Entah badai apa yang telah menerpa Hyejin saat ini hingga Hyejin tidak dapat mengontrol keadaan tubuhnya dengan baik. Jantungnya memompa dengan cepat seperti hendak melarikan diri. Kupu-kupu beterbangan dengan liar didalam perutnya.
Jeon Jungkook sedang menunjukkan wajah tampannya dibalik maskernya. Dan tentu saja hanya Hyejin yang dapat melihatnya. Refleks saja setelah Jeon Jungkook menunjukkan mukanya Hyejin mendadak tergagap. Dia benar-benar tidak menyangka akan hal kebetulan seperti saat ini.
"Sepertinya kau benar-benar mengidolakanku ya?"
"Te-tentu saja! Aku sangat suka dengan kemampuan aktingmu itu. Aku suka pada adegan ketika kau sebelumnya menangis dengan keras kemudian ketika ada seorang gangster datang kau dengan sigap langsung memasang wajah marah, dan-" bibir cherry milik Hyejin seketika hangat oleh sesuatu. Bibirnya ditahan untuk tidak mengatakan apapun lagi dengan jari panjang milik Jeon Jungkook.
Pria itu tersenyum ketika semburat merah nampak di pipi Hyejin. Ia pun berkata,
"Jika kau berkata seperti itu aku akan malu lho. Tapi, terimakasih telah memujiku, em?"
"Ahn Hyejin imnida" Hyejin berdiri dan segera membungkukkan badannya. Jeon Jungkook yang melihatnya pun merasa tidak enak sehingga ia ikut-ikutan berdiri dan membungkukkan badannya. Setelah acara perkenalan selesai, mereka membicarakan banyak hal disana. Mulai dari drama yang Eunji tonton, kegiatan Jeon Jungkook, dan masih banyak lagi.
Tak terasa waktu berjalan. Matahari pun sudah berganti tugas dengan bulan. Hyejin yang menyadari hal itu ingin pamit pulang. Sebenarnya ia enggan, tetapi Hyejin sangat tidak bisa pulang dalam keadaan malam seperti ini. Ia takut berjalan sendiri di kegelapan malam.
"Kau ingin pulang? Sayang sekali. Baiklah aku akan mengantarmu pulang" Jeon Jungkook segera saja menarik tangan Hyejin. Gadis pendek yang tak tahu apa-apa itu hanya bisa terkaget dan mengikuti ajakan pria itu. Meskipun ia harus mati-matian menyembunyikan pipinya yang memanas.
"Jangan melamun. Cepat naik" setelah sibuk dengan berbagai pikiran yang hinggap dalam dirinya itu, Hyejin tersadar. Ia sempat menolak untuk diantarkan pulang. Tetapi bukan Jeon Jungkook namanya jika ia mendapat penolakan. Ia tetap memaksa Hyejin sehingga perempuan berambut panjang itu terpaksa menerima ajakannya.
Dalam perjalanan mereka sibuk bersenda gurau sambil sesekali Hyejin mengarahkan jalan menuju rumahnya. Tak membutuhkan waktu yang lama mereka sudah sampai dirumah Hyejin. Jeon Jungkook berniat untuk menyapa orangtua Hyejin disana untuk meminta izin pulang. Namun segera saja Hyejin menggerak-gerakkan tangannya tanda menolak.
"Orangtuaku sudah meninggal. Aku hidup sendiri"
Pria itu terkejut dan segera meminta maaf pada Hyejin. Perempuan itu hanya tersenyum sambil mengatakan bahwa ia tidak apa-apa. Setelah terdiam beberapa detik akhirnya Jeon Jungkook memutuskan untuk pulang dengan terlebih dahulu meminta nomor ponsel Hyejin.
"No-nomorku?" Pria itu mengangguk-anggukkan kepalanya dengan polos. Senyuman manis terukir diwajahnya. Hyejin luluh sehingga ia pun memberikan nomor ponselnya. Setelah bertukar nomor mereka pun pamit. Pria itu kembali pulang dan Hyejin memasuki rumahnya.
Hyejin langsung berlari menuju kamarnya sambil terlonjak senang. Masih tidak menyangka kejadian yang baru saja ia rasakan, Hyejin mencubit pipinya.
Sakit.
Ia berteriak senang. Mulutnya tidak bisa berhenti menyunggingkan senyuman lebar. Tidak pernah ia merasa sebahagia ini sebelumnya. Belum selesai kebahagiaan yang Hyejin rasakan, perempuan itu ingin memberitahukan segalanya pada Jimin. Tapi ketika ia sudah memegang ponselnya seketika ia ragu apakah Jimin akan percaya padanya atau tidak.
LINE!
Kookie added you by phone number
Kookie: annyeong Hyejin~
Tuhan bunuh saja aku..
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tacenda ✔
Historia Corta(n.) things better left unsaid, matters to be passed over in silence Published ; 12/04/18 Status ; complete