Usahaku menjauhi Agil ternyata sia-sia. Bahkan Siska yang dulunya sangat menyukai Agil, sekarang justru mendukung Agil untuk mendekatiku.
Aku bingung dengan sikap Siska yang seakan merelakan aku jatuh kedalam hatinya Agil. Dan aku semakin bingung karena ternyata Agil adalah saudara sepupu Firza tetangga baruku.
Firza adalah siswa kelas 10 SMA Penerbangan Medan. Dan dia penah mengungkapkan perasaannya kepadaku tapi aku menolaknya dengan alasanku yaitu mau fokus ujian.
Memang aku tidak terlalu dekat dengan Firza karena memang aku tidak menyukainya.
Firza memang tampan, dengan postur badan yang tinggi layaknya seorang atlet. Aku tidak tau mengapa aku sama sekali tidak tertarik dengannya. Yaa maaf ya Firza..
Kembali ke Agil. Semakin hari sikap Agil semakin berlebihan kepadaku. Agil selalu memintaku untuk pulang bersamanya, dan selalu mengikutiku kemana aku pergi. Bahkan Agil pernah mengikatkan tali sepatuku loh..
Aku kira itu terlalu berlebihan. Agil, Reyhan, Ahmad, dan Farhan mereka memiliki hobi yang sama yaitu balapan.
Pernah satu hari aku diantar pulang oleh Agil, tidak hanya Agil tapi ada kira-kira ada 9 teman lain yang ikut mengantarku pulang ke rumah. Anehnya mereka tidak langsung membawaku pulang. Ternyata mereka ingin balapan terlebih dahulu.
Dan kalian tau? Aku berada diatas sepeda motor saat Agil melakukan freestyle diatas motornya.
Dia mengangkat-angkat motornya dengan kecepatan motor yang sangat kencang.
Saat itu aku merasakan bahwa ajalku sudah didepan mata. Aku sangat takut, aku berteriak tapi Agil menghiraukannya. Reyhan pun menghiraukan teriakanku bahkan Reyhan menyuruh Agil untuk lebih cepat lagi.
Saat itu rasanya aku ingin memukul wajah mereka dengan besi panas.
Aku memeluk Agil dengan sangat kuat karena aku takut jatuh ke belakang dan akhirnya yaaa pasti aku mati.
Reyhan dan teman-teman yang lainnya seperti bahagia melihat aku yang tersiksa.
Karena aku merasa mereka sudah melewati batas, aku menangis sekuat-kuatnya yang membuat mereka berhenti melakukan hal menakutkan itu.
Begitu juga Agil yang nampaknya takut melihat keadaanku saat itu. Agil berbalik dan memelukku sambil berkata,
"Anies..Aniess.. Maafin Agil ya Anies.. Jangan nangis ya sayang.. Agil sayang Anies.. Agil ga akan buat Anies celaka kok.. Jangan nangis ya Anies.. Plisss.."
Mendengar ucapannya itu seketika aku terkejut tapi aku diam saja dan menangis semakin menjadi-jadi.
Agil dan teman-temannya mulai panik. Mereka membawaku ke pinggir jalan dibawah pohon.
Aku duduk disana masih sambil menangis. Reyhan panik bukan main..! Dia berusaha menenangkanku dengan memegang tanganku.
Mereka semua yang ada disitu memandangku dengan wajah kecewa. Begitu juga Agil, dia nampak sangat menyesali kejadian tadi.
Setelah semuanya tenang dan aku sudah tidak menangis, mereka pun mengantarkanku pulang.
Di sepanjang jalan Agil berkata "Anies jangan marah ya sama Agil.. Agil gak maksud bikin Anies nangis kok.. Maafin Agil ya Nies.. Agil nyesal.. Agil janji gak gitu lagi.." aku tidak menanggapi omongan Agil.
Setelah sampai di rumahku, aku langsung turun tanpa memandang ke arah mereka.
Dengan raut wajah yang menyesal dan malu mereka pergi meninggalkan rumahku.
Aku pun masuk ke dalam rumah, aku langsung tiduran di kamarku sambil membayangkan apa yang terjadi padaku hari itu.
Saat aku memejamkan mataku, tiba-tiba terlintas di pikiranku apa yang diucapkan Agil kepadaku tadi..
"Aniess.. Agil sayang Aniess..."
Sejenak aku bertanya pada diriku sendiri, "Hah? Dia bilang apa tadi? Sayang? Becanda kali yaa.. Agil aja kok ahhh"
Iya hari itu adalah hari yang penuh dengan ketakutan bagiku..
Takut mati karena aku dilibatkan dalam balap liar Agil dan teman-temannya. Dan..
Takut salah mangartikan perkataan yang diucapkan Agil tadi..Huhhhhhhh Agil..
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjalanan Hati
Nonfiksi"Perjalanan Hati" adalah sebuah kisah nyata yang terjadi dalam kehidupan seorang remaja yang mulai merasakan apa itu cinta. Cerita ini ditulis berdasarkan fakta yang benar-benar terjadi, hanya saja sedikit disamarkan pada bagian Nama Tokoh dan Tempa...