30 7 5
                                        

2 bulan terlewati. Hubungan Hyejin dan Jungkook terkadang mengalami pasang surut. Sering bertengkar tapi cepat juga cepat berbaikan. Tentu saja Hyejin bercerita pada Jimin. Tebak saja bagaimana perasaan Jimin.

Flashback on

"Baiklah, kita sudah sampai" ucap Jungkook pada Hyejin. Perempuan itu turun dari motor dengan mengalihkan pandangannya. Agar tidak melakukan kontak mata dengan Jungkook, ia menunduk sambil pamit pulang. Jungkook hanya tertawa gemas melihatnya. Ia mengusak rambut Hyejin dengan lembut sambil mengecup pucuk kepalanya. Ia pamit pulang kemudian menjalankan motornya dengan kecepatan lumayan kencang. Dapat diduga bahwa ia sama malunya dengan Hyejin. Perempuan itu mengelus kepalanya yang sehabis dikecup oleh Jungkook. Ia berteriak dengan senang sambil berjalan masuk kedalam rumah.

Dari sebelah rumah dapat terlihat Jimin yang diam-diam melihat moment antara Hyejin-Jungkook yang mesra. Dikepalkan tangannya dengan kuat.

Flashback off

Jimin cemburu? Jelas. Seharusnya Jiminlah yang memiliki Hyejin, bukan pria tak jelas itu. Biar saja dikata posesif, Jimin menerima saja disebut seperti itu.

Lagipula Jimin pun juga tak suka dengan Jungkook karena yah, tinggi badannya. Ia lebih tua darinya, tetapi tinggi badan Jungkook membuatnya menambahkan pada daftar hal yang dibenci oleh Jimin dari seorang Jeon Jungkook. Sejak dulu Jimin menyukai Hyejin. Sangat-sangat menyukainya. Untungnya sejak dulu Hyejin tidak pernah memiliki kekasih. Tapi beda cerita dengan saat ini.

"Jim, bantu aku" Hyejin mengusik tugas yang sedang dikerjakan Jimin. Awalnya Jimin tidak menghiraukan, tetapi semakin lama Jimin merasa sangat terganggu. Ia memutuskan untuk menjawab ajakan Hyejin untuk mengerjakan tugas bersama. Daripada ia harus terus diganggu seharian oleh Hyejin. Pekerjaannya yang semula di rumahnya berpindah ke rumah Hyejin. Mereka mengerjakan tugas kuliah bersama. Mereka ini sedang berada di semester akhir. Sebentar lagi mereka akan mengalami ujian akhir. Mereka harus tetap fokus. Untung saja meskipun Hyejin setiap hari terpikirkan kekasih tercintanya itu tetapi nilainya tidak ada yang turun.

"Fokuslah pada tugasmu, bukan ponselmu Hyejin-ah" Jimin hanya menggeleng heran ketika melihat sahabatnya itu sedang sibuk dengan ponselnya, bukan tugasnya. Sedetik kemudian Hyejin membanting ponselnya dengan kesal kemudian kembali fokus pada pekerjaannya. Jimin sempat terkaget dan ia latah. Dan hasilnya ia malah mendapat respon dingin dari Hyejin. Padahal biasanya Hyejin akan tertawa melihatnya latah meskipun sebenarnya ia malu.

"Wae? Ada masalah lagi dengannya?" Aku sedikit malas ketika akan membahas ini tetapi sebagai sahabat yang baik, aku harus mau mendengarkan segala keluh kesahnya. Jika biasanya aku senang menanggapi curhatannya, beda saat ini. Tapi aku berusaha untuk menyembunyikannya.

"Jungkook mementingkan member boybandnya ketimbang membalas pesanku" Hyejin mengerucutkan bibirnya. Ia terlihat kesal sekali. Jimin hanya menghela napas. Ia menepuk bahu sahabatnya untuk menenangkannya.

"Tentu saja temannya lebih penting Hyejin. Bukankah aku juga sama pentingnya dengannya? Apa kau ingin aku tidak mengurusimu lagi hanya karena kekasihku?" Hyejin menggeleng. Tentu saja ia tidak mau. Hanya Jiminlah satu-satu sahabat lelakinya yang peduli padanya. Sahabatnya yang perempuan saat ini tinggal di luar negeri jadi hanya Jiminlah yang saat ini dapat menjaga Hyejin.

"Sudahlah, nanti juga kau pasti berbaikan lagi. Ppalli kerjakan tugasmu aku mau istirahat" Jimin kembali fokus dengan kertas-kertas miliknya. Hyejin hanya bisa mendengarkan perkataan Jimin. Dengan perasaan dongkol ia kembali fokus mengerjakan tugas.
.
.
"Baiklah aku akan pulang. Cepatlah berbaikan agar kau tidak terus merengek padaku" Jimin merapikan seluruh kertasnya ke dalam suatu map biru miliknya. Hyejin hanya bermain dengan kakinya sambil menunduk. Ia sedang manja, ingin diperhatikan.

"Kau ingin aku menginap?" Hyejin yang merasa Jimin mengerti keadaannya itu merasa senang. Ia menganggukkan kepalanya dengan semangat. Cepat-cepat ia berlari menuju ruang penyimpanan berniat untuk mengambil kasur tambahan. Jimin yang gemas dengan sikapnya itu hanya bisa menggelengkan kepalanya.

Andai saja kau milikku.

.
.
.

Tacenda ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang