Bab 62 [Revisi]

67.1K 4.3K 75
                                    

Dulu jika aku tak bertemu dengannya, bagaimana  aku sekarang?

Jika saat itu aku tak menggenggam tangannya, bagaimana hidupnya sekarang?

Apa kami akan bahagia?

Apa rasa sakit ini akan hilang?

Atau mungkin hanya aku yang bahagia sementara dirinya terjebak dalam gelapku?

Yang jelas, walau waktu terus berlalu atau jika itu terulang kembali, aku akan selalu terjebak dalam sinarmu.

*****

Dengan cemas Selina menunggu. Memegangi ponselnya bagai sebuah aset negara. Ia duduk bergetar. Merasa terus ragu dalam penantian. Hingga satu dering membuat dirinya segera berdiri. Menarik napas dalam, sebelum akhirnya mengangkat.

[Radit?]

[Kenapa?]

[Radit!]

[Iya. Hahaha.]

[Radit!]

Berulang kali Selina terus memanggil nama tunangannya. Berusaha untuk meyakinkan dirinya bahwa pria itu masih hidup. Masih bernapas dan memberi sedikit sinarnya pada Selina.

[Jangan terus bertanya dan pastikanlah.]

[Apa?!]

[Kemarilah dan pastikan langsung oleh dirimu bahwa aku baik-baik saja. Bahwa semua ini telah berakhir. Semua kutukan itu telah selesai, Selina.]

[Iya! Iya! Aku akan memastikannya sekarang.]

Tanpa sempat mematikan sambungan, Selina segera naik ke lantai dua. Mengambil tas kecil dan dompet, kemudian berlari terburu-buru keluar rumah.

[Hei kamu masih di sana?] tanya Radit.

[Ah, iya. Aku sedang mengunci pintu sekarang.]

[Kamu tidak ingin memutuskan sambungan?]

[Tidak! Pokoknya sampai aku memastikan dirimu, kamu tidak boleh mematikan sabungan.]

[Hahaha. Baiklah, terserah dirimu saja.]

Wanita itu tersenyum. Terus mendekatkan ponselnya di telinga. Berbicara dengan Radit dengan wajah cerah.

******

Seorang wanita dan pria menatap Selina sinis. Terus memperhatikan gerak-gerik wanita itu tanpa melepaskan pandangan.

Lalu setelah merasa semua momen telah tepat, maka Adis turun. Membiarkan Brata seorang diri dalam kursi pengemudi, dan sebelum menutup pintu, ia berbicara dulu untuk terakhir kali pada pria itu.

"Sekarang saatnya. Habisi dia dan aku akan melindungimu."

"Tanpa kamu pinta, aku akan menghabisinya. Apa pun yang terjadi, lalu kamu harus segera membuatku lolos," jawab Brata dengan tatap tajam. Membuat satu seringai puas di wajah Adis. Kemudian ia menutup pintu dan membiarkan mobil itu melaju.

"Seperti yang aku bilang. Bahkan walau aku harus ke neraka, maka aku akan menyeret kalian juga dalam neraka itu," gumamnya pelan pada diri sendiri.

********

Dengan langkah riang, Selina terus berjalan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dengan langkah riang, Selina terus berjalan. Siap untuk menyebrang jalan. Sembari terus menelpon, Selina masih banyak berkata dengan Radit tanpa memperhatikan sekitar. Ya. Wanita itu menyebrang tanpa sadar akan takdir yang harus dihadapinya sendiri.

Ia memang bisa melihat takdir orang lain. Mengulur kematian Radit dengan semua kemampuan yang dimilikinya. Namun, satu kenyataan yang harus Selina hadapi.

Betapa keras ia mencoba. Betapa keras ia berusaha. Ia tetap tidak akan pernah tahu. Tidak akan bisa menunda takdirnya sendiri. Takdir kematian yang harus Selina hadapi.

******

-Selina PoV-

Kata orang, jika manusia sedang dalam keadaan hidup dan mati maka semua kenangannya akan muncul bersamaan seperti letupan kembang api.

Kenangan indah, menyedihkan, membahagiakan, bahkan yang menyakitkan, akan teringat seperti lembaran-lembaran foto.

Sekarang, apakah aku sedang dalam keadaan seperti itu? Keadaan dimana aku sendiri tidak tahu apakah selanjutnya akan hidup atau mati. Jika tidak, lalu kenapa tiba-tiba aku bisa mengingat semua kenangan itu.

Kenangan bahagia dan menyakitkan yang terjadi sepanjang hidupku. Dan bahkan walau Radit berteriak. Terus bertanya di ujung sana, tapi aku tetap diam. Hanya fokus melihat sebuah mobil yang sedang melaju kencang kearahku saat ini.

Dan di tengah situasi yang terjadi. Di tengah keadaan yang membuatku terdiam, entah mengapa kenangan akan dirimu lebih membuat hatiku sakit.

Jika aku mati, apakah kamu akan sedih? Jika aku mati, apakah kamu melihat yang lain? Jika aku mati, apakah kamu akan melupakanku? Entah mengapa pikiran itu terlintas cepat dalam otakku. Terasa lebih menyakitkan hingga membuat air mataku menetes.

Ciiiitttt...! Brukkk..!

Sekarang semua terasa benar. Seandainya waktu bisa kembali, aku pasti tetap akan memilih hal yang sama. Aku hanya manusia biasa yang lebih senang menunggu dan mengorbankan.

Tuhan, jika aku meninggal, buatlah dia menerima keadaanku. Aku tahu dia egois, jadi tolong jaga dia. Jangan sampai Radit bertemu dengan orang yang sama egoisnya dengan dia. Dia itu, paling pemilih, jadi aku harap kamu bisa mempertemukan dia dengan seorang perempuan yang sabar dan baik.

Tuhan, mungkin ini egois tapi aku juga berharap agar kamu bisa mengabulkan satu permintaan terakhirku ini. Anggap saja imbalan atas semua kebaikan yang sudah aku perbuat selama ini.

Tolong Tuhan, seandainya kamu telah memberinya pasangan untuk menggantikanku, buat dia tetap mengingatku setidaknya satu kali dalam sebulan. Karena dengan begitu, seandainya aku nanti berada disisimu, aku setidaknya masih bisa hidup dalam kenangan orang itu.

*******

Ya!!!

Inilah update terakhir dariku

Gimana?

Jangan lupa vote, follow, sama komentar ya

Follow uga igku di @Safitridsy

-XOXO

[End] Behind The ColorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang