Sera memandangi Rian yang berada di depan salah satu loker berjarak dua meter darinya tanpa bergerak, mengerjapkan matanya berkali-kali.
Hantu?
Sera merasakan detak jantungnya melambat, tangannya terasa dingin di atas gagang pintu lokernya. Ini pasti hukuman dari Tuhan. Karena ia tidak pernah membalas sapaan dan senyuman Rian di koridor, ia jadi digentayangi hantu cowok itu?
Sera beralih ke pintu metalik kecil di depannya yang memantulkan bayangannya samar. Rambutnya hari ini tampak lebih rapi dari biasanya, tapi itu benar wajahnya. Sera mengeratkan genggamannya pada pintu loker, melirik lagi untuk memastikan.
Bruk
Seseorang menabrak bahunya. Sera tersentak, menoleh.
"Banu," Sera mengeluarkan napas yang tidak ia sadari ia tahan. Banu mengernyitkan kening ke arahnya, "Jangan bengong di tengah jalan. Banyak yang mau lewat."
Sera tersadar, otomatis mendelikkan matanya pada Banu, "Gue nggak bengong. Lo yang nabrak gue."
"Terserah," Banu membalas datar, membuat Sera memutar bola mata. Cowok itu kemudian melengos pergi meninggalkan Sera yang memelototi punggung cowok itu.
Banu Fajar. Kapten tim futsal dan wakil ketua OSIS SMA Nusa Harapan yang kebetulan juga mantan temannya di sekolah dasar dan menengah. Semenjak masuk SMA mereka tidak berteman lagi karena cowok itu berubah menjadi lebih menyebalkan sepuluh kali lipat.
Sera menghela napas, membuka pintu lokernya.
"Hai, Serena."
Sera membeku, tangannya yang berada di atas kunci lokernya terhenti.
Sera mendongak perlahan, mendapati Rian Aditya sedang tersenyum padanya, kulit cowok itu semerah dan secoklat kulit manusia pada umumnya. Sera merasakan teriakan di ujung tenggorokannya.
Rian, yang baru saja akan melangkah pergi seperti biasanya berhenti begitu melihat ekspresi di wajahnya. Cowok itu memasang wajah bingung. Sera mengerjapkan matanya berkali-kali.
"Rian, ayo."
Suara Banu menyadarkan Sera dari syok-nya. Banu melirik Sera.
"Kenapa lo kayak ngeliat setan gitu?" Banu berkata blak-blakkan, mengernyit. "Ayo, Yan, dah ditungguin," kemudian cowok itu menarik lengan Rian untuk terus berjalan.
Setelah mereka pergi, Sera masih terpaku di tempat, bertanya-tanya apakah ia masih terlelap di atas ranjangnya.
***
Ya ampun.
Sera memandangi kertas berisi soal ulangan kimia yang baru saja dibagikan, tangannya gemetar. Cewek itu membulatkan mata, mulutnya menganga.
Ia sudah mengerjakan soal ini.
Mata Sera bergerak menelusuri kata demi kata, rasa bingung dan takut menyelimuti hatinya. Ia merasakan jemari bergetar begitu meraih ponsel dan melihat hari dan tanggal yang tertera di layar. Selasa, sembilan April. Ia membacanya berkali-kali. Jantungnya berdebar kencang.
Ia berada di...tiga bulan yang lalu?
Tidak mungkin. Apa ia melupakan tanggal? Apa ia sedang bermimpi?
Sera menatap kertas ulangannya lagi, kemudian ke Alina yang duduk di sebelahnya. Seperti tidak ada perubahan. Suasana yang sama seperti biasanya. Hanya lebih familiar...
Rian. Sera melebarkan mata. Cowok itu belum memakai kursi roda.
Rian adalah atlet renang internasional, salah satu prestasi yang dibangga-banggakan SMA Nusa Harapan. Peraih belasan medali emas tingkat Asia Tenggara, bahkan sampai Asia Pasifik. Mungkin ketika Rian mengalami kecelakaan yang merenggut kedua kakinya, cowok itu merasa sangat kehilangan. Orang-orang bilang kecelakaan itu merupakan hal paling mengenaskan yang pernah dialami Rian. Titik balik dari kehidupannya yang nyaris sempurna.
Sera tidak mempercayai semua ini. Ia berada di masa lalu. Ia tahu semua yang akan terjadi di masa mendatang. Dan ulangan kimia ini—ia tahu ia tidak akan mendapat nilai bagus. Setidaknya waktu itu. Ia bisa mengubahnya--ia sudah pernah mengecek lembar jawaban kimia-nya yang telah dinilai dengan milik Alina yang memang peringkat satu di kelas.
Sera merasakan sekumpulan perasaan menyelimuti hatinya. Wajah sepucat kertas dan sebeku es kembali terbayang di benaknya.
Ia tidak peduli bagaimana caranya ia berada di masa lalu, tapi ia akan menyelamatkan Rian Aditya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Lonely Water
Genç KurguPada pukul 10.00 pagi, Rian Aditya ditemukan mengambang di kolam renang sekolah, tidak bernyawa. Pada pukul 12.00 siang, Serena Kalista mendapati dirinya berada di kehidupan tiga bulan sebelumnya. Copyright 2018 © All Rights Reserved.