Bagian 46 - Menonton film saat menjelang malam

1K 63 3
                                    

Harry

Selagi aku menyetir di jalanan dari rumah Avery aku merasa perasaan senang yang spesial bersamaan dengan perasaan kecewa. Aku tahu ia akan menjawab ya tapi aku harus bertanya padanya akibat tadi malam. Terasa nyaman bersamanya. Aku tak pernah melakukan hal semacam itu bahkan bersama Tay. Aku tiba di luar mansion kami. Aku mematikan mesin dan memasuki rumah.

"Harry, bung!" sambut Louis selagi aku berjalan masuk. Aku mengikuti darimana sumber suaranya dan saat aku memasuki ruang tamu aku melihat Louis telanjang dengan perempuan latin di pangkuannya, mengendarainya.

"Louis, kumohon aku dilalap habis di sofa itu!" aku menutup mataku. Bukan hal yang ingin ku lihat saat ini. Perempuan itu berhenti dan melihatku.

"Oh Halo Eleanor" sambutku padanya berpaling.

"Hai Harry, tak perlu malu. Kau kan pernah melihat perempuan telanjang sebelumnya" ia terkekeh diikuti oleh Louis. Ia benar, ia jelas bukan perempuan pertama yang ku lihat telanjang.

"Berapa banyak sekarang?" tanya Louis selagi mereka berpakaian dan Eleanor terkekeh pada pertanyaannya, kemungkinan sedikit mabuk. Ia tak akan melakukan ini jika tak mabuk karena ia berkelas dan memiliki tutur-kata baik.

"Entahlah" bukannya aku tak menghitung mereka, baiklah mungkin ya. Mereka menyadari keheninganku dan Louis terkekeh.

"Ia mungkin kelelahan pada hitungan ke 1000" ucap Eleanor dan mereka tertawa tapi tak membuatku mengikutinya. Hanya beberapa ya, tapi seribu? tidak.

"Diamlah Eleanor, kau memiliki daftar panjang yang sama denganku begitu juga kau Louis" mereka terkesiap pada jawabanku. Eleanor sudah menginap disini sebelum ia bertemu Louis. Louis memberitahuku segalanya. Eleanor melihatku terbelalak dan aku membalas dengan seringai. Aku tahu ia tak suka membicarakannya. Ia ingin orang berpikir kalau ia berkelas dan lugu tapi sejujurnya ia cukup berbeda.

"Hei bung, jangan bicara begitu padanya" bentak Louis pada Eleanor memberiku tatapan kesal yang membuatku terkekeh.

"Hanya berbicara yang sebenarnya sayang" candaku dan keluar dari ruangan.

"Harry, bagaimana kau dan Avery. Apa kau mendapatkannya?" tanya Niall selagi menuruni tangga.

"Bukan urusanmu Niall" bentakku.

"Haruskah aku menganggap itu iya atau tidak?"

Avery

Waffle atau Pancake? Jeruk atau jus apel? aku melihat ke dalam kulkas untuk memakan sesuatu. Orang tuaku men-smsku bilang kalau mereka akan kerja lembur malam ini dan juga Jake kemungkinan berada di rumah. Aku sudah men-smsnya tapi tak ada jawaban. Aku tak lapar jadi aku pergi ke kamar menulis tentang tadi malam di buku-harian. Saat selesai aku mulai berangan dimana ponselku. Aku melihat sekeliling dan menaruhnya di meja tidur. Aku mengambilnya dan melihat dua puluh pesan tertinggal dengan sembilan panggilan tak-terjawab.

Sophia men-smsku lima kali, Brad lima, Jake empat dan Harry dua. Aku membaca pesan Sophia dan membalasnya kalau aku merasa sedikit sakit pagi ini dan aku akan pergi sekolah esok. Lalu aku men-sms Brad pesan yang sama dan bilang pada Jake kalau aku berada di rumah Sophia malam ini. Aku terus berbohong tapi mereka tak bisa mengetahui kalau aku berada di hutan bersama Harry, terutama Jake. Ia akan marah. Aku lalu membaca pesan Harry.

Dari: Harry

Terimakasih telah memberiku kesempatan, aku tak akan menyia-nyiakannya dan sayang, kita tahu kalau kau akan segera menjadi pacarku yang mencium dan memelukku x-H

Pipiku memanas akan apa yang ia tulis dan aku kembali membacanya berulang-ulang. Pria itu tak ingin menyerah.

Dari: Harry

Apa yang kau lakukan? Bisa aku datang? x-H

Itu pesan terakhir dan ku dapat beberapa menit lalu.

Untuk: Harry

Tak ada, ya jika kau mau! :)

Dari: Harry

Aku berada di luar, mengapa kau tak membiarkanku masuk? x-H

Aku mengernyit pada teksnya. Aku berjalan ke jendela dan menengok keluar dan melihat range rover hitamnya di jalanan. Aku segera berlari ke pintu dan membuka. Harry berdiri disana memakai jeans hitam dan kemeja merah-hitam dengan kalung salib. Ia terlihat menakjubkan.

"Hei sayang, aku membawa pizza" ia mencium pipiku dan berjalan masuk, aku masih terkejut oleh semua aksinya. Ia berjalan masuk selagi ia menguasai dalam ruang-tamu dan duduk di sofa.

"Harry...?" aku tak tahu ingin mengucapkan apa dan itu karena aku tak tahu harus mengucapkan apa.

"Ya sayang?" kalimatnya membuatku hangat dan aku merona pada kalimatnya. Ia mengisyaratkanku agar duduk dan aku memasuki ruangan dan mematainya.

"Bagaimana kau tahu kalau aku akan melakukannya?" aku bingung tapi menyukai kehadirannya.

"Aku hanya berpikir kalau teman baruku ingin ditemani, makanan dan film" kekehku. Aku menginginkan itu dan aku senang karena tak berada sendiri.

"Oh makasih" kami mengambil film dan memilih Titanic. Sudah lama aku tak menontonnya. Kami menonton dan memakan pizza selagi duduk cukup dekat. Ketika adegan film yang telah ku lupakan mulai muncul, dimana mereka melakukan hal intim di kursi belakang. Aku merasa sangat tak-nyaman dengan Harry di sampingku. Aku mencoba untuk bersikap tenang dan tak terganggu oleh aksi di tv. Aku kemungkinan sudah mengganti posisi sepuluh kali dan melihat jam di ponsel sama banyaknya.

"Kau tahu jamnya tak akan berjalan cepat jika kau terus-menerus menatapnya sayang" bisiknya sangat dekat di telingaku. Ia meletakkan satu tangan di pahaku dan aku merasa tak dapat menahannya. Aku merasa sangat gugup dan tak dapat berkata-kata. Aku melihatnya merona dan ia menyeringai. Wajah kami sangat dekat. Ia menyambungkan bibir kami, paksaan itu membuatku terbaring di sofa.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

as always,

vote.comment.follow

bye x

The Senior (Indonesian Translation)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang