Aku dan Azli semakin dekat, bahkan sangat dekat sekali setelah hari ulang tahunku kemarin.
Azli selalu bersikap manja kepadaku. Di akhir-akhir sebelum UN SMP, aku dan Azli selalu bersama. Aku ikuti apa pun yang Azli mau karena aku tau setelah ini aku tidak akan bertemu Azli lagi.
Seminggu sebelum UN dimulai, Azli menghubungiku. Dia meminta maaf dengan kata-kata yang menunjukkan penyesalan. Aku tidak mau membuat diriku dan dirinya sedih.
Aku berusaha membuat diriku kuat karena aku tau bahwa aku pasti akan sangat sedih jika Azli tidak lagi bersekolah disini. Karena pasti tidak akan ada lagi yang datang membawa gitar bernyanyi di depan kelasku, tidak akan ada lagi yang memarahiku ketika aku ingin memakan saos..
Uhhhh..
Aku sangat sayang Azli. Aku pikir Azli juga tau bagaimana sayangnya aku ke dia.Tapi mungkin Azli tidak mau membahas hal itu, karena Azli pernah bilang "Aku gak mau pacaran samamu karena nanti kalo putus itu bakal musuhan.. Kau itu adekku.. Aku sayang samamu.. Aku gak mau nyakitin kau lagi.. Kau berhak bahagia tapi gak samaku karena aku gak bisa buatmu bahagia.." itulah kata-kata Azli yang masih melekat dipikiranku sampai saat ini.
Aku tau Azli berkata seperti itu untuk kebaikanku, tapi dia tidak tau bahwa dengan dia berkata seperti itu secara tidak langsung dia juga sudah menyakiti perasaanku.
Dia tau aku mencintainya melebihi cinta saudara. Tapi kenapa dia tidak membalas cintaku itu? Hmm sungguh hal yang belum pantas dialami anak seusiaku yang saat itu masih berumur 14 tahun.
Setiap hari aku selalu berdoa untuk kebaikan Azli. Hingga datanglah hari yang tidak pernah ku harapkan kedatangannya.
Iyaa hari perpisahan kelas 9..Di sekolahku acara perpisahan diisi dengan kegiatan pentas seni, dimana setiap kelas memiliki utusan untuk mengisi acara dalam kegiatan itu.
Aku dipilih menjadi salah satu pengisi acara. Saat itu aku hanya bisa bernyanyi. Aku mambawakan lagu Kenangan Terindah yang dipopulerkan oleh Band Samsons saat itu. Lagu itu sengaja aku nyanyikan karena Azli yang memintanya.
Tiba giliranku mengisi acara, Azli duduk dikursi yang berada tepat didepan pentas dimana aku akan bernyanyi. Pandangannya lurus ke arahku.
Saat aku mulai bernyanyi, saat itu juga air mataku mulai jatuh perlahan. Azli memandangku dengan senyuman manisnya, aku tidak ingin berlama memandang wajahnya karena aku tidak ingin menangis disaat seperti ini.
Setelah acara selesai, aku dan Azli duduk di pelataran kelasku. Disitu hanya ada aku, Azli dan Rudi teman Azli. Azli tidak banyak berbicara, dia hanya memandang wajahku yang sengaja aku tundukkan. Azli merangkulku dan menempatkan kepalaku keatas bahunya. Aku bersikap biasa saja.
Sebenarnya aku juga sedikit takut karena yang aku dengar dari yang lainnya bahwa Azli itu anak liar dan agresif.
Tapi tidak..! Bahkan Azli tidak pernah menyentuhku secara berlebihan. Dia hanya berani memegang tangan dan merangkul bahuku sesekali menyubit pipiku. "Takut khilaf belum siap tanggung jawab" katanya.
Kami tidak lama berada disitu, Azli hanya meminta doa agar dia mendapat nilai ujian yang bagus dan bisa masuk ke SMA favoritnya.
Aku hanya bisa diam mendengarkan Azli berbicara yang kemudian dilanjutkannya bernyanyi dengan gitar kesayangannya.
Setelah kami rasa cukup, kami pun segera pulang ke rumah masing-masing. Aku dan Azli menaiki angkot yang sama, didalam angkot Azli tidak lepas memegangi tanganku.
Aku sempat merasa aneh dengan sikap Azli saat ini. "Huhh mungkin karena udah mah pisah" pikirku..
Setelah hari perpisahan itu, aku pun disibukkan dengan beberapa perlombaan dan ujian.
Azli masih mengirimiku pesan setiap hari. Aku senang karena dia masih perhatian walaupun sudah tidak sesering yang dulu.
Aku mendengar Azli lulus dengan nilai yang bagus dan berhasil melanjutkan pendidikan di sekolah yang dia impikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjalanan Hati
Non-Fiction"Perjalanan Hati" adalah sebuah kisah nyata yang terjadi dalam kehidupan seorang remaja yang mulai merasakan apa itu cinta. Cerita ini ditulis berdasarkan fakta yang benar-benar terjadi, hanya saja sedikit disamarkan pada bagian Nama Tokoh dan Tempa...