Bagian 32 - Jangan pernah sembunyikan apapun dariku

1K 80 5
                                    

Avery

Ciumannya luar-biasa. Bibirnya hangat dan lembut namun walaupun aku benci mengakuinya, bibir Harry terasa jauh lebih pas denganku dibandingkan Brad. Ia melepas dan melihat mataku lalu berbalik dan berjalan masuk. Terasa sangat canggung setelah ciuman itu, apakah aku melakukan sesuatu yang salah?

Aku mulai berjalan dan pikiranku kembali ke sekolah. Aku merasa buruk pada diriku karena jatuh kepada hal yang dilakukan Harry seperti "Aku-tak-macam-macam-lalu-aku-akan-menghancurkan-mu". Pria gila yang bipolar. Aku merasakan perasaan amarah memasuki tubuhku. Dulu tak pernah terjadi hal seperti ini, aku tak pernah dieskpos oleh seseorang yang membullyku. Mereka melakukan hal mengerikan padaku namun tak pernah sampai seperti ini. Aku merasakan tulang-belakangku merinding seraya pikiranku memikirkan apa yang ia ucapkan kalau ini barulah awal. Apa yang akan terjadi selanjutnya?

Aku berjalan memasuki rumahku dan langsung menuju kamar. Aku menutup pintu dan mengeluarkan buku harianku. Aku menyukai buku itu dan sangat bersyukur karena memilikinya. Tanpa buku harian itu kemungkinan aku akan membeset diriku sendiri atau semacamnya saat kau melihat kembali ke masa laluku. Entah mengapa, kapanpun aku menulis di buku harian aku merasa seperti ada seseorang yang mendengar dan bahkan perduli padaku. Itu hanyalah satu-satunya hal yang mendengarkanku sejak semuanya dimulai sampai-sampai aku tak berani memberitahu keluargaku. Beberapa orang berpikir bahwa buku harian adalah untuk seorang bocah tapi ku pikir itu hal yang baik untuk mengeluarkan seluruh perasaanmu dan mempunyai suatu hal untuk kembali dilihat, baik ataupun buruk.

"Avery! Turunlah, sekarang!" aku mendengar Jake berteriak dari bawah. Aku menyembunyikan buku harianku sebelum berjalan ke bawah. Mataku melebar akan pandangan di hadapnku. Jake memegang kertas di tangannya dan ekspresinya mengatakan bahwa ia sangat kesal. Aku melupakan kertas yang berada di sakuku. Aku menelan ludah.

"Apa-apaan ini Avery huh? Ingin menjelaskannya padaku?" ia berteriak padaku. Aku tahu bahwa ia sangat marah tentang itu. Ia protektif terhadapku dan bahkan lebih protektif lagi sejak aku memberitahunya tentang masa laluku. Aku hanya menunduk, tak ingin membicarakannya.

"Siapa yang melakukan ini padamu? Apakah si pria Harry itu? Katakan" aku tak memindahkan tatapan dari kaki dan tanganku.

"Jangan berani-berani menyembunyikannya! Jika penyebabnya adalah Harry ia akan mati ditanganku oke?!" Aku melihat matanya lalu berjalan ke lengannya dan terisak. Selagi aku menangis, aku merasakan lengannya di sekitarku dan ia mengusap punggungku membisikkan kalimat nyaman di telingaku. Aku tak dapat menahan tangisku dan itu terasa nyaman untuk mengeluarkannya.

"Aku tak tahu apa yang telah ku lakukan padanya hingga ia memperlakukanku seperti ini" bisikku masih tak berpindah dari pelukan hangatnya.

"Aku tak apa-apa oke, Harry itu bajingan oke" ucapnya selagi aku melihat matanya. Aku mengangguk lalu ia menghapus tangisan di pipiku. Kami duduk di ruang-tamu dan berbincang sejenak. Aku senang karena orang-tuaku sedang tak berada di rumah. Mereka bekerja terus belakangan ini.

"Kumohon jangan beritahu ibu dan ayah" ucapku dan melihat matanya. Ia mengangguk dan aku merasa lega. Malam ini adalah malam yang ku butuhkan. Berbincang dan memiliki waktu bersama kakakku. Aku pergi ke kamar dan terasa nyaman membiarkan kakakku mengetahuinya, ia pelindungku.

Aku dibangunkan oleh suara alarm dan aku langsung melakukan rutinitas pagiku. Orang-tuaku masih bekerja, mereka mendapat jam kerja malam di rumah-sakit dan mereka tak akan pulang sampai jam delapan saat sekolahku dimulai lalu kembali bekerja lagi nanti malam jam enam. Jake masih tertidur karena ia baru tidur hari ini. Aku membuat sarapan sendiri lalu menulis catatan untuk Jake dan pergi.

Untuk: Brad

Aku sedang dalam perjalanan sekarang jika kau ingin ditemani sampai sekolah :)

Aku mengirim pesan pada Brad lalu mendapat balasan cepat.

Dari: Brad

Ada sesuatu yang harus ku urus sebelum sekolah jadi aku akan menyusul.

Aku rasa ia tak ingin berbicara denganku. Aku menghapus gambaran itu dan terus berjalan. Saat sampai di sekolah aku melihat Sophia di luar gedung dan aku mengernyit.

"Apa yang kau lakukan sepagi ini?" Aku tersenyum dan ia membalas gestur itu.

"Aku tak ingin kau berada disini sendiri, tidak selagi Harry masih bersikap seperti bajingan" ia terkekeh. Kami berdiri dan berbicara sejenak saat suara familiar mengucapkab namaku. Aku mengambil napas dalam dan memutar. Harry dan temannya berdiri di belakangnya.

"Aku menyukai fotomu yang kemarin, beberapa temanku menghargainya" ia memainkan alisnya dan aku menghirup napas terkejut. Ia memperlihatkan ke temannya.

"Ya tubuhmu seksi" Louis berkedip. Aku sangat merasa buruk dan malu.

"Harry!" Semua kepala kami memutar ke kanan. Mataku terbelalak dan jantungku berdegup kencang dan semua orang yang terlalu familiar berada di hadapan kami, Jake berserta temannya.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~


The Senior (Indonesian Translation)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang