Bagian 29 - Panik

1K 78 12
                                    

Avery

Aku mendengar kekehan mereka mendekat di tempat dimana Brad dan aku berdiri. Sophia berjalan menuju kami. Aku tak ingin memutar. Aku merasakan panik di dalam diriku. Gambaran akan apa yang harus ku lewati kemarin membuatku takut dan pening. Aku memutar dan bertemu tatapan Harry. Wajahnya tersenyum jahat. Aku merasakan lengan Brad di sekitar pinggangku, menarikku menujunya. Sophia berdiri di sampingku dan aku merasa sangat aman. Harry kembali melihat ke temannya dan mereka semua terkekeh.

"Oh ada yang merasa nyaman hanya karena ada dua orang teman dan Brad sobatku, aku tak pernah berpikir kalau kau akan bersama sampah sepertinya" ia terkekeh.

"Aku tak pernah menjadi sobatmu Harry, aku bukan seorang homo" ucap Brad. Brad membela dirinya sendiri. Ia tak punya hal yang harus ditakuti. Ia populer mungkin tak sepopuler Harry namun tetap populer. Ia tampan dan tingginya sama dengan Harry. Ia juga sangat tegap jika berkaitan dengan otot. Kurasa sejujurnya Brad jauh sedikiy lebih berotot dibanding Harry jadi ia tak perlu menakuti apapun.

"Apa katamu?" Harry berjalan mendekati Brad. hanya beberapa inci dari wajahnya.

"Homo" Brad tersenyum. Harry mendorong dada Brad tapi Brad hampir tak menyentak terkena dorongannya. Ia kembali mendorong harry. Setelah beberapa menit mereka berdua bertengkar kasar dan orang-orang berteriak dan menyorak. Selama mereka bertengkar mereka berdua memanggil sebutan masing-masing. Aku terkejut dan aku mencoba menghentikan mereka namun mereka tak perduli.

"Murid berhenti!" kepala sekolah kami berteriak dan mereka berhenti. Ia berdiri diantara mereka dengan tatapan marah.

"Kau adalah seorang remaja, aku tak mentolerasikan hal bocah seperti ini di sekolahku. Selebihnya kalian berdua akan ditahan selama 3 minggu. Apakah itu jelas?" Tuan Fox adalah kepala-sekolah yang baik namun ketat. Ia tak pernah takut memberikan siapapun hukuman untuk sesuatu yang buruk dan juga hukuman kasar yang pernah kudengar.

Ia berumur sekitar 45, rambut-coklat dan selalu mengenakan jas. Mereka berdua bergumam 'ya' dan Tuan Fox berjalan.

"Brad kau tak perlu melakukan itu"

"Aku bukanlah teman yang tidur bersama setiap hal yang bergerak dan menghina orang. Juga aku sudah bilang kalau aku akan selalu berada disana" ucapnya. Sophia berdeham.

"Oh Brad, ini Sophia temanku" aku tersenyum dan ia menyodorkan tangannya dan Brad menjabatnya.

"Senang bertemu kau Sophia" ia tersenyum dan ia membalas gestur itu.

"Kita harus masuk kelas tapi nanti pulang bersama?" tanyaku dan ia mengangguk. Ia berjalan menuju kelompok temannya dan Sophia dan aku berjalan ke kelas.

"Kerja bagus Avery, ia seorang kiper" aku merona.

"Kita tidak berpacaran" ia mencolek sisi tubuhku. Setelah selesai kami berjalan ke kafetaria.

"Aku hanya perlu ke toilet sebelum kita pergi oke" ia mengangguk dan ia mengikutiku menuju toilet.

"Aku akan menunggu di luar" aku mengangguk dan masuk. Aku memasuki bilik dan melakukan bisnisku. Aku mendengar pintu yang berdecit terbuka.

"Sophia aku akan berada di luar!" ucapku dan merona dan berjalan keluar. Saat aku melihat ke sekitar ruangannya kosong. Aku mencuci tanganku dan melihat ke cermin. Mataku melebar dan aku kehilangan napas. Di sudut ruangan berdirilah Harry.

"H-Harry" ia terkekeh saat aku menggagapkan namanya. Ia berjalan mendekatiku dan aku memutar. Ia mendorong tubuhku ke dinding-bergaris yang dingin. Aku sedikit membuka mulut karena pernapasan beratku, mata melebar dan jantung berdetak kencang.

"Brad menghentikan momen kecil kita tadi" ia mendorongku lebih kencang ke dinding selagi ia berbicara.

"Kumohon" aku mengeluarkan ringisan kecil.

"Apa katamu? Aku tak dapat mendengarmu Pelacur"

"Kumohon" ucapku sedikit lebih kencang kali ini.

"Aku takut itu tak bisa ku lakukab, aku baru saja mulai" ia mengangkatku dan melepasku jadi aku jatuh ke lantai. Aku menyentak kesakitan. Ia pergi menuju pintu dan menguncinya. Napasku semakin kencang dan semakin kencang. Aku hampir serangan-jantung. Aku pernah mengidapnya dulu dan aku tak menyukainya. Aku mencoba menenangkan pernapasanku menggunakan napas dalam namun itu tak berhasil, udaranya terlalu tebal.

"Apa yang salah denganmu huh?" aku melihat Harry yang duduk berlutut di hadapanku. Aku merasakan nadiku meningkat dan aku butuh udara segar dan waktu sendiri. Aku merasa pening, panas, lenganku sedikit bergetar dan mulutku terasa kering. Ruangan ini terasa lebih tebal setiap menitnya. Aku merasakan tangisan di mataku.

"Avery, apa yang salah?" ia mendongakkan wajahku agar aku dapat melihatnya. Ia terlihat sangat cemas dan bersalah. Lalu semuanya hitam.

~~~~~~~~~


The Senior (Indonesian Translation)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang