Tuhan, tolong bangunkan saja aku.
Hyejin yang sedang duduk terpaku di ruang tamu itu masih tidak dapat percaya dengan kejadian yang baru saja ia alami. Jeon Jungkook berciuman dengannya?
Oh ya jangan lupa kalau itu ciuman pertama Hyejin.
"Berhentilah berdetak terlalu cepat" Hyejin meremas ujung dress birunya dengan gemas. Ia sedang berbunga-bunga sehingga tidak dapat memikirkan apapun lagi. Selama 10 menit ia hanya duduk diam di sofa ruang tamu sambil terus terbayang wajah Jungkook. Ponselnya tiba-tiba bergetar menandakan ada pesan masuk. Diliriknya sebentar display name yang tertera disana.
Tentu saja itu Jungkook.
Kookie: kejadian yang tadi, aku kelepasan.
Kookie: mianhae hyejin. Jeongmal mianhae
Hyejin: gwenchana kookie
Hyejin: aku tidak marah
Kookie: kau berhak marah hyejin, aku dapat menerimanya
Hyejin: aniyo
Hyejin: aku benar-benar tidak marah
Kookie: gomawo hyejin
Hyejin: santai saja kookie
Hyejin: oh ya, terimakasih untuk tadi. Aku lupa untuk berterimakasih padamu
Kookie: tentu hyejin
Hyejin: baiklah aku akan membereskan pekerjaan kuliahku.
Kookie: hwaiting❤
Hyejin tidak membalas. Tangannya bergetar tanda kebahagiaan. Hyejin mendapat keberuntungan bertubi-tubi sejak kemarin. Tentu saja gadis itu memikirkannya tiap hari.
Karena Hyejin tidak dapat memendamnya sendiri, dengan perasaan menggebu-gebu ia menelepon Jimin. Ia berniat menceritakan seluruhnya pada Jimin. Meskipun ia tahu respon sahabatnya tak akan mengenakkan.
"Apa ada hal menarik yang akan kau ceritakan, Hyejin-ah?"
Hyejin mengangguk dengan semangat. Ia mulai menceritakan seluruhnya. Tentu Jimin agaknya meremehkan hal yang sedang Hyejin ceritakan. Tapi Hyejin tidak tinggal diam. Ia menunjukkan bukti kuat pada Jimin. Line milik Jungkook.
"Apa kau yakin itu miliknya?" Jimin masih tetap pada pendiriannya. Tidak percaya. Hyejin mulai kesal. Ia menggembungkan pipinya sambil mengomeli Jimin. Tanpa sepengetahuan Hyejin, lelaki bertubuh bantet itu sedikit tersenyum. Ia suka ketika sahabatnya mengomel padanya, bercerita sesuatu dengannya, segalanya.
Tapi tidak dengan pembahasan yang sedang mereka bahas saat ini. Jimin tidak rela Hyejin menunjukkan senyumannya padanya hanya karena lelaki selain dirinya. Sebut saja Jimin posesif atau apalah itu, namun kenyataan berkata seperti itu. Dan Jimin pun tidak peduli dengan perkataan orang. Mereka sama-sama keras kepala.
Merasa sedikit kasihan karena telah membuat Hyejin kesal, Jimin pun akhirnya berpura-pura senang. Sejujurnya ia sudah tahu dari awal.
Malam ketika Hyejin diantar pulang dengan seorang namja tak dikenal, Jimin agaknya penasaran dengan siapakah Hyejin pulang. Karena sebelumnya ia tidak pernah menemukan Hyejin sedang bersama lelaki. Bercerita saja tidak. Ia mengintip dari balik dinding pembatas rumah Hyejin dengan rumahnya.
Pria itu hendak meminta izin kepada orangtua hyejin, seperti itulah yang terdengar oleh Jimin. Ia terkaget. Sebenarnya apa hubungan antara mereka berdua? Dan kenapa lelaki itu tidak tahu apa-apa tentang orangtua Hyejin?
Sejak saat itulah pikiran Jimin dipenuhi dengan lelaki misterius yang bersama Hyejin malam itu. Dan terkuak sudah bahwa lelaki itu adalah..
Idola Hyejin.
Yang benar saja..
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tacenda ✔
Short Story(n.) things better left unsaid, matters to be passed over in silence Published ; 12/04/18 Status ; complete