Rasa Itu...

238 4 1
                                    

Perasaan tak akan berubah secepat aku mengedipkan mata.

***

Nabila POV

Sudah sebulan ini aku menjadi model kak Angga dan Vero. Bukankah sebulan itu waktu yang cukup untukku akrab dengan mereka?

Ya. Beberapa project membuat kami dekat. Tidak, disini bukan hanya aku teman cewek kak Angga. Karna semakin aku mengenalnya, aku semakin mengetahui bagaimana dia. Playboy, itu yang mungkin ingin aku katakan.

Tapi siapa yang tidak tertarik dengan pesona kak Angga. Tampan, mandiri, mapan, baik, dan sebagainya.

Aku selalu menanti project project itu. Dimana aku bisa bersamanya, melihat senyumnya, mendengarkan leluconnya. Ah itu membuat hari hari ku penuh tawa.

"Bil, lo mau makan apa?", tanya kak Angga melambaikan tangan didepan muka ku. Aku tersentak, "e..eh, samain aja", jawab ku gugup.

"Kenapa sih lo? Sakit?", tanyanya khawatir. "Nggak!!", jawab ku tegas seperti maling tertangkap. Kak Angga tertawa mendengar jawaban ku. Ah apa aku salah??

"Jadi, gimana tadi ulangannya?", tanya kak Angga. Kalian harus tau akhir akhir ini aku sering curhat dan berbagi cerita. Aku merasa nyaman saja dengan sikapnya yang dewasa.

"Biasa", aku tersenyum lebar dan dibalas gelengan kepala olehnya.

***

Dean POV

Aku tak pernah menyangka Angga akan melupakan Intan secepat ini. Dia yang ku yakini akan menjaga sahabat sekaligus cinta pertama ku, ternyata kini bisa tertawa lebar disaat Intan jauh berjuang untuk nyawanya.

Tangan ku terkepal, aku langsung mendatangi meja yang kini ditempati dua sejoli yang membuat emosi ku meningkat.

Bugh
Tepat, aku mendaratkan tinjuku di wajah Angga. Ah mungkin bagian pelipis, pipi, atau entah bibirnya.

Seketika Angga berdiri dan menarik kerah kaos yang ku pakai. "Maksud lo apa?!", dia terlihat sama marahnya dengan diriku.

Namun wanita yang kini bersama nya langsung menarik tangan Angga, menenangkannya, dan membawanya keluar. Dia menatapku dengan tatapan, benci? Maybe.

Aku berbalik dan melangkah kan kaki keluar saat kulihat mereka telah pergi. Aku hanya ingin menenangkan diri.

Kini aku berada di ruang pribadi ku. Dimana banyak sekali kenangan bersama Intan disini. Saat kita mengerjakan pr bersama, bermain ps, bermain gitar, ahh... aku benar benar merindukannya.

Jika posisi ini bisa ku tukar, aku ingin penyakit Intan pindah ke tubuh lain. Tentu saja bukan tubuh ku, karna aku ingin bersamanya. Bukan seperti ini, jauh, terpisah.

Aku membuka album kenangan kami. Kalian boleh mengatakan aku lebay, tapi aku memang sedang kalut saat ini.

Tidak ada lagi yang membuat ku semangat pergi ke sekolah. Tidak ada lagi yang membuat aku tersenyum. Dingin, orang akan menganggap ku seperti itu saat ini.

Drrtt..drrrttt
Aku segera mengangkat panggilan tanpa memperhatikan siapa pemanggilnya.

"Apa?", tanyaku kesal. Bukankah sudah ku katakan jika aku sedang kalut???

"Dean, apa kabar?", suara lemah si sebrang sana seketika membuat dunia ku berputar 360 derajat. Intan? Benarkah ini Intan?

"De, masih disitu?", tanya Intan lagi. Aku tersenyum lebar. "Baik, kamu apa kabar??!!!", tanyaku antusias.

Yang ku dengar hanya suara kekehan. "Minggu depan aku pulang", katanya. Aku langsung meloncat... minggu depan?? Ah aku tidak sabar menunggunya.

***

6 bulan perawatan intensif di Jerman, kira kira bisa nyembuhin Intan nggak sih?

Terus Angga bakal balik juga nggak sih sama Intan saat Intan kemabali nanti?

Jangan lupa vote and comment nya guys :)

Biarkan Aku PergiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang