05. Modal Modus Dari Lahir

519 46 27
                                    

Bukan maunya untuk menggoda sana-sini. Yugyeom sempat mau taubat, bilang pada dirinya sendiri kalau cewek-cewek tidak seharusnya diperlakukan begitu olehnya.

Tapi mau bagaimana lagi, itu insting.

Melihat bagaimana dia bersiul sana-sini kalau bertemu cewek-cewek yang mampu menarik perhatian, sampai tiba-tiba berhenti cuma karena ada bayangan cewek, itu insting.

Yugyeom cuma merasa, apa nantinya dia akan seperti Papanya? Dia tidak mau begitu. Tapi melihat bagaimana sifatnya sekarang, dia pesimis bisa tidak seperti itu.

Dia tidak mau mempermainkan perempuan, tapi sikapnya berlawanan dengan apa yang dia mau. Dia sudah sering ditegur tentu saja, bahkan menyuruh orang-orang untuk menegurnya kalau dia sudah bertindak kejauhan.

Yugyeom duduk dengan satu kaki diangkat ke bangku, menatapi satu-satu orang yang memasuki kelas setelah upacara selesai.

Cantik-cantik, katanya dalam hati saat tiga orang teman cewek sekelasnya masuk sambil tertawa.

Huh, kapan dia berubah kalau matanya masih jelalatan seperti ini?

*

Jaehyun bukan orang yang sombong, kok. Iya, bukan, kalau saja cewek yang berjalan di sebelahnya mau untuk berhenti bicara, berhenti bertanya yang aneh-aneh padanya, seperti, kepiting kalau dimasak pakai petai dan dicolek sambal terasi akan enak atau tidak, atau tempe kalau busuk masih bisa dibuat sambal atau dibuang saja, sumpah Jaehyun pusing.

"Jae, respon dong! Diem mulu dari tadi." Bibirnya mengerucut.

"Iya, iya."

Dan begitu lagi, Jaehyun cuma mendengar—tapi tidak menanggapi sama sekali. Masih saja Jiho berceloteh sepihak tentang apa saja.

"Jae, emang bener ya, Yugyeom playboy?" Pertanyaan Jiho mampu mengalihkan perhatian Jaehyun dari jalanan koridor yang sepi.

"Kata siapa?" Dahinya berkerut

"Ada yang bilang, tapi dari mukanya sih kayaknya enggak, ya? Menurut lo gimana?

"Kenapa? Lo suka?"

Jiho melotot, menggeleng kencang sekali sampai rambut panjangnya bergoyang-goyang.

"Temen gue, ada yang suka dia."

Jaehyun yang mendengarnya cuma menaikkan sebelah alis, tidak mau menanggapi lebih lanjut. Bukan dia tidak mau membantu, tapi kan itu masalah teman Jiho dengan Yugyeom, dia tidak suka saja kalau harus jadi perantara.

"Nggak, dia gak kayak apa yang orang-orang bilang." Belanya kemudian, sambil menghembuskan napas pelan.

Memang tidak, kok, nyatanya Yugyeom masih belum pernah serius suka pada seseorang sampai tahap pacaran, iya dia memang belum pernah pacaran. Dia cuma modus, menggoda, dan tidak melakukan hal-hal yang lebih dari itu.

*

Park Jimin (15&) berdiri, menghapus papan tulis yang sudah penuh dengan coretan dari guru yang jam pertama dan kedua tadi mengajar. Dia menoleh saat sisi papan tulis di sebelahnya diketuk, itu Hyunbin, cowok yang duduk di belakangnya.

"What?" Tanyanya sambil tersenyum, daging di atas tulang pipinya jadi membulat.

"Sadar gak, dari tadi ada yang merhatiin bangku lo?" Dia bersandar pada papan, entah perduli atau tidak dengan seragamnya yang berwarna putih itu kotor.

"Hah, siapa?"

"Yang belakangnya Rose," Hyunbin melirik bangku itu, manusianya baru saja menatap ke atas.

97 Liners: BADTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang