Bab 50 [Revisi]

80K 4.8K 30
                                    

Selina berdiri di depan sebuah gedung. Setelah lama berpikir, ia memutuskan untuk menemui pria itu. Berusaha mencari kepastian dan menghapus semua ikatan yang ada.

Tak! Tak! Tak!

Dentum heels yang ia kenakan terus mengiringi sepanjang wanita itu melangkah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dentum heels yang ia kenakan terus mengiringi sepanjang wanita itu melangkah. Ia memang sengaja. Selina menggunakan heels dengan maksud sebagai perlindungan. Ia ingin menunjukkan pada Brata bahwa dirinya bukan lagi wanita lemah yang hanya bisa menangis. Ia adalah wanita kuat yang akan melindungi Radit.

Dan saat langkah itu terhenti. Terdiam di hadapan satu unit apartemen, maka Selina berusaha menenangkan hati. Mengambil napas dalam-dalam sebelum akhirnya menekan bel.

Sekali hingga tiga kali, ia membunyikan tapi tidak ada jawaban. Si pemilik apartemen tidak juga membuka pintu. Membuat Selina kesal dan saat hendak menekan lagi bel tersebut, tiba-tiba saja pintu cokelat tersebut terbuka. Seorang wanita dengan setengah pakaian yang menempel kini melihatnya dengan tatap sinis.

"Cari siapa, ya?"

"Pemilik apartemen ini. Dimana pria brengsek itu sekarang?"

Mendengar ucap Selina, wanita itu hanya diam. Bukan menjawab, ia justru balik memperhatikan Selina dari atas hingga bawah, lalu berdecak mengambil kesimpulan.

"Mau minta tanggung jawab, Mbak? Kasihan, tapi pria itu enggak akan mau nikahin anda. Dia saja tadi malam baru tidur sama saya," katanya santai sambil berkacak pinggang.

"Terseralah apa pendapat anda, yang saya mau sekarang tolong panggil pria itu sekarang. Bilang bahwa wanita bernama Selina sudah menunggunya."

"Ok. Ok. Sebentar, ya. Saya juga mau sekalian minta bayaran dan pulang, kok," jawabnya acuh. Kemudian pergi meninggalkan Selina dengan pintu yang masih terbuka.

Selina hanya bisa menghela napas. Kembali merasa bodoh karena sempat menganggap pria bajingan tersebut sebagai kakaknya. Lalu samar-samar indra pendengaran Selina menangkap sesuatu. Seperti satu pembicaraan yang terjadi dari dalam sana.

"Apa? Selina? Kenapa tidak kamu suruh masuk?"

"Aku hanya menjadi budak seks-mu, bukan pembantu. Jadi jangan berani memerintahku seperti itu."

"Baiklah, sayang. Terima kasih atas pelayananmu malam tadi."

"Jangan banyak bicara, aku hanya ingin meminta bayaran sekarang."

"Selalu murahan seperti biasa. Harusnya kamu memberi service lebih jika trus cerewet seperti ini."

Kedua tangan Selina mulai terangkat. Menutup telinganya, tak lagi merasa ingin mendengar lanjutan dari ucapan mereka. Ia merasa jijik. Muak dan menyesal di saat bersamaan. Jika saja dulu Selina lebih jeli, pasti pria brengsek itu tidak akan bisa menikmati hartanya seperti sekarang.

*******

"Wah, siapa ini wanita yang sedang menantiku di depan pintu?" tanya Brata dengan tatap licik.

[End] Behind The ColorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang