Aku masih teringat tentang kejadian kemarin sore.
"Huhh dasar anak bandel maunya apa sih, apa mau aku bilangin ke Ayah biar kamu di marahin Ayah?" Aku kesal tapi aku tidak berani bilang ke Ayah karena aku tau Ayahku adalah seorang yang tempramental dan over protective, iya aku biarkan saja nanti juga capek sendiri.Hari ini adalah Hari Rabu. Aku dan ayahku pergi ke sebuah SMP yang nantinya akan menjadi tempat aku melanjutkan pendidikanku.
Sekolah itu tidak jauh dari rumahku, bisa ditempuh hanya dengan satu kali naik angkot.
Aku dan Ayahku memasuki ruang Pendaftaran Siswa Baru dan mendaftarkan dirilu disana. Setelah selesai mendaftar, ayahku berbicara dengan Kepala Sekolah dan aku disuruh menunggu diatas sepeda motor.
Aku pun berjalan ke arah tempat parkir. Dan terkejutnya aku saat melihat anak bandel itu yang ternyata adalah salah satu siswa disitu. Dan nampaknya dia juga terkejut melihatku, dia langsung berdiri dari atas sepeda motor dan terus memandangiku. Aku tidak bisa berbicara apa pun disitu karena tidak satu pun dari mereka yang ku kenal.
"Woy tengok lah cantik kan" kata anak bandel itu kepada teman-temannya. "Cewek ku itu" lanjutnya.
Hahh..! Aku terkejut mendengar perkataannya, masih SMP juga..! Teman-temannya serentak melihat ke arahku sambil bersorak "Cieeeee..!" Aku hanya diam saat aku merasa terpojokkan disitu. "Duhh ayah lama banget sihh" aku berbicara kepada diriku sendiri.
Ku lihat mereka masih saja membicarakan ku dan anak bandel itu yang sesekali tersenyum ke arahku.
Di lapangan aku melihat seseorang yang ku kenal sedang berjalan menghampiriku. Iya itu adalah tetanggaku, ehh tidak tetangga sihh karena rumahnya juga cukup jauh dari rumahku.
Namanya Syafi'i umurnya 2 tahun diatasku dan aku mengenalnya sejak kami ngaji bersama di Mesjid ramadhan lalu.
"Loh disini dek?" sapanya
"Ehh iya bang, daftar"
"Iya? Baguslah bisa pulang bareng"
"Hehe iya bang"Kumpulan anak-anak bandel itu melihat ke arah kami seperti tidak percaya bahwa kami saling kenal. Aku merasa aman saat Bang Pai (begitu aku memanggilnya) datang. Aku hanya berbicara dengannya saja.
Tidak lama kemudian Ayahku datang menghampiri kami. Bang Pai menyalami tangan Ayahku lalu kami beranjak untuk pulang.
Kalian tau apa yang terjadi dengan anak bandel itu? Yaaa dia hanya diam dan wajahnya berubah seperti kesal melihatku.
Dia masih saja melihatku sampai aku dan Ayah keluar dari kawasan sekolah itu.
Sebenarnya aku tidak ingin membuat orang lain kesal kepadaku, tapi sikapnya yang jahil itu membuatku ingin menjambak rambutnya dan mandorongnya ke selokan..!
Di sepanjang jalan aku berbicara kepada diriku sendiri, "Dia anak bandel yang selalu menggangguku, yang menyiramku dengan air, yang seenaknya menarik ikatan rambutku..! Aku akan satu sekolah dengan dia? Apa jadinya aku jika aku bertemu dia setiap hari? Aduhhhh bakal di bully setiap hari nihhh" pikiranku melayang kemana-mana.
"Udah lahh kan ada Bang Pai, dia pasti bantuin aku kalo anak bandel itu mengganggu" aku menenangkan pikiranku.
Aku dan Ayah sampai di rumah dan aku masuk ke kamarku untuk mengganti baju dan selanjutnya aku tertidur, hehe..
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjalanan Hati
Non-Fiction"Perjalanan Hati" adalah sebuah kisah nyata yang terjadi dalam kehidupan seorang remaja yang mulai merasakan apa itu cinta. Cerita ini ditulis berdasarkan fakta yang benar-benar terjadi, hanya saja sedikit disamarkan pada bagian Nama Tokoh dan Tempa...