Awal Yang Indah

397 6 0
                                    

Perkataan Angga membuat Nabila kehilangan nafasnya. Detak jantungnya meningkat lebbih dan lebih cepat dari biasanya.

"Ha..ah?", kata Nabila menutupi kegugupannya. "Aku serius suka sama kamu Bil", Angga menatap tepat ke mata Nabila.

Nabila menundukkan pandangannya. Ingin sekali ia berteriak menyatakan jika ia pun lebih dulu menyukai Angga, namun kegugupan masih menguasai dirinya.

Angga mengangkat dagu Nabila. "Kamu, mau nggak jadi pacar aku?", tanya Angga menggenggam tangan Nabila.

Nabila tersenyum dan menganggukan kepala. Ia memeluk Angga. "Aku juga suka sama Kak Angga", kata Nabila membuat Kadar kebahagiaan Angga meningkat begitu saja.

Nabila merasa salah tingkah kemudian melepaskan pelukan mereka, pipinya sudah sangat sangat merona sekarang.

Dia terus saja memegang dan mengipasi pipinya yang super panas itu.

"Kenapa sayang?", tanya Angga meletakkan tangannya pada pipi Nabila.

Oh Tuhan, kenapa Kak Angga memanggil seperti itu, Membuat pipi Nabila semakin memerah.

Angga tertawa melihat perubahan Nabila. "Hahaha, nih pipi biasa aja dong. Gugup banget pacaran sama orang ganteng", Angga menoel noel pipi orang yang baru saja menjadi pacarnya.

Nabila mencebikan bibirnya kesal kemudian mengalihkan pandangan ke arah lain selain Angga.

"Kak Angga", panggil Nabila tanpa menoleh ke sampingnya. Angga yang kini menyenderkan kepalanya pada rumah pohon menjawab dengan gumaman.

"Kok Kak Angga bisa suka sama aku sih?", tanya Nabila. Angga tersenyum kemudian menggeleng. "Nggak ada alesan kenapa aku suka sama kamu. Eh aku udah gak suka ding sama kamu", Angga kembali menegakkan tubuhnya.

Nabila menoleh dan menatap Angga dengan penuh tanda tanya.

"Aku, udah sayang sama kamu. Aku udah cinta sama kamu", Angga menarik hidung pacarnya.

Nabila terkekeh. "Gombal", kemudian ia beranjak dari duduknya.

"Kemana?", tanya Angga ikut berdiri. "Ke bawah yuk. Main air", jawab Nabila sembari menuruni tangga.

"Bil, sini aja", kata Angga menyuruh Nabila berhenti. "Aku pengen ke danau", Nabila masih melanjutkan langkahnya.

"Sini atau aku pulang?!", teriak Angga yang tidak dihiraukan oleh Nabila.

Angga berlari kearah Nabila dan memeluknya dari belakang. Nabila terkejut. Lagi. Lagi. Dan lagi Angga membuatnya mati rasa.

"Ih lepas", pinta Nabila berusaha melepaskan tangan Angga. "Kamu nggak dengerin aku?", jawab Angga mempererat pelukan mereka.

"Iya iya aku dengerin, udah dong lepas", Nabila memohon. "Cium dulu", Angga memajukan pipinya.

Spontan Nabila menginjak kaki Angga dan menonyor kepalanya. Ia berlari secepat mungkin kearah mobil meninggalkan Angga yang sedang kesal.

***

Di perjalanan pulang Angga tak hentinya tersenyum melihat Nabila yang kini tertidur pulas disampingnya.

Ia bersyukur kepada Tuhan, yang telah mempertemukannya dengan Nabila. Sebagai penyembuh lukanya.

Apakah Angga sudah melupakan Intan? Tentu saja belum. Intan masih menempati isi hatinya. Meski saat ini Angga sedang berusaha mengubur nama itu. Ia tidak mau membuat orang yang kini di sampingnya kecewa.

Dia yang membawa cahaya saat hidup Angga gelap.

Angga tersenyum kecut. Ia teringat janjinya kepada Intan. Bahwa jika Intan kembali nanti, Angga akan kembali bersamanya.

Angga mengacak rambutnya frustasi. Kini ada 2 orang yang menempati hatinya. Yang tidak ingin ia sakiti. Yang harus ia jaga baik baik.

Intan? Nabila??. Membuat pikiran Angga dihantui rasa bersalah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 26, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Biarkan Aku PergiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang