Bab 35 [Revisi]

97.7K 5.3K 39
                                    

"Kamu baik-baik saja?" Demi bertanya dengan khawatir. Memeriksa keadaan Selina yang kini masih diam dihadapannya.

"Sudah lebih baik. Terima kasih karena telah mengkhawatirkan aku."

Mata abu itu menatap dirinya. Membuat Demi salah tingkah dan berdeham.

"Hmm... Sebenarnya aku datang ke sini untuk menjemputmu. Tapi kurasa sekarang pasti sudah sangat telat untuk bekerja, bukan?" Ia bertanya. Mengangkat satu alis dengan sudut bibir terkembang. Hingga Selina akhirnya ikut tersenyum. Mengiyakan perkataan Demi dengan satu anggukan pelan.

"Jadi bagaimana jika kita pergi?"

"Pergi? Pergi kemana?"

"Taman bermain. Bukankah cara terbaik untuk menghilangkan sedih dengan cara bermain."

Ada warna kuning di sana yang mengelilingi Demi. Membuat Selina yakin. Paham bahwa saat ini pria itu sedang sangat tulus pada dirinya.

"Terserahlah. Lagipula sejak awal kamu pasti akan terus memaksa, bukan?" tanyanya sembari tersenyum.

"Benar sekali. Seperti kataku sebelumnya. Aku akan menjagamu saat tidak ada Radit di sini," jawab Demi penuh tawa.

Hati pria itu mulai berjalan. Tanpa ia sadari. Luka yang membuat jantungnya berhenti, sekarang mulai tertutup. Kembali menampilkan detak. Kembali menciptakan semu bahagia di sekujur tubuhnya.

******

Selina menurunkan kaca jendela. Menikmati udara kencang yang menerpa wajah putih itu. Membuatnya tenang. Membuat Selina memejamkan mata dan tersenyum.

"Teriaklah."

"Apa?!"

Ucapan Demi sontak membuat wanita itu menoleh. Menatap Demi dengan tidak percaya. Namun yang ditatap hanya menyengir tak jelas.

"Aku bilang teriaklah. Tidak akan ada yang peduli juga."

"Tapi nanti berisik, bukan?"

"Tidak mungkin. Lagipula sekarang jalan tol sedang lenggang. Percayalah padaku. Berteriak itu satu cara ampuh untuk membuang beban."

Pria itu memberi penjelasan. Masih dengan warna kuning yang sama. Sehingga Selina menjadi tergoda. Tak tahan untuk mencoba saran Demi.

Lalu ia kembali menoleh. Kembali menurunkan kaca sampai cukup lebar. Kemudian perlahan memajukan tubuh, hingga setengahnya kini telah keluar. Dan dengan cepat. Saat Selina telah menarik napas dalam, maka ia berteriak.

"Ahh!!!!!!"

"Dasar pria brengsekk!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dasar pria brengsekk!"

"Mati saja sanaaa!"

Demi yang mendengar hanya bisa tergelak. Tertawa dari dalam sana, membuat Selina mau tak mau ikut tertawa karena tingkahnya.

[End] Behind The ColorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang