Kyuhyun POV
Braaaakkk
Seseorang melempar batu ke kepalaku. Rasanya memang tidak terlalu sakit, tapi aku merasa tersinggung dengan tindakannya. Tidakkah orang itu sadar dengan siapa dia berurusan? ya, dia berurusan dengan seorang Cho Kyuhyun yang merupakan pewaris tunggal Cho Company. Haish! kebanyakan orang zaman sekarang memang tidak tahu sopan santun!
Aku melihat sekeliling dan barulah aku sadar bahwa orang yang melemparku dengan batu adalah yeoja itu. Yeoja yang menabrakku saat aku mau masuk ke dalam BBQ Restaurant.
Aku mencoba mengejar yeoja itu, tapi tak berhasil. Bukan karena aku kalah cepat, melainkan karena aku langsung kembali lagi ke BBQ Restaurant. Seharusnya, aku sudah ada di BBQ Restaurant ini sejak 15 menit yang lalu. Aku terlambat karena ada beberapa urusan perusahaan yang harus aku selesaikan. Appa masih dirumah sakit sehingga sekarang seluruh urusan perusahaan harus aku urus sendiri.
Saat aku baru masuk ke dalam, ada yeoja yang melambaikan tangan kearahku. Yeoja itu tak lain adalah yeojachinguku satu-satunya, Yuri.
"Yuri-ah, mianhae. Ada urusan perusahaan yang harus aku selesaikan tadi" jelasku sambil menghampiri Yuri.
"gwenchana, oppa. Aku tahu kalau oppa sibuk" Yuri tersenyum sangat manis padaku. Senyumannya tak pernah gagal membuat hatiku meleleh.
Aku pun duduk dikursi yang ada didepan Yuri.
"oppa mau pesan apa?" tanya Yuri lembut. Aku melihat meja didepanku. Tampak Yuri sudah memesan dua gelas orange juice. Satu orange juice yang berada tepat didepan wajah Yuri sudah tinggal setengah gelas, sedangkan orange juice yang ada didepanku masih utuh. Sepertinya, Yuri sengaja memesan orange juice untukku.
"aku tidak punya selera makan saat ini" kataku jujur.
Mata Yuri membulat "mwo? waeyo? kalau oppa tidak makan, oppa bisa sakit" nasihat Yuri. Yuri sering berlebihan jika sedang khawatir denganku.
Aku mendesis pelan "penyakit jantung appa kambuh. Sekarang, ia dirawat dirumah sakit"
"jinjja?" mata Yuri makin membulat "kajja kita ke rumah sakit, oppa! aku harus menjenguk abeonim sebelum aku dicap sebagai calon menantu yang tidak peduli dengan calon mertuanya!" Yuri berkata sambil terkekeh pelan diujung kalimatnya.
"ANDWE!" seruku agak keras. Beberapa orang disekitar kami menatapku dengan tatapan garang, tapi aku tak terlalu peduli dengan tatapan mereka.
Jika Yuri menjenguk appa, penyakit appa malah makin parah dan appa juga makin marah denganku. Penyebab penyakit appa kambuh kan karena aku tidak mau menerima perjodohan konyol itu, pikirku dalam hati.
Yuri mengerutkan dahinya "yah! wae? aku kan calon menantunya!" setelah mengatakan hal tersebut, Yuri mengerucutkan bibirnya.
Karena gemas, aku mencium sekilas bibir pink milik Yuri. Jika dihitung, tidak sampai dua detik.
Yuri menundukkan kepalanya malu-malu sebelum mengulangi perkataannya lagi "oppa, waeyo? a...aku kan calon menantunya"
Aku tersenyum miris saat Yuri mengulangi kata-kata 'calon menantu' apa dia masih bisa berkata seperti itu setelah tahu kalau aku sudah dijodohkan?
Walaupun perjodohan ini bukan kemauanku melainkan karena dipaksa oleh appa dan eomma, aku tetap harus memberitahu Yuri terlebih dahulu agar ia tak salah paham.
"ada hal penting yang ingin kubicarakan denganmu, yul" raut wajahku berubah menjadi sangat serius seketika.
"apa hal penting itu, oppa?" tanya Yuri penasaran. Aku memang tidak biasa serius seperti ini jika hal yang akan kukatakan tidak terlalu penting sehingga membuat Yuri penasaran.