Bagian 9 - Sambutan

1.5K 129 19
                                    

Niall dan aku menari dan  hanya menikmati hidup kami. Tak salah satu pun dari kami dapat menari  jadi kami hanya berakhir tertawa dan saling mengejek diri kami  masing-masing tapi kami tak perduli. Aku melihat Sophia duduk di  pangkuan Liam dan mereka bercumbu. Niall mengambil lenganku dan kami  berjalan ke tempat yang lebih tenang yang berada di luar rumah. Kami  duduk di beranda dengan beberapa minum dan tertawa seru.

"Avery, aku tak akan tidur denganmu" ia tiba-tiba menyembur dan kami berdua terdiam sebelum aku terkekeh akan pengumumannya.

"Baiklah." ujarku dan kami berdua tertawa.

"Dan tidak bukan karena  kau tidak cantik. Kau sangat dan sangat cantik." Ucapnya sebelum meminum  seteguk birnya dan kalimatnya membuatku merona.

"Terima kasih tapi mengapa tidak?" Tanyaku seraya tertawa dengan penuh penasaran dan ia melihatku.

"Karena kau menyukai  Harry dan kurasa ia juga sama. Jangan menolaknya, aku telah melihat  tatapan diantara kalian berdua" ucapnya sebelum ia terkekeh dan  menyemburkan beberapa kalimat karena alkohol.

"Tidak dan ia juga sama"  ucapku selagi merona. Gambaran akan aku dan Harry yang bersama  membuatku tersenyum dan membuat tubuhku hangat.

"Tentu kau memiliki  perasaan padanya jangan berbohong, aku tak akan memberitahunya dan ya  aku pikir dia juga sama" ucapnya seraya menggelitikku dan kami terkekeh.

Tiba-tiba aku mendengar  suara familiar yang berteriak dan musiknya menghilang. Semuanya berjalan  keluar ke pintu masuk dan Harry berdiri disana, pakaiannya dan  rambutnya juga berantakan, cukup imut. Tapi aku merasa ingin muntah saat  Cara berjalan menuruni tangga dengan senyum besar di wajahnya,  membenarkan gaun dan rambutnya yang juga berantakan. Ia berdiri di  samping Harry dan menjalin jari mereka, mereka bercinta, jalang.

"Jadi seperti yang kita  tahu kita kedatangan murid baru disini" ucap Harry dan aku merasa  perutku membolak. Mereka tak mungkin serius. Kumohon jangan lakukan  sesuatu, kalimat itu terus-menerus terulang di otakku.

"Dimana ia?" Tanya Harry  tak jelas akibat alkohol dan pria disampingku mengangkat tanganku dan  semua orang melihatku, aku merasakan pipiku merona.

"Ayo naik ke atas sini"  ujar Cara dan Harry melihatnya lalu kembali melihatku. Aku tak bergerak  tapi seseorang di belakangku mendorongku.

"Avery itu anak baru dan  kurasa kita harus memberinya sambutan hangat karena ia baru" ujar Harry  seraya senyum di bibirnya tampak jahat dan semua orang bersorak.

"Jadi Avery kau punya dua cara alternatif" ucap Harry dan aku mengambil napas dalam.

"Tidur dengan sobatku  disana Brian atau berlari telanjang ke seluruh rumah" ucapnya dan  kalimatnya membuat seluruh udara di tubuhku menghilang, aku merasa muak.  Aku melihat ke Brian dan ia juga senior, aku dapat mengetahui karena ia memakai jaket senior. Rambutnya pirang dan matanya abu. Harry dan gengnya sejujurnya terlihat lebih baik. Aku tak ingin tidur dengannya.

"Mana yang kau pilih  Avery? Berlari telanjang atau bersenang-senang dengan Brian disana?"  Cara nengulangi peraturan Harry, yang membuatnya memutar matanya pada  Cara dan melepas tangannya. Aku melihat apakah aku dapat menemukan  Sophia di keramaian. Saat aku melihatnya, wajahnya terkejut. Saat aku  melihatnya aku sangat meminta pertolongannya.

"Apa yang terjadi jika aku tidak melakukan salah satu dari itu?" Tanyaku mencoba terdengar sepercaya-diri mungkin.

"Kau akan mendapat ganjaran sepanjang sisa SMA mu" ujar Cara dan terkekeh, ia tahu bahwa aku tak akan melakukannya.

"Bagaimana jika aku melakukan salah satu dari itu?" Tanyaku seraya menaikkan alis pada mereka berdua.

"Masa SMA mu akan berjalan seru" ujarnya heboh dan Harry nengangguk dengan ekspresi natural.

"Aku pilih.."

~~~~~~~~~~~~~~~~

The Senior (Indonesian Translation)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang