Bab 28

144K 5.4K 42
                                    


"Aduh sakit!" Satu geplakan halus jatuh di lengan pria itu. Membuat Radit meringis.

"Kamu kalau bicara yang benar. Nanti kita di lempar dari dalam pesawat yang ada." Selina berbisik pelan. Berusaha agar penumpang lain tak mendengar pembicaraan mereka.

"Tenang saja. Perjalanan ke Jepang itu tujuh jam. Lagipula dalam kabin ini semua sedang tidur. Tidak ada yang memperhatikan."

Radit benar. Karena keberangkatan malam, semua orang dalam pesawat memang memilih untuk beristirahat. Namun, Selina masih waras. Ia tidak ingin tiba-tiba digrebek massa.

"Jangan gila. Kamu tahu pramugari yang berlalu lalang bisa melihat kita dari atas sini," kata wanita itu sembari menatap celah atas kabin yang tidak tertutup. Membuat siapa pun yang lewat dapat melihat atau sekedar mengintip dengan jelas.

"Ini yang dinamakan tantangan. Membuat roman priaku terpenuhi."

Senyum jahil itu. Aku yakin akan ada sesuatu tidak beres sehabis ini.

Meninggalkan Selina yang masih menduga, Radit sudah mengambil satu selimut dan merentangkan di atas tubuh wanita itu. Kemudian ia juga merentangkan selimut miliknya, membuat ujung-ujungnya melewati batas.

Dan kini kabin mereka saling menyatu. Menciptakan sudut pandang di bawah selimut tersebut menjadi tak terlihat.

"Jangan bilang?!"

"Kamu tahu aku akan tetap melakukan, bukan?" Goda pria itu sembari menyelipkan tangan kanannya. Masuk dan terus mengarah hingga menyentuh pinggang Selina yang tertutup jeans.

 Masuk dan terus mengarah hingga menyentuh pinggang Selina yang tertutup jeans

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jangan," ia memperingatkan.

"Coba cegah aku," Radit menantang.

Dan pria itu berhasil. Menyusup hingga menyentuh ke dalam intim bawah Selina. Membuat wanita itu tak lagi mampu berbuat apa pun. Sekarang yang bisa Selina lakukan hanya sekedar menggigit bibir. Menahan desah akibat sentuhan Radit.

"Jangan bersuara, sayang. Atau kita akan menanggung akibatnya."

Bisikan Radit makin menambah intim suasana. Melucut gairah kala dua jemari pria itu berusaha menembus. Masuk dan keluar dalam ruang yang masih terasa sempit tersebut.

Selina tersenyak. Tampak kaget dan menikmati setiap permainan nakal yang Radit lakukan. Bibir merahnya mulai berdecap tak karuan, membuat api panas di dalam jiwa pria itu ikut tersulut. Tak sabar berada di dalam sana saat wanitanya telah siap.

Sampai pertahanan Selina runtuh. Lalu gelenyar panas mulai membasahi intim bawahnya serta jemari-jemari Radit. Membuat pria tersebut menarik cepat. Membiarkan sebentar Selina mengatur napas, sebelum akhirnya kembali berbisik.

"Susul aku ke kamar mandi. Aku tidak lagi sabar menikmatimu."

Dan pria itu bangun. Keluar dari kabin tanpa lupa mengerlingkan satu kedipan pada Selina. Membuat wanita itu hanya bisa menatap kaku kepergian tunangannya.

*****

Hati Selina berdebar tak karuan. Terus berjalan lurus dengan segala pikiran liar yang menghantui. Dan ketika tiga pintu kamar mandi telah terpapar jelas di hadapannya. Maka Selina mulai membuka. Mencari pintu ajaib yang akan membawanya dalam fantasi liar.

Lalu saat ia menemukan. Selina masuk. Kemudian segera mengunci dari dalam. Telah siap menyerahkan diri pada iblis yang menunggu.

*******

Kalian tahu judi?

Satu permainan yang akan menjeratmu sekali kamu sudah membuat taruhan

Tidak peduli berapa banyak yang hilang

Tidak peduli dengan segala masalah yang akan menghampiri

Karena rasa nikmat yang tak teruraikan

Kau terus berjudi dan mencoba peruntungan

Melupakan sial dan pahit yang mengejar

********

Yaa! Kuupdate!

Udah gitu aja wkwk

Jangan lupa vote, follow, sama komentar yaa

-XOXO

[End] Behind The ColorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang