Chapter 3

1.6K 93 1
                                    


Seohyun POV

Setelah itu, aku tidak kembali lagi ke rumah sakit. Jika aku kembali ke rumah sakit, aku malah menjadi bimbang dengan keputusan yang sudah aku buat. Ya, aku memutuskan untuk tidak menerima perjodohan konyol itu walaupun namja yang akan dijodohkan denganku sangat kaya dan tampan sekalipun.

Melihat wajah Jisoo yang sangat polos, aku pasti akan merasa bersalah dan akhirnya ragu dengan keputusanku. Biar sebanyak apapun aku meyakinkan diriku untuk membenci Jisoo karena dialah yang membuat aku kehilangan kasih sayang orangtua kami, aku tetaplah menyayangi dia. Aku tidak sanggup untuk membenci adikku sendiri.

Sekarang, aku sedang ada dihalte. Bus yang berangkat kearah rumahku masih belum datang. Sambil menunggu, aku memutuskan untuk memberitahu Jessica.

To: Jessica

Sica-ya, aku tidak kembali lagi ke rumah sakit. Jika kau ingin pulang, pulang saja. Orangtuaku mungkin akan kembali ke rumah sakit sebentar lagi.

Sebenarnya, aku sangat yakin orangtuaku kembali ke rumah sakit. Mereka kan sangat mempedulikan Jisoo.

Setelah aku melihat pemberitahuan bahwa pesanku kepada Jessica sudah terkirim, aku langsung menonaktifkan ponselku. Aku sedang tidak dalam perasaan yang baik untuk menerima pesan dan telepon dari siapapun. Setidaknya, hanya untuk saat ini.

Tak berapa lama, bus yang menuju kearah rumahku datang. Aku bergegas menaiki bus itu. Selama didalam bus, aku hanya menatap keluar jendela. Merenungi kehidupanku yang sangat malang ini.

Karena merenung terlalu lama, aku tidak sadar kalau halte yang berada didekat rumahku sudah terlewat. Alhasil, aku harus turun dihalte berikutnya dan berjalan kaki selama tiga puluh menit agar sampai ke rumahku. Huh, aku benar-benar malang sekali.

***

Aku membuka mataku perlahan. Diluar sana, hari sudah sangat terang dan orang-orang sudah mulai melakukan aktivitas mereka masing-masing. Tanpa aku sadari, aku tertidur sangat lama mulai dari pulang ke rumah kemarin sore sampai pagi ini. Mungkin waktu itu aku terlalu lelah berjalan kaki, pikiranku juga sangat lelah.

Setelah selesai mandi, berpakaian, dan menyiapkan buku-buku untuk pergi ke kampus, aku keluar dari kamarku dan berjalan menuju dapur untuk membuat sarapan pagi.

Sebenarnya, aku sedang tidak ingin makan. Tapi, jika mengikuti keinginanku itu, aku bisa saja sakit dan itu hanya akan merepotkan diriku sendiri.

"eomma, appa?" aku terkejut saat melihat eomma dan appa ada didapur dan juga sudah ada makanan disana. Tapi, perlahan-lahan ekspresi terkejutku berubah menjadi ekspresi kesal "harusnya kalian ada dirumah sakit untuk mengurusi anak kesayangan kalian itu" ucapku blak-blakan.

"Hyun-ah, biar bagaimanapun kami juga menyayangimu. Kami tidak pernah membedakanmu dengan Jisoo. Hanya saja, Jisoo memang lebih sering kami perhatikan karena kondisi kesehatannya. Kau sudah besar dan seharusnya kau mengerti dengan kondisi Jisoo!" bentak eomma.

"lalu, kenapa jika aku mengerti dengan kondisi Jisoo? kalian memaksaku untuk menikah dengan namja yang kalian jodohkan itu?" kataku sinis.

"kami tidak memaksamu. Semuanya tergantung padamu. Jika kau setuju, kami akan sangat senang. Kalaupun kau tidak setuju, kami tidak akan memarahimu dan akan baik-baik saja" jelas appa.

"ohhh.... jadi sekarang kalian berusaha memaksaku secara halus ya?" aku memalingkan wajahku dari mereka lalu segera meninggalkan dapur.

"YA! SEOHYUN! habiskan dulu sarapanmu! kau kan belum makan dari kemarin sore!!" teriak eomma dari dapur.

Aku tak menghiraukannya. Tidak ada gunanya aku sarapan karena selera makanku sudah benar-benar hilang saat ini. Ehhh... tunggu dulu! kenapa eomma bisa tahu kalau aku belum makan dari kemarin sore? apa ia menyusulku saat aku pulang ke rumah waktu itu? aish, molla.

Marriage Contract ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang