Chapter 8

1.4K 86 5
                                    


Kyuhyun POV

Saat aku baru saja keluar dari kamar mandi, Seohyun berteriak sangat kencang “AAAAAAAA! KYUHYUN!!!!”

“YA! ada apa? apa ada pencuri?” tanyaku khawatir.

Tapi, Seohyun malah membalikkan badannya “ini gara-gara kau!” sahut Seohyun.

Aku menunjuk diriku sendiri, bingung “wae naega?” beberapa detik kemudian, aku baru sadar maksud Seohyun “ckckck, kau ini berlebihan sekali. Aku masih memakai handuk! apa perlu handuknya aku lepas?”

“neo yadong!!!!” Seohyun melemparku dengan kaos putih yang tergeletak diatas tempat tidur. Tentu saja itu tidak menyakitiku sama sekali. Setelah itu, Seohyun berlari keluar dari kamar.

“jangan berteriak terlalu kencang! bagaimana jika ada tetangga yang dengar?” seruku, tapi sepertinya Seohyun sama sekali tidak menghiraukanku.

Setelah aku siap dengan pakaian kantorku, aku menuju ruang tengah untuk memasang sepatu.

“Kyuhyun-ssi, apa kau tidak mau sarapan dulu?” tegur Seohyun.

“memangnya, kau memasak?” tanyaku ragu-ragu.

Seohyun menganggukkan kepalanya “ne, aku memasak cukup banyak” ia berbicara denganku seolah-olah kami berdua tidak pernah ‘berdebat kecil’ lima belas menit yang lalu. Aku memutuskan untuk melupakan perdebatan kecil kami tadi.

Dimeja makan, sudah tersedia beberapa jenis makanan. Aku tercengang karena menyadari semua jenis makanan yang disediakan Seohyun ada sayurannya. Aku benci sayuran dan kurasa eomma belum memberi tahu Seohyun tentang makanan kesukaanku dan makanan yang tidak aku sukai.

Mau tak mau aku memakan sayuran itu. Walaupun jumlahnya tidak terlalu banyak, tapi sayuran itu sukses membuat sarapanku terasa aneh. Sejujurnya, aku sudah kehilangan selera makan sejak suapan pertama tapi aku memaksakan diriku untuk menghabiskan sarapannya.

“apa kau sakit?”

Aku menoleh kearah sumber suara, nampak Seohyun sedang menatapku penuh cemas. Ck, apa wajahku terlihat pucat atau karena aku makan terlalu lambat?

“aniyo” jawabku, berusaha terdengar senormal mungkin.

Untungnya, Seohyun tak menanyakan hal-hal lain selama kami makan. Aku tak pernah menghabiskan makanan selama ini, tapi setidaknya makananku habis. Aku tidak suka menyia-nyiakan sesuatu.

Saat perjalanan ke kantor, perutku terasa tidak nyaman. Aku bersyukur karena aku masih bisa sampai ke kantor tepat waktu.

“sajangnim, ada orang yang menunggu dari tadi diruangan anda” kata salah seorang bawahanku dikantor, padahal baru beberapa langkah aku memasuki kantor.

“nuguseyo?” tanyaku tak bersemangat.

“hmmm, ia tidak mau namanya disebutkan” jawab bawahanku itu lagi.

“aigoo, klien macam apa yang namanya tidak mau disebutkan” rutukku pelan. Tampaknya, bawahanku itu tidak mendengar rutukanku. Baguslah. Seorang Cho Kyuhyun tidak boleh mengeluh didepan bawahannya.

Aku membuka kenop pintu ruanganku, lalu masuk kedalamnya setelah tak lupa menutup pintunya rapat-rapat terlebih dahulu. Sebenarnya, aku tidak suka jika ada orang yang sembarangan atau seenaknya masuk ke ruanganku.

“Yuri-ah?”

Sial! aku tak menyangka jika orang itu adalah Yuri. Seharusnya, aku sudah bisa menyangkanya dari awal karena orang yang menungguku itu tidak mau namanya disebutkan.

“oppa, apa kau tidak suka aku datang kesini?” Yuri mem-pout-kan mulutnya.

Aku menggaruk tengkukku yang sebenarnya tak gatal, bingung harus menjawab bagaimana. Dulu, aku akan selalu suka jika Yuri datang ke kantorku walaupun saat itu aku sedang sibuk karena Yuri selalu bisa membuatku kembali ceria dan bersemangat.

Marriage Contract ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang