"Mantan memang masa laluku, tapi aku masih ingin bersamanya dimasa depan"
Keesokan harinya Nata berangkat ke sekolah dengan penuh kecemasan. Ia takut dengan ucapan Defran kemarin. Entah ucapan Defran kemarin itu serius atau tidak, Nata tak tahu. Yang terpenting, Nata gugup saat ini. Nata memasuki sekolah dengan langkah berhati-hati, berharap Defran tak melihatnya. Ikat rambutnya dibuka dan diuraikan menutup kedua sisi pipi dan kanannya,entah apa tujuan Nata. Mungkin, itu salah satu cara agar ia tidak ketahuan oleh Defran.
"Pagi sayang"
Nata tersentak, Defran muncul dengan tiba-tiba didepannya. Nata kembali sadar dan sebisa mungkin bersifat acuh tak acuh pada Pria didepannya ini. Nata berlalu begitu saja.
"Eeh.. kemana?"
"Bukan urusan lo!" ketus Nata.
Defran tersenyum. Defran mengikuti Nata tanpa sepengetahuan Nata. Nata berjalan sangat cepat dari biasanya. Tetapi Defran, berjalan santai. Toh, ujung-ujungnya bakalan sampai juga?
"Eh kucrut, ngapain lo dikelas gue pagi-pagi gini?kangen lo yak sama gue?" tanya Gilang penasaran.
"Liatin Nata lah. Nata baik-baik aja kok Def, tenang-tenang hari ini si Alya gak masuk. Jadi, gue bakalan duduk lagi disamping dia." Mendengar suara Albi, Nata mendengus kesal.
'Sial' batin Nata.
"Eh Dani akhir-akhir ini berubah loh Def. Dia udah jarang main lagi sama kita. Gue rasa kita harus bicara sama dia deh." Timpal Albi lagi.
"Iya bener. Si Dani lebih suka sendiri. Gak pernah bolos pelajaran pak Mamat lagi. Kalau malem, gue ajakin keluar. Alesannya 'gue dimarahin nyokap' perasaan nih ya, Nyokapnya baik gila deh. Gak ada galak-galaknya tuh." Ucap Gilang. Nata yang pendengarannya masih sangat stabil mendengar kata demi kata yang dilontarkan oleh Gilang. Nata hanya menautkan alis.
'Dani, berubah?karena apa?apa karena gue?' batin Nata.
"Gue yakin ada alasan lain sih. Gue bakal coba bicara sama dia. Dan gue bakal cari tau, siapa yang udah buat dia berubah." Tegas Defran membuat Nata tertegun sesaat namun secepat kilat Nata kembali ke posisi awal.
"Kayaknya sih, mantannya dia. Soalnya dari kemarin dia baca artikel mantan mulu. Herman gue." ucap Gilang.
"Serius lu?apa mantannya yang dipulau sebelum dia kesini yak?" Mendengar ucapan Albi, dengan refleks Nata menghentakkan pulpen yang ia pegang membuat Defran,Albi dan Gilang berbalik kepadanya.
"So--rry. Gue gak maksud" kata Nata seraya kembali menulis dan menetralkan pikirannya kembali.
"Mantannya dia?Dipulau?Emang ada?" tanya Defran.
"Ada. Dia pernah cerita sama gue, Dia sayang banget sama tuh cewek. Katanya dia ninggalin tuh cewek tanpa alasan. Dani nyesel parah men, dia curhat maraton sama gue pernah" Nata hanya bisa diam seribu bahasa. Ia tak tahu kalau Dani pernah menceritakan dirinya ke teman-temannya. Nata harus bertemu Dani. Harus.
"Udah-udah. Kita bicarain ini nanti aja. Simpen semua yang lo inget Al. Pulang sekolah kita kumpul di rumah gue. Kebetulan gue bawa mobil." ucap Defran lalu berlalu begitu saja. Namun, semenit kemudian ia datang lagi. Tetapi, bukan mengarah ke teman-temannya melainkan ke Nata.
"Gue sampe lupa pamitan sama lo. Gue ke kelas duluan ya. Istirahat gue jemput. Si temen bangku lo, lagi gak ada. Lo pasti takut ke kantin sendirian."
"Gak usah! Makasih! Gue lebih baik gak makan dari pada harus makan sama lo!" ketus Nata.
"Judes banget gile. Kemarin aja gue disayang-sayang" Cengir Defran membuat Nata melototkan kedua matanya.
"Hah?Kapan?" tanya Nata.
"Di mimpi gue!"
***
Bel istirahat sudah berbunyi sejak beberapa menit yang lalu, Nata telah merapikan beberapa buku-bukunya dan bersiap meninggalkan kelas karena rasa lapar yang tak dapat ditunda. Nata melihat sekilas ke arah bangku Dani, Ya dia masih disana dengan ponsel yang ia genggam. Apakah Dani masih membaca artikel tentang 'mantan'?
Nata memberanikan diri untuk berbicara ke Dani. Hanya untuk mengajaknya ke cafe diseberang sana. Dengan dalih, menanyakan sesuatu yang penting. Beberapa kali Nata terlihat menelan salivanya.
"Gue pengen bicara. Penting. Tapi gak disekolah, di caffe depan toko buku. Gue tunggu pulang sekolah." kata Nata lalu berlalu meninggalkan kelas tanpa menunggu jawaban Dani. Dani meletakkan ponselnya dan ingin mengejar Nata namun terhenti. Entah apa alasannya, yang pasti Dani terlihat sangat gusar dan frustasi.
"Gue baru aja mau jemput lo"
"Makasih"
"Untuk?"
"Karena lo gak jemput gue dikelas" Defran tersenyum kecut. Gadis didepannya ini sangat beku dan berpendirian kokoh. Tapi, Defran tak menyerah begitu saja. Ia yakin, bahkan sangat yakin ia pasti akan mendapatkan hati Nata sepenuhnya. Biar waktu yang menjawab takdir.
"Defran. Mami lo nelfon gue, katanya dia kangen sama gue. Sama lo juga sih" ucap Seorang gadis berambut blonde dengan bentuk tubuh yang aduhai.
"Apasih. Kenapa nyokap gue nelfon lo coba." kesal Defran seraya merampas paksa ponsel milik gadis itu dan menjauh sedikit.
"Hai, Matahari. Nama lo matahari kan?" tanya Gadis itu.
"Nama gue Nata, bukan matahari." ketus Nata.
"Ups. Sorry, Gue gak tau. Kenalin, gue Adel. Gue gak bisa jelasin gue apanya Defran. Tapi nyokapnya Defran deket banget sama gue. Udah nganggep gue layakna MANTUnya dia. Hahaha, pasti lo nanya. Kok gue baru muncul?Hm hm Gue baru aja dateng dari Bali liburan sama keluarga besarnya Defran dibali." ucap panjang kali lebar Adel.
"Gak nanya"
"Songong ya lo?! Bocah baru jugak!" pekik Adel seraya mengambil gelas jus dan byurrr. Adel menyiram wajah Nata hinggah mengenai seragam Nata. Nata syok. Ia mengambil gelas jus yang berada disebelah mejanya, tetapi tangan Defran lebih cepat menahannya.
"Ta. Udah. Adel semakin lo giniin, semakin nekat dia nantinya sama lo." kata menenangkan keluar dari bibir Defran.
"Gue gak salah! Dia kok yang ngomong panjang kali lebar ke gue. Ya gue bilang aja 'gak nanya' emang salah?" Nata hampir menangis. Segera mungkin tangan Defran bertindak meraih tengkuk leher Nata dan mendorongnya ke dada bidang Defran.
"Lo gak salah. Yang salah emang dia, tapi semakin lo balas perbuatan Adel ke lo, dia semakin ganas untuk ngincer dan ngusik hidup lo"
"Lo tenang aja, gue bakal urus Adel. Sekarang lo bersihin baju lo ditoilet, gue bakal nyuruh cewek untuk nganter seragam buat lo." Mendengar ucapan Defran membuat Nata tertegun sesaat, Bagaimana bisa Nata senyaman ini berada didekat Defran?detik berikutnya Nata sadar dan berdiri tegak untuk berjalan ke arah toilet dengan sendiri.
"Gila tuh si Adel, berani banget nyiram lo didepan umum." Ucap seorang perempuan yang ternyata teman kelas Nata.
"Gue juga gak ngerti."
"Lo sih, pake judes segala ngobrol sama dia."
"Yang mau diajak ngobrol siapa sih?"
"Tuh seragam lo."
"Dari Defran?"
"Iya, gue disuruh kesini."
"Punya siapa?"
"Gak tahu. Gue liat tadi dia ngambil ini, dalam loker gitu sih. Gak tau punya siapa."
"Loker?bukan loker dia?"
"Bukan. Lokernya Defran mah penuh stiker lope-lope dari adik kelas."
"Baju siapa dong?"
IM SORRY FOR THE LATE UPDATE😳
VOMENT🔥

KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Yang Terluka
Teen FictionMengisahkan tentang seorang Lelaki yang menyukai senja. Menurutnya, Senja adalah nikmat tuhan yang paling indah. Senja membuat semua orang tenang dan damai seketika. Walaupun hanya sebentar, justru disitulah keindahannya. Jika senja, Lelaki itu past...