agar tidak melakukan kesalahan. Menyentuh dan melihat masa depan yang akan ia hadapi."

Indri mengangguk-anggukan kepala tanda mengerti. Mulai paham dengan situasi yang ada.

Tunggu?! Menyentuh?! Menyentuh seperti apa yang dia maksud?!

"Heh, tunggu! Kamu dengan dia... Menyentuh bagaimana yang kamu maksud?" Kali ini mata sahabatnya itu menyipit curiga. Merasa tidak puas dengan jawaban Selina sebelumnya. Indri merasa ada hubungan lebih antara Radit dengan Selina.

"Menyentuh biasa. Menggengam tangan satu sama lain," kata Selina tetap memandang lurus. Ia ingin menghindari mata Indri selama mungkin.

"Bohong! Kamu tidak mampu melihatku! Pasti ada sesuatu, bukan?! Jelaskan! Jangan-jangan kamu sudah melakukan itu bersamanya?!"

[End] Behind The ColorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang