13. Tea-4

380 23 9
                                    

Baru kali ini Seokmin benci sekali dengan jam kosong. Ingin rasanya dia menarik paksa guru Bahasa Indonesia yang sedang rapat di aula agar mengajar di kelasnya.

Dia berdecak, melirik Jaehyun di pojokan yang sudah menopang pipinya dengan malas. Cowok itu cuma diam, melihat teman-temannya yang juga diam semua.

Matanya beralih pada Mingyu yang terus-terusan menghembuskan napas dengan dramatis. Kemudian menepuk bahu cowok itu. "Maju sana, hibur temen-temen sekelas kan bisa nambah pahala."

Mingyu mendengus, membalik badannya agar menghadap Seokmin. "Gue nggak bisa ngelucu, nyet."

"Ya ngapain kek. Ngomong apa kek basa-basi gitu. Gue temenin deh ayok." Seokmin berdiri, menusuk-nusuk bahu Mingyu supaya cowok itu mau mengikutinya.

Berdecak, Mingyu akhirnya berdiri mengikuti Seokmin walaupun wajahnya kusut dan bibirnya manyun.

"Attention please!" Seokmin berseru sambil menggebrak meja tempat Rose duduk, membuat cewek itu kaget dan memekik kesal.

Mingyu berdiri di depan, tangannya dikatupkan di depan dada. "Guys, sebelumnya gue mau minta maaf soal yang tadi. Gara-gara miskom kalian jadi kena hukum. Maapin gue ya. Lain kali gue bakalan lebih tanggung jawab deh buat bantuin Eunwoo." Tatapannya kemudian diarahkan pada Ketua Kelas, dengan berlari kecil Mingyu menghampiri Eunwoo dan berjongkok di samping meja cowok itu. "Woo, gue minta maaf ya!" Tangannya memegang tangan Eunwoo, kemudian ditempelkan pada dadanya.

Eunha yang duduk di bangku seberang Eunwoo sampai memekik geli, kemudian mendorong bahu Mingyu menjauh. "Pergi sana ih, merinding banget liat lo menyeeeee!"

Mingyu manyun lagi, tapi juga menuruti usiran Eunha. "Iya iya, salah mulu emang gue, tuh."

Seokmin berdeham, membuat atensi anak sekelas mengarah padanya. "Nah berhubung sekarang jaman udah canggih, kita bikin grup WA aja gimana? Biar nggak ada miskom-miskoman lagi." Usulnya.

Solbin berseru 'Boleh!' diikuti anak-anak yang lainnya.

"Coba pak Ketu sini ke depan, kumpulin nomer anak-anak." Kata Seokmin terakhir kali sebelum kembali duduk ke bangkunya. Menyisakan Mingyu dan Eunwoo yang ada di depan kelas.

Si ketua kelas berjalan ke ujung kiri, kemudian menyerahkan ponselnya pada Jihyo. "Tolong masukin nomer lo ke sini ya, nanti estafet aja ke belakang terus ke depan lagi. Gue nggak tau nomer siapa aja yang udah gue save kemarinan."

Eunwoo diam sebentar, kemudian mengambil napas dan menatap ke seluruh sudut kelas. Agak ragu saat ingin mengatakan sesuatu yang sudah ditahannya dari tadi. "Sorry ya, gara-gara gue egois, kalian semua jadi kena imbasnya, padahal ini masih awal banget."

Eunha mengangkat kepala dari acara mencari nama kontaknya di ponsel Eunwoo, kemudian berseru. "Gapapa kali! Justru karena masih awal, kita bisa sama-sama belajar, ya nggak?" Cewek mungil itu tersenyum cemerlang di akhir kalimat, lalu ber-highfive dengan Jun di sampingnya.

Ucapan itu dibenarkan dengan adanya sorak-sorai dari teman-teman sekelas yang ternyata bisa membuat hati Eunwoo menghangat.

Mingyu merangkul bahunya, menyerukan semangat untuknya, dan membuatnya tersenyum.

Perasaan hangat itu masih asing bagi seseorang seperti Eunwoo, tapi perasaan itu cukup melegakan, jadi dalam diam dia berharap semoga perasaan seperti ini tidak begitu saja hilang seiring berjalan dan bersamanya kelas ini.

Bambam yang dari tadi diam tiba-tiba mengangkat tangan kanannya. "Kayak gak afdol gitu ya kalo kelas gak punya nama?" Ucapnya yang lebih menyerupai pertanyaan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 05, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

97 Liners: BADTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang