“sebenarnya, kami ingin menjodohkanmu dengan anak teman kami. Ia sangat sopan, baik, dan tampan” jelas appa.
“mworago?” aku terkejut mendengar kata-kata appa barusan.
Yang benar saja? dizaman modern seperti ini masih ada juga yang namanya perjodohan?
“kami harap kau tidak keberatan, Seohyun-ah” celetuk eomma.
“aku keberatan! aku sudah punya namjachingu, jadi untuk apa aku dijodohkan? lagipula, kenapa kalian memberitahu tiba-tiba seperti ini? apa aku mengenal namja yang akan dijodohkan denganku? apakah jika aku menerima perjodohan ini, aku akan langsung menikah dengan namja itu? aku sudah cukup besar untuk tahu kalau pernikahan bukanlah permainan!” protesku bertubi-tubi.
Appa terlihat pasrah, sedangkan eomma terlihat sedih. Mata eomma berkaca-kaca.
“kami sebenarnya tidak mau menjodohkanmu, Hyun-ah. Tapi, ini situasi mendesak. Uang yang kami miliki tidak cukup untuk biaya pengobatan Jisoo. Padahal, penyakit Jisoo sudah sangat parah. Jika tidak mendapatkan perawatan yang baik, nyawanya bisa terancam. Jisoo hanya berpura-pura terlihat biasa saja diluar, tapi didalam ia sangat kesakitan. Kebetulan, tadi pagi kami bertemu dengan teman lama kami. Sebelum kau lahir bahkan sebelum kami resmi menikah, kami pernah membuat janji untuk menjodohkan anak kami kelak. Mereka bilang anak laki-laki mereka sudah besar dan sudah bekerja sebagai direktur diperusahaan keluarga mereka. Mereka kaya. Jika kau menikah dengannya, maka kehidupanmu akan terjamin dan kita tidak perlu pusing dengan biaya pengobatan Jisoo lagi” jelas eomma panjang lebar.
Aku mendengus kesal “JADI, INI SEMUA HANYA DEMI JISOO? KALIAN TEGA MENGORBANKANKU UNTUK BIAYA PENGOBATAN JISOO? SEBENARNYA, KALIAN HANYA SAYANG DENGAN JISOO AKAN? DARI DULU, SEBENARNYA AKU SUDAH SADAR KALAU KALIAN HANYA SAYANG DENGAN JISOO!” bentakku. Aku tidak peduli dengan tatapan aneh pengunjung rumah makan ini padaku.
Orangtuaku terkejut. Sebelum mereka sempat mengeluarkan suara lagi, aku langsung pergi dari rumah makan ini.
Aku tidak kembali kerumah sakit lagi. Aku lebih memilih untuk pulang saja kerumah. Aku yakin kedua orangtuaku tidak akan pulang kerumah. Mereka kan hanya sayang dengan Jisoo. Ya, HANYA Jisoo. Mereka selalu mementingkan Jisoo dibandingkan aku. Bahkan, sekarang mereka sudah mau mengorbankanku hanya demi Jisoo.
Arrrghhh… tiba-tiba aku jadi sangat membenci Jisoo. Jika tidak ada Jisoo, sudah pasti eomma dan appa akan sangat menyayangiku.
***
Kyuhyun POV
Siang ini appa mengajakku untuk makan siang diruangan kerjanya. Tumben sekali. Biasanya, appa jarang mau makan siang bersamaku jika masih dalam perusahaan. Apalagi, jika makan siangnya didalam ruangan kerjanya. Aneh sekali.
Saat aku masuk kedalam ruangan kerja appa, sudah ada eomma dan Ahra noona disana.
“kenapa kalian ada disini?” tanyaku dalam bahasa informal pada eomma dan Ahra noona.
“memangnya tidak boleh mengunjungi ruangan kerja appa disaat makan siang sekalipun?” protes Ahra noona.
Aku hanya diam. Malas sekali jika ada Ahra noona. Ia cerewet melebihi eomma. Wajar saja jika sampai sekarang dia belum punya namjachingu.
Kami pun makan siang bersama dalam keheningan. Aku pun memutuskan untuk membuka obrolan “siapa yang memasak semua makanan ini?” tanyaku.
“noona-mu” jawab eomma.
“wae, Kyunie? apakah rasanya enak?” kata Ahra noona bangga.
Tadinya, aku ingin bilang bahwa makanan ini benar-benar enak. Kupikir eomma yang memasak, tapi ternyata Ahra noona yang memasak.
“aniyo! kau pasti membelinya direstoran kan?” sergahku.
Ahra noona tersenyum “pasti karena rasanya sangat enak jadi kau bilang aku membelinya dari restoran, benar kan?”
“justru karena rasanya tidak enak jadi aku mengira kau membelinya direstoran. Bukannya masakanmu selalu enak?” cibirku.
Ahra noona terlihat kesal. Lalu, ia mengambil piring makan siangku “yaaak!” protesku.
“jika kau rasa makanan ini tidak enak, kenapa kau memakannya? kau sampai menambah jajangmyeon dua piring pula!”
“i-itu… karena aku sedang sangat lapar. Kembalikan piringku! aku belum selesai menghabiskannya!” seruku. Tapi, Ahra noona tak kunjung mengembalikan piringnya.
Tiba-tiba eomma menceletuk “hentikan! kalian ini sudah dewasa tapi masih juga bertingkah seperti anak kecil!”
Aku dan Ahra noona terdiam. Ahra noona langsung mengembalikan piringku yang tadi diambilnya.
“Kyunie, apa kau sudah punya yeojachingu?” tanya appa tiba-tiba.
“appa, bukankah seminggu yang lalu aku baru saja mengenalkan yeojachinguku pada appa?” kataku bingung.
“memangnya, siapa namanya?” tanya appa lagi.
“Seohyun. Dia yang memasakkan kimbab untuk appa kemarin malam”
“kimbabnya tidak enak!” kata appa. Aku tertegun “lebih baik, kau putuskan saja dia!” lanjut appa.
Aku masih sangat sulit mencerna perkataan appa barusan. Setelah hampir setengah menit, aku pun protes “wae? apa karena kimbabnya tidak enak? atau karena appa sedang tidak suka makan kimbab? kalau begitu, aku minta dia masakkan jajangmyeon saja untuk nanti malam” bujukku sebisa mungkin.
“appa ingin menjodohkanmu dengan anak teman appa” terang appa.
“SHIREO! aku sangat mencintai Seohyun. Jika appa memintaku untuk mencintai yeoja lain, aku akan bunuh diri saja. Aku tidak main-main dengan perkataanku!” tegasku seraya berdiri dari tempat dudukku.
“Kyunie, ini demi kebaikanmu!” potong eomma. Sementara, Ahra noona hanya diam membisu.
“kebaikan apanya? apa ini demi kepentingan perusahaan lagi?” dengusku kesal.
“ani! yeoja yang akan kami jodohkan denganmu tidaklah berasal dari golongan chaebol! dia yeoja yang baik dan sederhana. Kau akan mendapatkan banyak pelajaran jika menikah dengannya nanti” jelas eomma.
“AKU HANYA MAU MENIKAH DENGAN SEOHYUN!”
“Kyunie…” geram Ahra noona.
“kalau begitu, aku akan kawin lari saja dengan Yuri! jika tidak, mungkin aku akan bunuh diri” ucapku bersungguh-sungguh.
“jika kau melakukannya, kau tidak akan mendapat warisan apa-apa dariku! semua warisan akan kuberikan pada noonamu!” kata appa tak kalah bersungguh-sungguh.
“BERIKAN SAJA SEMUA WARISAN APPA PADANYA!” aku menunjuk Ahra noona “memangnya, appa pikir aku tidak akan bisa hidup tanpa warisan appa?”
Tiba-tiba appa memegangi dadanya. Aku bisa melihat appa kesulitan bernafas sehingga Ahra noona dan eomma langsung mendekati appa.
Sebelum appa tak sadarkan diri lagi, ia sempat menunjukku sambil berkata “kau…” tapi kata-katanya terputus karena setelahnya, ia langsung jatuh begitu saja.
Eomma langsung berteriak dan memanggil karyawan diluar untuk membawa appa. Sedangkan aku hanya bisa terdiam ditempat
“Kyunie, apa susahnya hanya menerima perjodohan ini? kau akan bisa mencintai istrimu saat menikah nanti. Aku heran padamu. Kau bahkan lebih mementingkan yeoja yang baru kau kenal beberapa tahun ketimbang appa yang sudah merawat dan menyayangimu dengan tulus sejak kecil!” omel Ahra noona. Setelah mengatakannya, ia langsung menyusul yang lain untuk mengantar appa kerumah sakit.
Jika aku tahu makan siang kami akan berujung pada topik ini, aku memilih tidak akan pernah datang.
TBC
JANGAN LUPA VOTE, KOMEN DAN FOLLOW