Bagian 36 - Ia mengatakannya

1K 79 0
                                    

Avery.

Aku tak perduli akan apa yang telah ia lakukan padaku pada saat itu. Intinya adalah itu momen yang tepat. Bibirnya yang menari denganku terasa luar-biasa. Hangat dan lembut. Aku merasakan ia berhenti berdansa dan cengkeramannya di sekitar pinggangku mengerat. Ia menarik tubuhku mendekatinya. Tanganku mengarah ke rambut di lehernya menarik kepalanya mendekatiku. Aku merasakan lidahnya di bibir bawahku, memelas untuk kumasuki. Aku belum ingin memberinya tapi saat ia menarik tubuh bawahku menujunya aku merasakan kesenangan aku mengeluarkan sedikit desahan. Ia perlahan mendorong lidahnya memasuki mulutku. Aku tak pernah melakukan ini sebelumnya jadi aku hanya melakukannya. Ku rasa ia menyadarinya dan tersenyum di sela-sela ciuman. Kami melepas dan aku melihat ke matanya. Masih gelap dan terdapat lebih banyak percikan. Aku tersenyum dan ia membalas gestur itu. Ia memberiku ciuman ringan di bibir lalu meraih lenganku dan menarikku bersamanya. Kami berjalan keluar menuju mobilnya. Kami meloncat ke dalam dan menyetir.

Kami berhenti di depan rumah besar atau mungkin itu bukan rumah, melainkan mansion. Ia berjalan ke arahku dan membuka pintu mobil.

"Gentle sekali" aku menyemburkan kalimat itu, masih sangat mabuk. Kami terkekeh dalam perjalanan masuk dan ia menuntunku ke mansion besar dan mempesona. Kami berjalan ke lantai dua lalu memasuki kamar, kemungkinan kamar Harry. Itu sama indahnya dengan bagian rumah Harry yang lain. Aku berbalik dan Harry mencium erat bibirku.

Aku dibangunkan oleh cahaya terang yang menerpa wajahku. Aku perlahan membuka mata dan melihat cahaya matahari melewati jendela, jendela yang tak familiar. Aku melihat ke sekitar dan melihat kamar indah nan familiar. dindingnya berwarna abu-krim. Tempat tidur berukuran besar terletak di tengah ruangan. Di depan kasur terdapat TV berlayar rata dan telat di sampingnya terdapat lemari kayu gelap. Di sudut kanan terdapat meja dan beberapa kaki di depannya ada dua kursi bar dan dibelakangnya ada jendela besar. Tempat tidurnya bersprei putih-bulu. Dimana aku? Aku melihat ke sampingku dan tergeletak ikal kusut coklat-gelap dan tubuh atas telanjang yang tertutupi tato, Harry. Aku segera berdiri dari kasur dan merasa pusing. Aku merasakan perutku membolak dan aku berlari untuk mencari kamar-mandi. Tempat tidurnya memiliki pintu yang menuntunku ke kamar mandi indah. Aku membuka tempat duduk toilet dan muntah.

Harry.

Aku perlahan mulai sadar. Menarik lenganku namun tak menemukan siapapun, kosong dan sedikit-hangat. Aku segera duduk di kasur dan mendengar suara dari kamar-mandi, terdengar seperti ada yang muntah. Aku bangun dan berjalan menuju sana, berharap Avery akan berada disana. Saat aku membuka pintu, Avery duduk berlutut, rambut hampir menutupi keseluruhan tubuh atasnya. Kaus putihnya sedikit terangkat, memberikanku pemandangan indah akan bokong kecil imutnya. Ia lalu kembali muntah. Aku berjalan ke arahnya dan menyatukan rambutnya agar ia tak terhalang, membantunya. Terasa nyaman.

Avery.

Aku mendengar seseorang membuka pintu tapi kepalaku terasa sangat berat untuk melihatnya. Aku merasakan seseorang duduk disampingku. Aku merasa burun dan tangan besar mengumpulkan seluruh rambutku lalu mengikatnya. Aku mendongak dan melihat Harry hanya memakai boxer, itu membuatku merona melihatnya dalam pakaian minim. Tapi aku segera berpaling selagi perutku kembali mengosongkan seluruh isinya.

"Ayolah, keluarkan saja semuanya" aku mendengar suara pagi Harry yang seksi. Bahkan lebih gelap dan serak dari biasanya. Tangan lainnya mengusap lingkaran di punggungku dan terasa sangat nyaman merasakan tangannya di punggungku. Aku merasa mengerikan pada saat itu. Aku tak tahu mengapa aku minum sangat banyak juga mengapa aku berakhir disini, di kamar-mandi Harry. Perutku memutuskan untuk sejenak berhenti dalam proses mengosongkan isinya aku duduk di belakang melihat Harry.

"Bagaimana perasaanmu?" tanyanya dan melihatku.

"Mengerikan, aku tak percaya aku akan membiarkan ini terjadi, terlebih setelah kejadian terakhir" aku mengangkat bahu dan melihatnya. Aku tak dapat mengalihkan mataku dari tubuh luar-biasanya. Setiap ototnya sangat kencang, kulitnya terlihat luar-biasa dan tatonya kebanyakan mengisi bagian tubuh atasnya. Terjadi keheningan selama beberapa saat, ia lalu memecahkannya.

"Aku minta maaf"

~~~~~~~~~~~~~~~~~~


The Senior (Indonesian Translation)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang